Mata Kuliah
|
:
|
Metode
Pengembangan Kognitif AUD
|
Tatap Muka Ke-
|
:
|
4
|
Materi
|
:
|
Tahap perkembangan
kognitif menurut Jean Piaget
|
Dosen Pengampu
|
:
|
Robik Anwar Dani,
M.Psi
|
PERKEMBANGAN KOGNITIF
MENURUT PIAGET
A.
Latar Belakang Piaget
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek
dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan
fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek
sosial seperti diri, orangtua, dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokkan
objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya,
untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan
perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek-objek dan
peristiwa tersebut.
Jean Piaget (baca: zong piazee) adalah seorang pakar psikologi perkembangan
yang paling berpengaruh dalam sejarah psikologi. Lahir di Swiss tahun
1896-1980. Setelah memperoleh gelar doktornya dalam biologi, dia menjadi lebih
tertarik pada psikologi, dengan mendasarkan teori-teorinya yang paling awal
pada pengamatan yang seksama terhadap ketiga anaknya sendiri. Piaget menganggap
dirinya menerapkan prinsip dan metode biologi pada studi perkembangan manusia,
dan banyak istilah yang dia perkenalkan pada psikologi diambil langsung dari
biologi.
Piaget mempelajari mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamaan.
Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak
terhadap interaksi aktifnya dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget,
pengetahuan berasal dari tindakan. Teori perkembanga kognisi Piaget menyatakan
bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat
tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh munculnya kemampuan dan
cara mengolah informasi baru. Banyak di antara pokok teori Piaget ditantang
oleh sejumlah riset di kemudian hari. Khususnya, banyak perubahan fungsi
kognisi yang dia jelaskan kini diketahui berlangsung lebih dini, dalam
lingkungan tertentu. Namun demikian, karya Piaget menjadi dasar penting untuk
memahami perkembangan anak.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget berarti kemampuan untuk lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata yaitu pola mental yang
menuntun perilaku, skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya
dalam tahapan-tahapan perkembangan saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental.11 Skema Piaget percaya bahwa semua
anak dilahirkan dengan kecendrungan bawaaan untuk berinteraksi dengan
lingkungan untuk memahaminya.
Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada
proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik yang memandang
perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak
dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan
kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan
yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek
seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama
kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan
selanjutnya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang
saling berhubungan, yaitu: organisasi, adaptif, dan ekuilibrasi.
1.
Organisasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan
kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan
atau cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin
akurat. Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap
dan menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan
ini (menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihat.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur
kognitif menjadi semakin kompleks. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi
yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2.
Adaptif/adaptasi
Merupakan cara anak untuk meyesuaikan skema sebagai tanggapan atas
lingkungan. Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu asimilasi dan
akomodasi.
a.
Asimilasi
Merupakan istilah
yang digunakan Piaget untuk merujuk pada memahami pengalaman baru berdasarkan
skema yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan proses adaptasi
melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru yang dia
terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada. Contoh asimilasi kognitif:
ketika anda memberi kepada bayi sebuah objek kecil yang tidak pernah dia lihat
sebelumnya tetapi menyerupai objek yang sudah tidak asing lagi, dia mungkin
akan memegangnya, menggigitnya, dan membantingnya. Dengan kata lain dia
menggunakan skema yang ada untuk memelajari benda yang belum dikenal ini.
b.
Akomodasi
Merupakan istilah
yang digunakan Piaget untuk merujuk pada mengubah skema yang telah ada agar
sesuai dengan situasi baru13. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini, struktur
kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan
rangsangan-rangsangan dari objeknya. Contoh : jika anda memberikan telur pada bayi
yang mempunyai skema dengan membanting objek kecil, apa yang akan terjadi
dengan telur tersebut sudah nampak jelas, yaitu akan pecah. Karena konsekuensi
yang tidak terduga dari membanting telur tersebut, bayi itu mungkin akan
mengubah skema tadi. Pada masa mendatang, bayi itu mungkin akan membanting
objek dengan keras dan objek lain dengan lembut.
3.
Ekuilibrasi
Yaitu proses memulihkan keseimbangan antarapemahaman sekarang dan
pengalaman baru. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam
diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Ketika ekuilibrium terganggu, anak mempunyai kesempatan
untuk tumbu dan berkembang. Pada akhirnya muncul cara yang baru secara
kualitatif untuk berpikir tentang dunia ini, dan anak melangkah ke tahap
perkembangan baru. Piaget percaya bahwa pengalaman fisik dan manipulasi
lingkungan sangat berperan penting agar terjadi perubahan perkembangan. Namun,
dia juga percaya bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya
perdebatan dan diskusi, membantu memperjelas pemikiran dan pada akhirnya
menjadikannya lebih logis. Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari
payudara ibu ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk
latihan minum dari gelas). Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas
membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang berbeda dari yang biasa dilakukannya
saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan mengakomodasi hal itu dengan
akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si bayi telah melakukan
adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru yaitu
gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan
ekuilibrium dan pertumbuhan.
Teori perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang
berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini
berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif sebagai proses yang di mana
anak secara aktif membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas
melalui pengalaman dan interaksi mereka. Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia, yaitu: sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi
formal. Dia percaya bahwa semua anak melewati tahap-tahap tersebut dalam urutan
seperti ini dan bahwa tidak seorang anak pun dapat melompati satu tahap,
walaupun anak-anak yang berbeda melewati tahap-tahap tersebut dengan kecepatan
yang agak berbeda. Berikut adalah tabel ringkasan tahap-tahap perkembangan
kognisi menurut Piaget:
Tahap Perkembangan
Kognitif Piaget
Tahap
|
Perkiraan Usia
|
Pencapaian Utama
|
Sensorimotor
|
Lahir hingga 2
tahun
|
Pembentukan konsep
keajekan objek dan kemajuan bertahap dari perilaku refleks ke perilaku yang
diarahkan oleh tujuan.
|
Praoperasional
|
2 hingga 7 tahun
|
Perkembangan
kemampuan menggunakan simbol untuk melambangan objek di dunia ini. Pemikiran
masih terus bersifat egosentris dan terpusat.
|
Operasional
konkret
|
7 hingga 11 tahun
|
Perbaikan
kemampuan berpikir logis. Kemampuan baru meliputi penggunaan pengoperasian
yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat dan pemecahan masalah kurang
dibatasi oleh egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin.
|
Operasional formal
|
11 tahun hingga
dewasa
|
Pemikiran abstrak
dan semata-mata simbolik dimungkinkan. Masalah dapat dipecahkan melalui
penggunaan eksperimentasi sistematik.
|
1.
Tahap Sensorimotor
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai
usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia
dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan
mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera
serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk
refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan
hubungan dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6
periode, yaitu:
a. Periode 1:
Penggunaan Refleks-refleks (Usia 0-1 bulan) Refleks yang paling jelas pada
periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir
mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara
lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan
menggerakkan kepala ke arah kanan.
b. Periode 2: Reaksi
Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan) Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi
sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik
dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
c. Periode 3: Reaksi Sirkuler
sekunder (Usia 4-10 bulan) Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan
koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder
terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar
dirinya.
d.
Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder
(Usia 10-12 bulan) Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua
skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak
Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah
jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos
atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget
tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul
kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan
mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa
hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan
ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent
berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang
2). Memeluk kotak mainan.
e.
Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18
bulan) Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil
tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang
berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent
tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak
tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan
perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
f.
Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24
bulan) Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik,
pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal
sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa
berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat
menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau
pemikirannya.
2.
Tahap Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut
Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia,
namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “Operation” (operasi) , yaitu
tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan
secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini
dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”.
Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
a.
Imitasi tidak langsung. Anak mulai dapat
menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya
sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang
dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak
dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil
imitasi.
b.
Permainan Simbolis. Sifat permainan simbolis
ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya
adalah adiknya.
c.
Menggambar Pada tahap ini merupakan jembatan
antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis
terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar.
Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai
meniru sesuatu yang nyata”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil
atau alat tulis lainnya.
d.
Gambaran Mental Merupakan penggambaran secara
pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada
tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis
dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati. Contoh yang
digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e.
Bahasa Ucapan Anak menggunakan suara atau
bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat
berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3.
Tahap Operasi berfikir Konkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan
perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis.
Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan
ini adalah:
a.
Pengurutan Yaitu kemampuan untuk mengurutan
objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda
berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke
yang paling kecil.
b.
Klasifikasi Kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan).
c.
Decentering Anak mulai mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh
anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding gelas kecil yang tinggi.
d.
Reversibility Anak mulai memahami bahwa jumlah
atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama
dengan 4, jumlah sebelumnya.
e.
Konservasi Memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi gelas lain.
f.
Penghilangan sifat Egosentrisme Kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi
konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di
dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam
laci oleh Baim.
4.
Tahap Operasi berfikir Formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami
hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat
terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa
secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis,
yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan.
Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika
penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir
kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungka
sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada
tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan
mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga
ia dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan
yang kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur
dan kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat
melihat pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.
B.
Pelaksaaan Pengembangan Kognitif Jean Piaget
Teori Piaget telah membawa dampak besar pada teori dan praktik pendidikan.
Pertama, teori tersebut memusatkan perhatian pada gagasan pendidikan yang
sesuai dengan tahap perkembangan (developmentally appropriate education)
pendidikan dengan lingkungan, kurikulum, bahan ajar, dan pengajaran yang sesuai
bagi siswa dari sudut kemampuan fisik dan kognisi mereka dan kebutuhan social
dan emosi mereka. Teori Piaget telah berpengaruh ke model konstruktivis
pembelajaran, yang akan diuraikan meringkaskan implikasi pengajaran utama yang
diambil dari Piaget sebagai berikut:
1.
Fokus pada proses pemikiran siswa, bukan hanya
hasilnya. Selain memeriksa kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
yang digunakan siswa untuk sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman belajar
yang tepat membentuk tingkat keberfungsian kognisi siswa saat ini, dan hanya
jika guru menghargai metode siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu maka
guru berada dalam posisi menyediakan pengalaman seperti itu.
2.
Pengakuan atas peran penting kegiatan
pembelajaran berdasar keterlibatan aktif yang diprakarsai sendiri oleh siswa.
Dalam suatu ruang kelas Piaget, penyajian pengetahuan yang sudah jadi tidak
lagi ditekankan, dan siswa didorong untuk menemukan sendiri melalui interaksi
spontan dengan lingkungan. Karena itu, bukannya mengajar secara didaktik, guru
harus menyediakan berbagai jenis kegiatan yang memungkinkan siswa bertindak
langsung dalam dunia fisik.
3.
Tidak menekankan praktik yang ditujukan untuk
menjadikan siswa berpikir seperti orang dewasa. Piaget merujuk ke pertanyaan “Bagaimana
cara kita mempercepat perkembangan?” sebagai “pertanyaan Amerika”. Di antara
banyak Negara yang dia kunjungi, psikolog dan pendidik di Amerika Serikat
tampak paling tertarik dengan teknik apa saja yang dapat digunakan untuk
mempercepat langkah siswa melewati tahap-tahap tersebut. Program pendidikan
yang berbasis Piaget menerima keyakinannya yang kuat bahwa pengajaran prematur
dapat lebih buruk daripada tanpa pengajaran sama sekali karena hal itu
melahirkan penerimaan rumus orang dewasa secara dangkal bukannya pemahaman
kognisi yang benar.
4.
Penerimaan atas perbedaan kemajuan
perkembangan masing-masing orang. Teori Piaget beranggapan bahwa semua siswa
mengalami urutan perkembangan yang sama tetapi hal itu terjadi dengan kecepatan
yang berbeda. Karena itu, guru harus menempuh upaya khusus untuk merencanakan
kegiatan di ruang kelas bagi masing-masing siswa dan kelompok kecil anak-anak
bukannya bagi seluruh kelompok kelas. Selain itu, karena perbedaan
masing-masing siswa sudah diperkirakan, penilaian kemajuan pendidikan siswa
hendaknya dilakukan berdasarkan perjalanan perkembangan terdahulu masing-masing
siswa itu sendiri, bukan berdasarkan kinerja teman-teman dengan usia yang sama.
Materi di atas dapat didownload di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar