Mata Kuliah
|
:
|
Psikologi
Perkembangan AUD 2
|
Tatap Muka Ke-
|
:
|
3 dan 4
|
Materi
|
:
|
Perkembangan
prakelahiran dan kelahiran
|
Dosen Pengampu
|
:
|
Robik Anwar Dani,
M.Psi
|
PERKEMBANGAN PRAKELAHIRAN
DAN KELAHIRAN
A.
Perkembangan Prakelahiran
Periode prakelahiran adalah periode yang pertama dilalui oleh setiap
individu dan yang paling singkat dari periode sebelumnya. Periode ini mulai
pada saat pembuahan dan berakhir pada saat kelahiran yang berlangsung antara
270 sampai 280 hari atau 9 bulan. Pembuahan terjadi ketika satu sel sperma
tunggal dari laki- laki bergabung dengan satu ovum (sel telur) di dalam saluran
indung telur ke dalam kandungan perempuan dalam proses yang disebut ”pembuahan”
(fertilization). Sel telur yang dibuahi disebut ”zigot” (zygote). Pada saat
zigot mengakhiri perjalanannya yang 3 hingga 4 hari melalui saluran indung
telur ke dalam kandungan dan mencapai kandungan, sel telur pecah menjadi
sekitar 12 hingga 16 sel.
Perkembangan prakelahiran terbagi menjadi tiga periode, yakni:
1. Periode Germinal
Periode awal atau germinal (germinal period) ialah periode perkembangan
prakelahiran yang berlangsung pada 2 minggu pertama setelah pembuahan. Ini
meliputi penciptaan zigot, dilanjutkan dengan pemecahan sel, dan melekatnya
zigot ke dinding kandungan. Sekitar seminggu setelah pembuahan, zigot terdiri
dari 100 hingga 150 sel. Pemisahan sel telah dimulai ketika lapisan dalam dan
lapisan luar organisme terbentuk. Blastocyst ialah lapisan dalam sel yang
berkembang selama periode germinal. Sel-sel ini kemudian berkembang menjadi
embrio. Trophoblast ialah lapisan luar sel yang berkembang selama periode
germinal. Sel-sel ini kemudian menyediakan gizi dan dukungan bagi embrio.
Implantation, yakni melekatnya zigot ke dinding kandungan, berlangsung kira-kira
10 hari setelah pembuahan.
2. Periode Embrionis
Periode embrionis ialah periode perkembangan prakelahiran yang terjadi dari
2 hingga 8 minggu setelah pembuahan. Selama periode embrionis, angka pemisahan
sel meningkat, sistem dukungan bagi sel terbentuk, dan organ-organ mulai tampak.
Ketika zigot mendekati dinding peranakan, sel-selnya membentuk tiga lapisan.
Endoderm embrio ialah lapisan dalam sel, yang akan berkembang menjadi sistem
pencernaan dan pernafasan. Lapisan luar sel pecah menjadi dua bagian. Ectoderm
ialah lapisan paling luar, yang akan menjadi sistem syaraf, penerima sensor
(telinga, hidung, mata, dll). Mesoderm ialah lapisan tengah, yang akan menjadi
sistem peredaran, tulang, otot, sistem pembuangan kotoran badan, dan sistem
reproduksi. Setiap bagian tubuh pada akhirnya berkembang dari ketiga lapisan
ini. Endoderm utamanya menghasilkan bagian dalam tubuh, mesoderm utamanya
menghasilkan bagian-bagian yang mengelilingi wilayah dalam tubuh, dan ectoderm
utamanya menghasilkan bagian-bagian permukaan.
Ketika ketiga lapisan embrio terbentuk, sistem dukungan kehidupan bagi
embrio matang dan berkembang dengan cepat. Sistem dukungan kehidupan ini
meliputi ari-ari, tali pusar, dan amnion. Ari-ari (placenta) ialah suatu sistem
dukungan kehidupan yang terdiri dari sekelompok jaringan/lapisan yang berbentuk
disk atau piring yang di dalamnya pembuluh darah dari ibu dan anak mengait
tetapi tidak menyatu. Tali pusar (umbilical cord) ialah suatu sistem dukungan
kehidupan, yang mengandung dua pembuluh nadi dan satu pembuluh vena, yang
menghubungkan bayi dengan ari-ari. Molekul yang sangat kecil udara, air, garam,
makanan, dari darah ibu, dan karbon dioksida serta kotoran pencernaan dari
darah embrio berpindah dari ibu kepada bayi dan dari bayi kepada ibu.
Molekul-molekul besar tidak dapat berpindah melalui dinding ari-ari ini meliputi
sel darah merah dan zat-zat berbahaya seperti bakteri, kotoran ibu, dan hormon.
Amnion, yakni suatu keranjang yang berisi cairan bening yang di dalamnya embrio
yang sedang berkembang mengapung. Seperti ari-ari dan tali pusar, amnion
berkembang dari telur yang dibuahi, bukan dari tubuh ibu sendiri. Pada kira-kira
usia 16 minggu, ginjal janin mulai mereproduksi air kencing. Air kencing janin
ini merupakan sumber utama cairan amniotis hingga trisemester ketiga, ketika
beberapa cairan dikeluarkan dari paru-paru oleh janin yang sedang bertumbuh.
Walaupun isi cairan amniotis meningkat 10 kali lipat dari usia ke-12 hingga ke-
40 minggu kehamilan, cairan amniotis ini juga dipindahkan dalam berbagai cara.
Sebagian ditelan oleh janin, dan sebagian lagi diserap melalui tali pusar dan
selaput yang menutup ari-ari. Cairan amniotis penting dalam menyediakan suatu
lingkungan dan suhu kelembabannya terkendali, serta untuk melindungi bayi dari
guncangan.
Pada minggu ketiga, saluran syaraf yang pada akhirnya menjadi susunan
tulang belakang terbentuk. Pada usia kira-kira 21 hari, mata mulai kelihatan,
dan pada usia 24 hari sel untuk jantung mulai berpisah. Selama minggu keempat,
penampakan pertama sistem saluran kencing alat kemaluan (urogenital) kelihatan,
dan kuncup lengan serta kaki muncul. Empat bilik jantung berbentuk, dan
pembuluh darah naik ke permukaan. Dari minggu kelima hingga kedelapan, lengan
dan kaki selanjutnya berpisah; pada saat ini, wajah mulai berbentuk tetapi
masih belum begitu dapat dikenal. Bidang usus berkembang dan struktur wajah
mulai tersusun. Pada usia 8 minggu, organisme yang sedang berkembang itu
beratnya kira-kira sepertigapuluh ons dan panjangnya baru 1 inci. Organogenesis
adalah proses pembentukan organ yang berlangsung selam dua bulan pertama
perkembangan prakelahiran.
3. Periode Fetal
Periode fetal ialah periode perkembangan prakelahiran yang mulai 2 bulan
setelah pembuahan dan pada umumnya berlangsung selama 7 bulan. Tiga bulan
setelah pembuahan, panjang janin kira-kira 3 inci dan beratnya kira-kira 1 ons.
Janin semakin aktif, menggerakkan tangan dan kakinya, membuka dan menutup
mulutnya, dan menggerakkan kepalanya. Wajah, dahi, kelopak mata, hidung, dan
dagu dapat dibedakan, demikian pula dengan lengan atas, lengan bagian bawah,
tangan, dan tungkai serta alat kemaluan dapat diidentifikasi sebagai laki-laki
atau perempuan. Pada akhir bulan keempat janin telah bertumbuh hingga 5 ½ inci
panjangnya dan beratnya sekitar 4 ons. Pada saat ini, suatu percepatan
pertumbuhan terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks prakelahiran semakin kuat;
gerakan-gerakan lengan dan kaki dapat dirasakan untuk pertama kali oleh ibunya.
Pada akhir bulan kelima, panjang janin kira-kira 10 hingga 12 inci dan
beratnya ½ hingga 1 pon. Struktur kulit sudah terbentuk kuku jari kaki dan kuku
jari tangan, misalnya. Janin semakin aktif, yang memperlihatkan keinginan akan
suatu posisi tertentu di dalam kandungan. Pada akhir bulan keenam, panjang
janin kira-kira 14 inci dan beratnya naik setengah hingga satu pon lagi. Mata
dan kelopak mata benar-benar terbentuk, dan suatu lapisan rambut halus menutup
kepala. Refleks menggenggam muncul, dan pernafasan yang belum beraturan
terjadi. Pada akhir bulan ketujuh, panjang janin 14 hingga 17 inci dan naik
beberapa pon lagi hingga beratnya sekarang 2½ hingga 3 pon. Selama bulan
kedelapan dan kesembilan, janin bertumbuh lebih panjang dan naik lebih berat
lagi kira-kira 4 pon. Ketika lahir, rata-rata bayi Amerika beratnya 7 hingga 7½
pon dan tingginya sekitar 20 inci. Pada dua bulan terakhir, lapisan atau
jaringan lemak berkembang dan fungsi berbagai sistem organ jantung dan ginjal,
misalnya berjalan.
B.
Faktor-Faktor yang Membahayakan Perkembangan
Prakelahiran
Walaupun janin hidup dalam lingkungan yang nyaman dan terlindung, berbagai
faktor dapat mengancam perkembangan maupun kelangsungan hidupnya. Beribu-ribu
bayi dilahirkan dengan cacat tubuh atau keterbelakangan mental sebagai akibat
dari peristiwa yang terjadi dalam tubuh seorang ibu yang sedang hamil.
Ilmu yang mempelajari cacat bawaan (cacat kongenital) disebut teratology
dan agen penyebab kecatatan itu disebut teratogen (dari perkataan Yunani ”tera”
yang berarti monster). Sangat banyak teratogen yang dapat membahayakan
perkembangan bayi, dan setiap bayi terancam oleh sekurang-kurangnya beberapa
teratogen, sehingga sulitlah untuk menetapkan teratogen mana yang dapat menyebabkan
suatu kecacatan tertentu. Walaupun demikian, para ilmuan sudah dapat
mengidentifikasikan beberapa teratogen yang membahayakan janin dan masa
perkembangan mana yang paling rentan terhadap suatu teratogen. Kerusakan
struktural (anatomis) pada tubuh janin sangat besar kemungkinannya pada
kehamilan muda. Sedangkan hambatan perkembangan dan gangguan fungsional lebih
besar kemungkinannya pada usia kehamilan yang lanjut. Para ahli sudah dapat
menetapkan bahwa kerusakan otak umumnya terjadi pada hari ke 15 sampai hari ke
25, kerusakan mata pada hari ke 24 sampai hari ke 40, kerusakan jantung pada
hari ke 20 sampai ke 40, dan kerusakan tungkai pada hari ke 24 sampai ke 36
kehamilan.
Berikutnya adalah beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan janin:
1.
Faktor Umum
a. Usia Ibu
Bila usia ibu
dianggap sebagai faktor yang mungkin membahayakan bagi janin dan bayi, dua periode waktu yang amat penting
untuk diperhatikan ialah masa remaja dan pada usia 30-an ke atas. Bayi yang
dilahirkan oleh remaja sering premature. Angka kematian bayi yang dilahirkan
oleh ibu remaja dua kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang berusia 20-an tahun. Walaupun gambaran semacam itu kemungkinan
mencerminkan ketidakmatangan sistem reproduksi ibu, hal itu juga dapat
disebabkan oleh gizi yang buruk, kurangnya perawatan prakelahiran, dan
rendahnya status sosial ekonomi.
Sindrom Down, suatu
bentuk keterbelakangan mental, terkait dengan usia ibu. Bayi yang mangalami
Sindrom Down jarang dilahirkan oleh ibu yang berusia di bawah 30 tahun, tetapi
resiko bertambah setelah ibu mencapai usia 30 tahun. Pada usia 40 tahun,
kemungkinannya sedikit di atas 1 dari 100 bayi dan, pada usia 50 tahun, hampir
1 dari 10 bayi. Resiko juga bertambah besar sebelum berusia 18 tahun. Perempuan
juga mengalami lebih banyak kesulitan untuk hamil setelah berusia 30 tahun.
Masing-masing perempuan memiliki 12 kesempatan untuk hamil. Tujuh puluh lima
persen perempuan berusia 20-an tahun hamil, 62 persen perempuan berusia 31-35
tahun hamil, dan hanya 54 persen perempuan berusia di atas 35 tahun hamil.
b. Keadaan Gizi Ibu
Hamil
Ibu adalah satu-satunya
sumber gizi bagi anak yang dikandungnya, sehingga nilai gizi makanan ibu
sangatlah penting. Makanan ibu harus cukup jumlah dan mutunya, mengandung
protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin dalam komposisi yang tepat.
Dari penelitian-penelitian terbukti bahwa kekurangan gizi yang diderita ibu
hamil, besar korelasinya dengan prematuritas, berat tubuh bayi yang rendah,
lahir mati, keterlambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi mental. Kekurangan
gizi pada tiga bulan pertama kehamilan sangat merugikan, begitu pula pada waktu
pertumbuhan bayi yang sangat pesat pada trisemester terakhir.
c. Keadaan Emosional
Thomson dab Grusec
(1970) menemukan bahwa binatang percobaan yang hamil dan menderita kecemasan
dan stress akan melahirkan keturunan yang mengalami kelainan dalam perilaku
seperti bersifat sangat emosional. Ketakutan, kecemasan dan emosi lain yang
mendalam dapat menyebabkan terjadinya perubahan psikologis antara lain,
meningkatnya pernapasan dan sekresi oleh kelenjar. Adanya produksi hormon
adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan menghambat aliran darah ke
daerah kandungan dan dapat membuat janin kekurangan udara. Keadaan emosional
ibu juga dapat mempengaruhi proses kelahiran. Ibu yang sangat bingung secara
emosional mungkin mengalami kontraksi yang tidak teratur dan tugas yang lebih
sulit, yang dapat menyebabkan ketidakteraturan dalam pemasokan udara kepada
bayi atau cenderung menghasilkan ketidakteraturan setelah kelahiran. Bayi yang
lahir melalui proses kelahiran yang cukup lama juga menyesuaikan diri lebih
lambat dengan dunia mereka dan lebih mudah marah. Bayi yang lebih cemas,
menangis lebih banyak sebelum di beri makan dan lebih aktif daripada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang kurang cemas.
d. Faktor Rh
Faktor Rh adalah
suatu protein yang diwariskan yang ditemukan pada 85 persen manusia. Kesulitan
akan timbul bila seorang suami mempunyai faktor Rh (Rh positif) sedangkan
istrinya tidak (Rh negatif). Jika darah janin yang Rh positif berhubungan
dengan darah ibu di plasenta, maka protein Rh akan menyebabkan sistem kekebalan
ibu membuat antibodi untuk memusnahkan protein asing itu. Antibodi ini akan
memusnahkan sel darah merah janin, suatu keadaan yang disebut eritroblastosis,
yang berakhir dengan kematian janin. Dampak yang demikian ini umumnya belum
tampak pada kehamilan pertama karena kita tahu bahwa darah janin tidak berhubungan langsung dengan
darah ibu di plasenta. Namun, pada waktu persalinan di mana plasenta robek dan
lepas dari dinding rahim yang mengalami luka- luka, maka darah ibu akan terkena
Rh protein itu sehingga si ibu akan memproduksi antibodinya. Pada kehamilan
berikutnya, janin akan mengalami dampak dari antibodi yang dapat menembus
plasenta itu. Keadaan ini sekarang sudah dapat diobati.
2.
Faktor Khusus
a.
Penyakit
Penyakit atau infeksi
yang terjadi pada ibu hamil dapat mengakibatkan kelainan. Penyakit dan infeksi
dapat pula menyebabkan kerusakan selama proses kelahiran itu sendiri. Rubella
ialah suatu penyakit ibu yang dapat merusak perkembangan prakelahiran. Penyakit
rubella dapat menyebabkan keguguran, prematuritas, tuli, dan buta. Cacat pada
jantung, hati, dan pankreas, serta keterbelakangan mental. Rubella sangat
berbahaya dalam trismester pertama kehamikan, di mana kemungkinan kecacatan 50
persen, sedangkan dalam trismester kedua dan ketiga ia dianggap tidak
berbahaya.
Sifilis (penyakit
yang tertular melalui hubungan kelamin) lebih berbahaya dalam perkembangan
prakelahiran -4 bulan atau lebih setelah pembuahan. Selain mempengaruhi
organogenesis, seperti yang terjadi pada campak rubella, sifilis merusak organ
setelah organ terbentuk. Kerusakan meliputi luka mata, yang dapat menyebabkan
kebutaan, dan luka kulit. Ketika sifilis muncul pada saat kelahiran, masalah-
masalah lain yang melibatkan sistem syaraf pusat dan sistem pencernaan dapat
terjadi.
Infeksi lain yang
menerima perhatian yang cukup luas ialah herpes alat kemaluan (genital herpes).
Bayi yang baru lahir terkena virus ini ketika mereka keluar melalui saluran
kelahiran dari seorang ibu yang terkena herpes alat kemaluan. Kira- kira
sepertiga bayi yang dilahirkan melalui saluran kelahiran yang terinfeksi, mati;
yang seperempat lagi mengalami kerusakan otak. Jika perempuan hamil mendektesi
suatu kasus herpes alat kemaluan yang aktif menjelang saatnya melahirkan,
operasi cesar dapat dilakukan untuk mencegah virus menginfeksi bayi yang baru
lahir (Byer & Shainberg, 1991).
Pentingnya kesehatan
perempuan bagi kesehatan keturunan mereka dengan sangat jelas tampak ketika ibu
yang menderita sindrom kehilangan kekebalan tubuh (acquired immune deficiency
syndrome, AIDS). AIDS adalah penyebab utama kematian peringkat kedelapan di
kalangan anak- anak dari usia 1 hingga 4 tahun pada tahun 1989. Mayoritas ibu
yang menularkan HIV kepada keturunannya terinfeksi melalui penggunaan obat- obatan
yang disuntikan ke dalam pembuluh darah atau hubungan heteroseksual dengan para
pengguna obat- obatan suntik.
Ada tiga cara
seorang ibu yang menderita AIDS dapat menginfeksi anaknya:
1)
Selama hamil, melalui ari-ari.
2)
Selama melahirkan, melalui kontak dengan darah
atau cairan ibu.
3)
Setelah melahirkan (postpartum), melalui air
susu.
Kurang lebih sepertiga bayi yang lahir dari
ibu yang terinfeksi HIV pada akhirnya akan terinfeksi virus HIV itu sendiri
(Caldwell & Rogers, 1991). Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi
AIDS dapat:
1)
Terinfeksi dan simptomatis (memperlihatkan
gejala atau simptom AIDS).
2)
Terinfeksi tetapi unsimptomatis (tidak
memperlihatkan gejala atau simptom AIDS).
3)
Tidak terinfeksi sama sekali.
Suatu penyakit non-infeksi yang sangat
berbahaya bagi kehamilan ialah dibetes mellitus (sakit gula, kencing manis). Di
samping kemungkinan mewarisi penyakit ini, sang janin juga dihadapkan kepada
lingkungan rahim yang tidak sehat. Jika si ibu tidak diobati, maka kemungkinan
kematian janin atau lahir mati 50%. Lagi pula, anak yang lahir sering kali
memperlihatkan kelainan berupa berat tubuh berlebihan, pankkreas membesar, muka
sembab, kesukaran bernafas, dan gangguan metabolik seperti kadar gula darah
rendah.
b.
Obat- obatan
Sebaiknya orang
sedang hamil tidak memakan obat apapun, kecuali apabila betul-betul diperlukan
dan diberikan dan dipantau oleh seorang ahli.
1)
Thalidomide
Obat ini dulunya dianggap tidak berbahaya dan
dipakai sebagai obat tidur dan anti mual. Namun mulai tahun 1959, muncullah
laporan-laporan mengenai bayi-bayi yang lahir cacat karena ibu-ibu mereka
memakan thalidomine sewaktu hamil, terutama sewaktu hamil muda. Ternyata, waktu
ibu memakan obat ini, artinya pada hari kehamilan keberapa, akan menyebabkan cacat
atau gangguan pertumbuhan organ tertentu pula; contohnya, ibu yang memakan obat
ini pada hari kehamilan ke- 34-38, akan melahirkan bayi yang tidak mempunyai
telinga. Kecacatan yang ditimbulkannya adalah tidak tumbuh atau tidak
lengkapnya anggota tubuh terutama lengan, tungkai dan jari. Obat ini akhirnya
dilarang.
2)
Alkohol
Alkohol yang diminum ibu hamil dapat memembus
plasenta dan menyebabkan kerusakan susunan syaraf janin. Ibu peminun alkohol
besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi dengan suatu bentuk kecacatan yang
disebut Fetal Alcohol Syndrome. Anak-anak dengan sindroma ini akan menunjukkan
hambatan pertumbuhan yang menetap, mikrosefali dan sel otak yang abnormal;
cacat bentuk pada mata, telinga dan wajah; gangguan persendian, cacat jantung,
keterbelakangan mental dan kesukaran memusatkan perhatian. Ibu hamil yang minum
alkohol setiap hari walaupun dalam jumlah kecil, besar kemungkinannya akan
melahirkan anak yang pada usia 4 tahun akan memiliki tingkat inteligensi yang
rendah dan kemampuan motorik yang buruk.
3)
Narkotika
Pemakaian narkotika akan menyebabkan
prematuritas, berat badan bayi rendah atau kematian janin. Janin yang
dilahirkan akan menunjukkan gejala withdrawal 4 sampai 24 jam setelah lahir.
Mereka akan gelisah dan menangis dengan nada tinggi, mengalami tremor, tidak
dapat tidur, hiperaktif, sulit bernafas, rakus, mencret, dan muntah- muntah.
Keadaan ini dapat berlangsung sampai 8 minggu. Walaupun dampak jangka panjang
belum jelas, dapat diperkirakan bahwa bayi- bayi dari ibu alkoholik akan mengalami
kesulitan dalam pengasuhan, kelekatan (attachment) dengan ibu kurang sehingga
besar kemungkinan mengalami gagguan perkembangan perilaku.
4)
Rokok
Penelitian Simpson (1957) menunjukkan bahwa
ibu perokok lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi prematur.
Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa merokok itu berkaitan erat dengan
prematuritas, dan berat badan bayi yang rendah. Belum jelas benar dampak jangka
panjangnya walaupun ada yang melaporkan gangguan pada kemampuan kognitif
seperti kemampuan bicara.
5)
Ganja
Bayi akan lebih sukar tidur, juga kemungkinan
mengalami kesulitan dalam kemampuan berbahasa dan kemampuan memori.
6)
Kafein
Kafein dapat menembus plasenta. Bayi yang
dilahirkan kemungkinan berat badannya rendah dan kemungkinan lebih besar untuk menderita
kecacatan. Kemungkinan lain bayi akan menderita kelemahan otot.
7)
Aspirin
Aspirin dapat menyebabkan pendarahan
intrakranial pada bayi. Dampak jangka panjangnya adalah tingkat intelegensi
yang rendah dan kekurangmampuan untuk memusatkan perhatian dan kekurangan dalam
kemampuan motorik.
c.
Ancaman Lingkungan
Salah satu akibat
dari industrialisasi adalah manusia makin terpapar kepada toksin-toksin yang
terdapat dalam makanan, air, dan udara. Sering kali kadar toksin itu rendah
sehingga tidak membahayakan orang dewasa, tetapi tetap berbahaya bagi janin
atau bayi. Contohnya, ibu-ibu hamil di Jepang yang memakan ikan yang telah
tercemar dengan air raksa limbah industri, melahirkan bayi dengan cerebral
palsy atau penyakit Miyamata. Begitu pula berbagai pestisida dan bahan kimia
dapat merugikan janin.
Sinar X juga dapat
menyebabkan leukemia, mikrosefali, katarak, keguguran, kekerdilan, dan kematian
janin. Beberapa jenis pekerjaan juga cukup berbahaya bagi wanita hamil. Wanita
pekerja di pabrik alat listrik atau logam lebih besar kemungkinannya untuk
melahirkan bayi prematur atau rendah berat badannya. Bekerja terlalu berat juga
mempunyai dampak buruk kepada kehamilan.
d.
Pengaruh Ayah
Percobaan pada
binatang menunjukkan bahwa jantan yang diberi narkotika, alkohol dan kafein
akan menghasilkan keturunan yang cacat. Begitu pula halnya dengan toksin.
Isteri dari personil kamar operasi yang selalu menghirup gas-gas anesthesia
lebih besar kemungkinannya untuk mengalami keguguran dan keturunan mereka lebih
banyak yang menderita cacat. Bahan-bahan yang merusak ini mungkin disalurkan
oleh ayah melalui sperma dan sperma pun mungkin mengalami kerusakan.
Pengaruh buruk dari
faktor lingkungan yang berbahaya bagi janin ini, cara kerja dan sifatnya sangat
kompleks, sehingga sukar untuk menentukan secara tepat, aman atau tidaknya
sesuatu subtansi. Sikap yang patut diambil adalah selama kehamilan menghindar
sebanyak mungkin dari kontak dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan janin.
C.
Perkembangan Kelahiran
1. Tahap Pertama
Tahap ini adalah tahap yang perlama yaitu antara 12-24 jam, khususnya bagi
kelahiran pertama. Tahap ini dimulai dengan kontraksi rahim yang mula-mula
frekuensinya jarang dan lemah, tetapi makin mendekati saat kelahiran
frekuensinya makin bertambah cepat dan makin kuat. Kontraksi rahim ini
bertujuan untuk mendorong bayi ke arah saluran peranakan. Bersamaan dengan itu
terjadi dua proses penting yang lain. Serviks yaitu mulut rahim yang biasanya
tebal dan menutup rapat saat ini mulai membuka. Pada tahap pertama ini serviks
harus mulai membuka seperti layaknya sebuah lensa pada kamera (disebut pelebaran)
dan juga merata. Serviks harus terbuka merata (kurang lebih 10 cm pada
kebanyakan wanita) sebelum bayi lahir. Umumnya, pada akhir dari tahap pertama
ini, serviks membuka sebesar 7-8 cm.
Sebelum sampai pada tahap kedua, terdapat suatu masa transisi (yang
biasanya sangat singkat) yaitu terjadinya pembukaan 2-3 cm yang terakhir.
Periode ini kurang menyenangkan bagi calon ibu karena kontraksi rahim sangat
bertubi-tubi dan sangat kuat. Untuk mendorong bayi keluar, calon ibu perlu
mengejan. Bila dokter melihat bahwa serviks telah sepenuhnya terbuka, maka
calon ibu disuruh mengejan lebih kuat lagi, dan tahap kedua dimulai.
2. Tahap Kedua
Tahap ini sering disebut sebagai kelahiran, yaitu saat keluarnya bayi dari
saluran peranakan. Tahap kedua kelahiran mulai ketika kepala bayi mulai
bergerak melalui leher rahim dan saluran peranakan. Tahap ini berakhir ketika
bayi benar-benar keluar dari tubuh ibu. Tahap ini berlangsung kira-kira 1 ½
jam. Pada setiap kontraksi, ibu mengalami kesakitan untuk mendorong bayi keluar
dari tubuhnya. Pada waktu kepala bayi keluar dari tubuh ibu, kontraksi terjadi
hampir setiap menit dan berlangsung kira-kira selama satu menit.
3. Tahap Ketiga
Setelah kelahiran ialah tahap ketiga; pada waktu inilah ari-ari, tali
pusar, dan selaput lain dilepaskan dan dibuang. Tahap akhir ini adalah tahap
yang paling pendek dari tiga tahap kelahiran, yang berlangsung hanya beberapa
menit.
D.
Metode Persalinan
1.
Normal à Calon ibu melahirkan bayi dengan normal.
2.
Dengan bantuan à Bedah cesar, perangsang, vakum, bius.
3.
Hypnobirthing à Metode melahirkan yang hemat, aman, sehat, alami, nyaman.
Materi di atas dapat didownload di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar