Extra
Sensory Perception (ESP) paling sering disebut “indra keenam”. Ini adalah
informasi sensorik yang diterima seorang individu yang datang dari luar selain lima indra biasa
(penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan sentuhan). Sejarah istilah
"ESP" digunakan pada tahun 1870 oleh Sir Richard Burton. Seorang
peneliti Perancis Dr.Paulus Joire, pada tahun 1892 menggunakan istilah ESP
untuk menggambarkan kemampuan orang yang telah dihipnosis atau berada di-trace
eksternal negara untuk merasakan hal-hal tanpa menggunakan indera biasa. Namun, fenomena kegiatan ESP telah
diindikasikan jauh sebelumnya, beberapa bahkan mengatakan dalam zaman
Alkitab. Meskipun tidak ada bukti yang
jelas mengenai kepastian dari fenomena ini telah menarik perhatian dan
antusiasme dari banyak selama berabad-abad.
Pada
tahun 1920-an seorang ahli mata Munich, Dr.Rudolph Tischner, menggunakan ESP
dalam menggambarkan "eksternalisasi dari kepekaan". Kemudian pada
tahun 1930-an Amerika JB Rhine parapsikologis mempopulerkan istilah untuk
memasukkan fenomena psikis yang serupa dengan fungsi indera. Studi sistematis
pertama ESP dilakukan pada tahun 1882, ketika Society for Physical Penelitian
ini didirikan di London . Jurnal-jurnal Proceedings masyarakat ini dan journal
diterbitkan serta publikasi lainnya di Amerika Serikat dan Belanda. Segera negara lainnya melaporkan penemuan
serupa. Namun, studi pertama ini ESP
jarang eksperimental. Penelitian terdiri dari insiden yang spontan kebanyakan
berada. Banyak dari individu-individu diteliti mengklaim diri
"sensitives" atau paranormal. Jarang yang mereka diperiksa dibawah
kondisi laboratorium yang menyerupai apapun. Para
peneliti melakukan pemeriksaan jaksa pengacara mirip.
Ekstra
Sensory Persepsi (ESP) melibatkan penerimaan informasi yang tidak diperoleh
melalui fisik yang dikenali indera tetapi merasa
dengan pikiran. Istilah ini diciptakan oleh peneliti psikis Jerman, Rudolf
Tischner, dan diadopsi oleh psikolog
Universitas Duke JB Rhine untuk menunjukkan psikis kemampuan seperti telepati
dan clairvoyance, dan trans-operasi temporal precognition
atau retrocognition. ESP juga kadang-kadang biasa disebut sebagai
indra keenam,
insting atau firasat, yang idiom Inggris sejarah.
Menyiratkan istilah akuisisi informasi dengan cara eksternal untuk membatasi
asumsi dasar ilmu, seperti organisme hanya dapat menerima informasi dari masa
lalu hingga sekarang. Parapsikologi
adalah studi tentang fenomena psikis paranormal, termasuk ESP. Parapsychologis
umumnya menganggap semua ujian itu sebagai percobaan
ganzfeld menyediakan bukti bagi keberadaan ESP. Para komunitas
ilmiah tidak menerima ini karena bukti-bukti yang dipersengketakan
dasar, kurangnya sebuah teori yang akan menjelaskan ESP, dan kurangnya teknik
eksperimental yang dipercaya dapat memberikan hasil yang positif. Para konsensus
ilmiah, seperti yang diungkapkan oleh National
Science Foundation, telah diidentifikasi dan dijelaskan sepuluh mata
pelajaran, termasuk ekstra persepsi, dan kepercayaan mereka menganggap mata
pelajaran tersebut menjadi keilmu-ilmuan
keyakinan.
JB Rhine Pada tahun 1930-an, di Universitas
Duke di North Carolina, JB Rhine
dan istrinya Louisa mencoba mengembangkan penelitian psikis percobaan
sains. Untuk menghindari konotasi dari keberadaan
hantu dan pemanggilan
arwah ruangan, mereka mengubah namanya menjadi "parapsikologi."
Sementara Louisa Rhine berkonsentrasi pada account mengumpulkan kasus-kasus
spontan, JB Rhine bekerja sebagian besar di laboratorium, dengan hati-hati
mendefinisikan istilah-istilah seperti ESP dan psikologi dan mendesain
percobaan untuk menguji mereka. Sebuah set kartu sederhana dikembangkan,
awalnya disebut kartu Zener (setelah mereka desainer)
kini disebut kartu ESP. Mereka menanggung simbol lingkaran, persegi, garis
bergelombang, salib, dan bintang, ada lima kartu dari masing-masing dalam satu
pak 25.
Extra Sensory Perception (ESP) termasuk
dalam kelas fenomena yang lebih besar yang disebut fenomena parapsikokologi (
parapsychology phenomena). Fenomena ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a)
Persepsi ekstra sensoris (ESP), ada 3 macam:
1.
Telepati, atau pemindahan pikiran dari satu orang ke
orang lainnya.
2.
‘Clairvoyance’
(kemampuan melihat pikiran seseorang dan apa yang terjadi pada jarak jauh) atau
persepsi akan benda dan peristiwa yang tidak mempengaruhi indera (seperti
menyebutkan jumlah dan macam kartu yang ada di dalam amplop tertutup).
b)
‘Precognition’, atau persepsi akan kejadian yang akan
datang.
Psikokenesis (PK),
memanipulasi objek secara mental tanpa menyentuhnya. (misalnya, ”kehendak” akan
munculnya nomer tertentu pada waktu dadu dilempar).
Eksperimen Extra Sensory Perception (ESP)
Para penyelidik
yang menyelidiki fenomena parapsikologis bekerja sesuai dengan ketentuan ilmiah
biasa dan biasanya tidak menghubungkan percobaan mereka dengan spiritualisme,
supernaturalisme, dan doktrin gaib lainnya. Banyak
ahli ilmu jiwa yang tidak yakin sekalipun akan menerima bukti yang dapat
memuaskan mereka. Sebagai contoh, kemungkinan adanya semacam pengaruh dari satu
otak ke otak orang lain, selain melalui indera, tidak akan terbayangkan adanya
dalam kerangka ilmu pengetahuan.
Kebanyakan
penyelidikan awal tentang ESP ini dilakukan oleh Rhine (1942) dengan
menggunakan prosedur suatu kartu tebak. Satu pak kartu khas ESP terdiri dari 25
kartu dengan 5 simbol yang berbeda-beda sehingga dengan menebak saja, orang
yang dites dapat membagi rata 5 bagian dengan tepat dalam satu pak. Dalam percobaan khusus, kartu dikocok dan diletakkan
diluar pandangan subjek, subjek kemudian menebak kartu sekaligus. Bila si penyelidik,
atau si ‘pengirim’ melihat setiap kartu sebelum subjek memberi respon,
penyelidikan ini berkaitan dengan telepati. Bila si penyelidik tidak melihat
kartu tersebut/dalam keadaan tertutup dalam pak penyelidikan ini menyangkut
‘clairvoyance’.
Prosedur menebak kartu dapat tampak sebagai sesuatu yang
dibuat-buat dan tidak bermanfaat bagi tindakan batiniah yang baik (“good
psychic performance”), tetapi hal ini mempunyai beberapa keuntungan:
a)
Percobaan
ini dapat diulang dengan subjek yang sama pada waktu yang berbeda.
b)
Hasil
signifikansi statistik percobaan (jumlah tebakan yang tepat) dapat dievaluasi
dengan menggunakan teknik statistik.
c)
Percobaan
dapat dikendalikan, sehingga tidak mungkin terjadi penipuan.
Macam bukti yang digunakan untuk mendukung sifat penemuan
yang tidak kebetulan ini digambarkan dengan giliran bermain yang berturut-turut
dari seorang subjek yang peka yaitu Mrs. Gloria Stewart, yang dipelajarinya di
England dalam jangka waktu yang panjang. Bila bukti ini dipandang dari sudut yang sama seperti
berbagai percobaan lainnya. Maka jelas bahwa Mrs Stewart member reaksi lebih
dari sekadar kebetulan pada percobaan telepati tetapi tidak merupakan percobaan
‘clairvoyance’.
Skeptisisme Tentang ESP
Salah satu
alasan utama adanya skeptisisme tentang ESP ialah tidak adanya metode yang
ditemukan untuk mendemonstasikan fenomena tersebut secara ajeg. Prosedur yang
membuahkan hasil signifikan bagi seorang penyelidik tidak memberikan hasil yang
sama bagi penyelidik lain. Sekalipun
penyelidik yang sama yang mengetes individu yang sama selama jangka
waktu tertentu dapat memperoleh hasil yang signifikan pada satu peristiwa,
namun tidak dapat mengulang hasil tersebut pada waktu yang lain.
Kritik yang
kedua tentang riset ESP ini adalah bahwa hasilnya tidak bervariasi secara
sistematis dengan adanya manipulasi percobaan yang berbeda-beda. Tetapi
keberatan ini tidak seluruhnya ‘fair’. Beberapa hasil dilaporkan bahwa para
subjek lebih berhasil pada percobaan awal dibandingkan dengan percobaan akhir
dan terdapat bukti bahwa subjek yang bersikap positif menghasilkan sesuatu yang
positif pula, sedangkan yang bersikap tidak menyenangkan menghasilkan skor
dibawah kebetulan. Juga dilaporkan bahwa keadaan emosi pengirim dan penerima
menurun sehingga dia dalam keadaan rileks (relax), maka ESP akan maksimal.
akhirnya terdapat sejumlah penyelidikan yang menemukan bahwa ESP akan lebih
baik bila penerima dalam keadaan mimpi/melamun atau dalam keadaan hipnotik dari
pada dalam keadaan normal dan sedang berjalan. Argument
yang digunakan terhadap ESP dan PK dapat diringkas sebagai berikut:
a)
Banyak
klaim tentang fenomena luar biasa pada masa lalu telah terbukti curang.
b)
Banyak
percobaan yang kelihatannya meyakinkan ternyata secara metodis ditemukan tidak
sempurna.
c)
Metode
eksperimental yang ditingkatkan gagal menghasilkan dampak yang lebih besar atau
lebih ajeg dibandingkan metode yang sederhana.
d)
Pada
umumnya tidak terdapat keajegan di dalam fenomena, yang menyebabkan pembuatan
teori formal tidak dapat menggantikan spekulasi samar akhir-akhir ini tentang
apa yang mungkin terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar