Sejak lahir
manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mempelajari bahasa dengan
sendirinya, terlihat bahwa manusia tidak memerlukan banyak usaha untuk mampu
bebicara. Orang yang sering mendengarkan pengucapan suatu bahasa biasanya ia
akan mampu mengucap bahasa tersebut tanpa instruksi khusus (direncanakan). Banyak peneliti menyakini bahwa anak-anak dari
berbagai konteks sosial yang luas mampu menguasai bahasa ibu mereka tanpa
diajarkan secara khusus dan tanpa pengetahuan yang jelas. (Rice, 1993 dalam
Santrock, 1995)
Kemampuan dan
kesiapan belajar bahasa pada manusia segera mengalami perkembangan setelah
kelahirannya. Menurut Havighurst (1984), kemampuan menguasai bahasa
(belajar membuat suara-suara yang berarti dan berhubungan dengan orang
lain melalui penggunaan suara-suara itu, merupakan salah satu perkembangan yang
harus dicapai pada masa bayi. Hal ini karena urat-urat saraf dan otot-otot alat
bicara sudah berkembang baik sejak lahir. Oleh karena itu, jauh sebelum bayi
bisa bicara, dia telah mampu meniru secara selektif nada pembicaraan tertentu.
Bahkan bayi yang baru lahir dapat mensinkronkan gerakan tubuhnya dengan nada
pembicaraan orang dewasa (Hetherington & Parke, 1979).
Sejak akhir
bulan pertama, bayi dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya. Pada
usia 2 bulan mereka merespons secara berbeda teerhadap suara yang berasal dari
ibunya dan dari wanita lain yang belum dikenalnya. Penelitian juga menunjukkan
bahwa bayi seperti halnya orang dewasa, sudah dapat membedakan antara huruf
mati (konsonan) seperti “pah” dan “bah”. Kemampuan ini muncul dalam diri bayi
kira-kira usia 1 bulan (Eimas, 1975).
Sesungguhnya
bayi bayi sudah menunjukkan kemempuan khusus berbahasa, termasuk menyeleksi
perhatian, membedakan suara, meniru aspek-aspek pembicaraan, mensinkronkan
gerakan dengan nada suara, lebih khusus lagi memahami fonem. Bayi 1 bulan dapat
dengan mudah membedakan antara bunyi yang sama dengan fonem yang berbeda dan
anak-anak dengan cepat dapat mempelajari fomen mana yang relevan dengan
bahasanya. Namun dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi anak untuk mempelajari
bagaimana fonem dapat digabung untuk membentuk kata. (Atkinson, et all, 1991).
Bayi sejak lahir
juga aktif memproduksi bunyi (meskipun bukan bahasa). Seseorang yang bangun
tengah malam karena tangisan bayi usia 3 minggu, menunjukkan bahwa bayi tidak
pasif atau tidak diam. Produksi bunyi pada tahun pertama kehidupan mengikuti
suatu urutan rapi. (Kaplan & Kaplan, 1971) mengidentifikasi empat tahap
produksi bunyi pada bayi yaitu: (1) tangisan yang dimulai dari kelahiran; (2)
suara-suara lain dan mendengkur yang dimulai pada akhir bulan pertama; (3) ocehan
yang dimulai pada pertengahan tahun pertama; (4) suara yang telah dipolakan
pada usia menjelang 1 tahun.
Suara yang
pertama diucapkan bayi yang baru lahir adalah tangisan. Menangis adalah salah
satu cara pertama bagi bayi berbicara dengan dunia luar. Melalui tangisan bayi
memberitahukan kebutuhannya kepada orang lain, seperti untuk menghilangkan rasa
lapar, pedih, lelah, dan keadaan tubuh yang tidak menyenangkan. Agar
pembicaraan itu mudah dipahami orang , alam menyediakan perbedaan kualitas
suara tangis sehingga pada minggu ketiga atau keempat dapat diketahui apa
maksud tangisan bayi melalui nada, intensitas, dan gerakan badan yang
menyertainya.
Bulan pertama
kehidupannya bayi akan mengeluarkan suara sederhana seperti merengek, menjerit,
menguap, bersin, mengeluh, batuk, bunyi mengarau, menggeram. Pada usia 1-6
bulan bayi mulai memperlihatkan suatu minat terhadap suara, bermain dengan air
liur dan merespons suara. Usia 6 bulan bayi mulai mengoceh, mengeluarkan suara
seperti “goo-goo” “ga-ga”, ocehan ini sesuai dengan situasi seperti ocehan di
dalam tempat tidur kecil, ocehan ketika melihat mobil atau ocehan ketika duduk
dipangkuan ibunya. (Hetherington dan Parke, 1979).
Pada pertengahan
kedua tahun pertama, perbendaharan kata yang diterima bayi mulai berkembang dan
meningkat secara dramatis pada tahun kedua, dari 12 kata yang dipahami pada
ulang tahun pertama hingga diperkirakan 300 kata atau lebih pada ulang tahun
kedua. Pada usia kira-kira 9-12 bulan, bayi mulai memahami pelajaran, seperti
“daah” ketika kita mengucapkan selamat tinggal.
Pada saat
anak-anak berusia 18-24 bulan mereka
biasanya mengucapkan pertanyaan yang terdiri dari 2 kata. Selama tahap kedua
kata ini, mereka dengan cepat memahami pentingnya mengekspresikan konsep dan
peran yang akan dimainkan oleh bahasa
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Secara singkat
perkembangan bahasa selama masa bayi ini, dapat digambarkan dalam tabel
berikut:
USIA
|
PENCAPAIAN VOKAL
|
4 Minggu
12 Minggu
20 Minggu
6 Bulan
12 Bulan
18 Bulan
24 Bulan
|
Tangisan ketidaksenangan.
Mendengkur pulas, memekik mendenguk; kadang-kadang
bunyi vokal.
Menyatakan ocehan pertama; bunyi vokal lebih
banyak, tapi kadang-kadang hanya huruf mati.
Memperlihatkan ocehan yang lebih baik; bunyi vokal mulai penuh dan banyak huruf mati.
Ocehan meliputi nyanyian atau intonasi bahasa;
mengungkapkan isyarat emosi; memproduksi kata-kata pertama; anak memahami
beberapa kata dan perintah sederhana.
Mengucapkan kosa kata antara 3-50 kata; ocehan
diselingi dengan kata yang riil; kadang-kadang kalimat yang terdiri dari 2
dan 3 kata.
Mengucapkan kosa kata antara 50-300 kata, walaupun
tidak semua digunakan dengan teliti; ocehan menghilang;banyak kalimat yang
terdiri dari 2 kata atau lebih panjang; tata bahasa belum benar; anak memahami
secara sederhana bahasa yang dibutuhkannya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar