BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bimbingan dan
konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam
bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No.
025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan
perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau
manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut
merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu
dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan
konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan
lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan,
membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
Dalam kajian Bimbingan dan Konseling kita
mempelajari banyak hal yang berhubungan dengan bimbingan dari konselor kepada
klien untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh klien. Terlebih lagi
mengenai jenis-jenis layanan dalam bimbingan dan konseling yang terbagi menjadi
beberapa layanan ini memiliki fungsi dan kegiatan yang berbeda-beda. Dengan
perbedaan itu akan dikaji secara mendalam mengenai pengertian layanan-layanan
dalam suatu konteks tertentu sehingga kita dapat memahami makna layanan-layanan
itu.
Sehingga dalam pembahasan layanan-layanan
bimbingan dan konseling ini bertujuan untuk membantu para klien yang mengalami
masalah agar dapat mengambil keputusan secara tepat dan akurat dengan bantuan
konselor. Selain itu, akan dibahas pula mengenai pengertian masing-masing
layanan tersebut sehingga akan jelas tindakan klien jika mereka mempunyai
masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Sehingga peran konselor sangat
penting untuk membantu kliennya.
Salah
satu jenis layanan bimbingan konseling adalah layanan konseling individu.
Konseling individu merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh
seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan masalah
pribadi klien. Dalam konsleing individu
pemberian bantuan dilakukan secara face
to face relationship antara konselor dengan individu (konseli). Dalam
konseling ini teori yang digunakan adalah konseling berpusat pada person yaitu yang memandang klien
sebagai partner dan perlu adanya
keserasian pengalaman baik pada klien mapun konselor dan keduanya perlu mengemukakan pengelamannya pada
saat hubungan konseling berlangsung.
Secara ideal konseling yang berpusat pada
person tidak terbatas oleh tercapainya pribadi yang kongruensi saja. Menurut Rogers tujuan konseling pada dasarnya
sama dengan tujuan kehidupan ini yaitu
apa yang disebut dengan full functioning person yaitu pribadi yang berfungsi sepenuhnya. Dalam
suasana tatap muka dilaksanakan interaksi langsung antara klien dan konselor,
membahas berbagai hal tentang masalah yang dialami klien. Pembahasan tersebut
bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting tentang diri klien (bahkan sangat
penting yang boleh jadi penyangkut rahasia pribadi klien). Masalah tersebut
bisa meluas meliputi berbagai sisi yang menyangkut permasalahan klien, namun
juga bersifat spesifik menuju ke arah pengentasan masalah. Dalam layanan
konseling individu konselor memberikan ruang dan suasana yang memungkinkan
klien membuka diri setransparan mungkin. Lebih lengkap lagi mengenai
pengertian, teknik dan tujuan layanan konseling individu akan dibahas dalam
makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
definisi dari konseling individu?
2.
Apa
saja tujuan layanan konseling individu?
3.
Bagaimana
teknik yang digunakan dalam layanan konseling individu?
4.
Bagaimana
prosedur pelaksanaan konseling individu?
5.
Bagaimana
konseling individu diimplementasikan dalam studi kasus?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
definisi dari konseling individu.
2.
Mengetahui
tujuan layanan konseling individu.
3.
Mengetahui
teknik yang digunakan dalam layanan konseling individu.
4.
Mengetahui
prosedur pelaksanaan konseling individu dan contoh kasusnya.
5.
Mengetahui
contoh kasus yang diselesaikan menggunakan layanan konseling individu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Konseling individu
terjadi ketika seorang konselor bertemu secara pribadi dengan seorang siswa
untuk tujuan konseling. Ini adalah interaksi antara konselor dan
konseli dimana banyak yang berpikir bahwa ini
adalah esensi dari pekerjaan konselor.
Layanan
konseling individu merupakan bentuk layanan bimbingan dan konseling khusus antara
peserta didik (klien) dengan konselor dan mendapat layanan langsung tatap muka
(secara perorangan) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan
pribadi yang diderita peserta didik (klien).
Konseling
individu merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam peaksanaan fungsi
pengentasan masalah klien. Dengan demikian konseling perorangan merupakan “jantung hati”. Implikasi lain
pengertian “jantung hati” adalah
apabila seorang konselor telah menguasai dengan baik apa, mengapa dan bagaimana
pelayanan konseling itu (memahami, menghayati dan menerapkan wawasan,
pengetahuan dan ketrampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka
diharapkan ia dapat menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan lainnya tanpa
mengalami banyak kesulitan.
Banyak peserta didik
yang tidak mau membicarakan masalah pribadi atau urusan pribadi
mereka dalam diskusi kelas dengan guru. Beberapa dari mereka ragu
untuk berbicara di depan kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, konseling
individu dalam sekolah-sekolah, tidak terlepas dari psikoterapi,
didasarkan pada asumsi bahwa konseli itu akan lebih suka berbicara sendirian
dengan seorang konselor.
Selain itu,
kerahasiaan, selalu dianggap sebagai dasar konseling.
Akibatnya, muncul asumsi bahwa siswa membutuhkan pertemuan pribadi
dengan seorang konselor untuk mengungkapkan pikiran mereka dan untuk
meyakinkan bahwa pengungkapan mereka akan dilindungi. Tidak ada yang lebih aman
daripada konseling individu.
Konseling individu sebagai
intervensi mendapatkan popularitas dari pemikiran teoritis dan
filosofis yang menekankan penghormatan terhadap nilai individu, perbedaan, dan
hak-hak. Hubungan konseling bersifat pribadi. Hal ini memungkinkan
beberapa jenis komunikasi yang berbeda terjadi antara konselor dan konseli, perlindungan integritas
dan kesejahteraan konseli dilindungi.
Konseling telah
dianggap sangat rumit, dengan setiap kata, infleksi sikap, dan
keheningan yang dianggap penting,yang hanya bisa terjadi antara
konselor yang terampil dan konseli yang berminat.
Bersama-sama mereka mencari makna tersembunyi di balik perilaku. Seperti
pemeriksaan pribadi memerlukan sikap permisif dan kebebasan
untuk mengeksplorasi ide-ide secara mendalam, di bawah pengawasan ketat dari
konselor. Selama bertahun-tahun, telah diasumsikan bahwa pengalaman
ini hanya bisa terjadi dalam interaksi antara dua orang.
Materi
yang dapat diangkat melalui layanan konseling perorangan ini ada berbagai
macam, yang pada dasarnya tidak terbatas. Layanan ini dlilaksanakan untuk
seluruh masalah peserta didik secara perrangan (dalam berbagai bidang
bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier).
B. Tujuan Konseling Individu
Tujuan dari layanan
konseling individu dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Tujuan
Umum
Tujuan
umum layanan konseling individu adalah terentasnya masalah yang dialami klien.
Apabila masalah klien itu dicirikan sebagai:
(a) sesuatu yang tidak disukai adanya,
(b) suatu yang ingin dihilangkan
(c) sesuatu yang dapat menghambat atau menimbulkan kerugian
Maka
upaya pengentasan masalah klien melalui konseling individu akan mengurangi
intensitas ketidaksukaan atas keberadaan sesuatu yang dimaksud atau meniadakan
keberadaan sesuatu yang dimaksud atau bisa jadi mengurangi intensitas hambatan
kerugian yang ditimbulkan oleh suatu yang dimaksudkan itu. Dengan layanan
konseling individu beban klien diringankan, kemampuan klien ditingkatkan,
potensi klien dikembangkan. Tujuan umum layanan konseling individu adalah
pengentasan masalah klien dengan demikian, fungsi pengentasan sangat dominan
dalam layanan ini.
2. Tujuan
Khusus
Dalam
kerangka tujuan umum itu, tujuan khusus layanan konseling individu dapat
dirinci dan secara langsung dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling yang
secara menyeluruh diembannya, antara lain:
a. Melalui layanan konseling individu klien memahami seluk-beluk
masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif, serta positif dan
dinamis (fungsi pemahaman).
b. Pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap
serta kegiatan demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dialami klien
itu (fungsi pengentasan). Pemahaman dan pengentasan masalah merupakan fokus
yang sangat khas, kongkrit dan langsung ditangani dalam layanan konseling
individu.
c. Pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai unsur
positif yang ada pada dirinya merupakan latar belakang pemahaman dan
pengentasan masalah klien dapat dicapai (fungsi pengembangan atau
pemeliharaan). Bahkan, secara tidak langsung, layanan konseling individu sering
kali menjadikan pengembangan atau pemeliharaan potensi dan unsur-unsur positif
klien sebagai fokus dan sasaran layanan.
d. Pengembangan atau pemeliharan potensi dan unsur-unsur positif yang
ada pada diri klien, diperkuat oleh terentaskannya masalah, akan merupakan
kekuatan bagi tercegah menjalarnya masalah yang sekarang sedang dialami itu,
serta (diharapkan) tercegah pula masalah-masalah baru yang mungkin timbul
(fungsi pencegahan).
e. Apabila masalah yang dialami klien menyangkut dilanggarnya hak-hak
klien sehingga klien teraniaya dalam kadar tertentu, layanan konseling individu
dapat menangani sasaran yang bersifat advokasi (fungsi advokasi). Melalui
layanan konseling individu klien memiliki kemampuan untuk membela diri sendiri
menghadapi keteraniayaan itu. Kelima sasaran yang merupakan wujud dari
keseluruhan fungsi konseling itu, secara langsung mengarah kepada dipenuhinya
kualitas untuk keperikehidupan sehari-hari yang efektif (effective daily
living).
Gabungan
capaian tujuan umum dan tujuan khusus yang dapat diraih melalui layanan
konseling individu memperlihatkan betapa layanan konseling individu dapat
disebut sebagai “jantung hatinya” seluruh pelayanan konseling. Dengan kemampuan
layanan konseling individu, konselor dapat menjangkau keseluruhan daerah
pelayanan konseling.
C. Teknik Konseling Individu
Pengembangan proses
layanan konseling individu oleh konselor dilandasi oleh dan sangat pengaruhi
oleh suasana penerimaan, posisi duduk, dan hasil penstrukturan. Lebih lanjut,
Konselor menggunakan berbagai teknik untuk mengembangkan proses konseling
individu yang efektif dalam mencapai tujuan layanan. Teknik-teknik tersebut
meliputi:
1. Kontak mata
2. Kontak psikologis
3. Ajakan untuk berbicara
4. Tiga M (mendengar dengan cermat, memahami secara tepat, merespon secara
tepat dan positif)
5. Keruntutan
6. Pertanyaan terbuka
7. Dorongan minimal
8. Refleksi (isi dan perasaan)
9. Penyimpulan
10. Penafsiran
11. Konfrontasi
12. Ajakan untuk memikirkan sesuatu yang lain
13. Peneguhan hasrat
14. “Penfrustrasian” klien
15. Strategi “tidak memaafkan klien”
16. Suasana diam
17. Transferensi dan kontra-transferensi
18. Teknik eksperiensial
19. Interprestasi pengalaman masa lampau
20. Asosiasi bebas
21. Sentuhan jasmaniah
22. Penilaian
23. Pelaporan
Penerapan teknik-teknik
tersebut di atas dilakukan secara eklektik, dalam arti tidak harus berurutan
satu persatu yang satu mendahului yang lain, melainkan terpilih dan terpadu
mengacu kepada kebutuhan proses interaksi efektif sesuai dengan objek yang
direncanakan dan susana proses pembentukan yang berkembang. Kontak psikologis
dibina sejak awal-awal proses layanan yang di dalamnya ada ajakan untuk
berbicara, selanjutnya berkembanglah interaksi intensif antara klien dan
Konselor melalui pertanyaan terbuka, refleksi, penyimpulan, penafsiran, yang
kadang-kadang (sesuai dengan keperluan) diselingi konfrontasi, ajakan untuk
memikirkan sesuatu yang lain, dan peneguhan hasrat. Dalam pada itu, kontak
mata, tiga-m, keruntutan dan dorongan minimal selalu mewarnai dan menyertai
seluruh dinamika interaksi.
Teknik
“menfrukstrasikan” dan strategi “tiada maaf” hanya digunakan secara benar-benar
terpilih untuk membangkitkan dan menyadarkan klien akan tantangan yang harus ia
hadapi serta meninggikan motivasi dan semangat dalam memasuki dan menggapai
kesempatan yang terbuka. Kedua teknik ini, dan juga teknik konfrontasi,
seringkali diikuti oleh “suansana diam”.
Teknik berkenaan dengan
transferensi dan kontra-tranferensi dapat dimunculkan dalam proses layanan
dengan kontak psikolgis yang benar-benar intens. Intensitas proses layanan
dapat ditempuh lebih jauh melalui teknik-teknik eksperimensial, analisis
pengalaman masa lampau, dan asosiasi bebas. Teknik-teknik yang disebut terakhir
ini hanya dilakukan untuk keperluan pendalaman yang khas sesuai dengan permasalahan
klien. Untuk pendalaman yang dimaksudkan itu, dan untuk memberikan nuansa yang
lebih bersifat afektif, sentuhan jasmaniah dapat dilakukan. Proses layanan
konseling individu diakhiri dengan kegiatan penilaian dan pelaporan. Kegiatan
ini dilaksanakan pada setiap kali sesi layanan konseling individu, khususnya
untuk kegiatan penilaian segera.
D. Prosedur Pelaksanaan Konseling Individu
Secara umum, proses
konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan
masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan
dan tindakan).
1. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan
sampai konselor dan klien menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal
yang perlu dilakukan, diantaranya:
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci
keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan
dan konseling terutama azas kesukarelaan, keterbukaan, kerahasiaan dan
kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah
terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat
membantu memperjelas masalah klien.
c. Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau
menaksir kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan,
yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai
alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.
d. Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien,
berisi:
1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien
dan konselor tidak berkebaratan.
2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien.
3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian
kegiatan konseling.
2. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa
hal yang harus dilakukan, diantaranya:
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan
masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru
terhadap masalah yang sedang dialaminya.
b. Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali),
bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
c. Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara. Hal ini bisa terjadi
jika:
1) Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling,
serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah
yang dihadapinya.
2) Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar-benar
peduli terhadap klien.
3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah
dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
3. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
a. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
b. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
c. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
d. Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir
ditandai beberapa hal, yaitu:
a. Menurunnya kecemasan klien
b. Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis
c. Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya
d. Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
E. Skenario Studi Kasus Konseling Individu
1. Kasus 1 (Dituduh Menjadi Pemakai NAPZA)
Konselor :
(Sedang di depan pintu hendak keluar,melihat seorang siswa berdiri diam didepan pintu masuk ruang
BK,lantas….). Kamu Siska kan? Kok berdiri disini, apa ada perlu sama Ibu?
Konseli :Iya Bu, sebenarnya saya mau jumpa Ibu, tapi
saya malu.
Konselor :Mau jumpa Ibu?Ayo masuk….(sambil menuntun
siswa masuk). silakan duduk! Ada yang biasa Ibu bantu?
Konseli :Iya Bu,…..saya lagi……
Konselor :lagi
apa..?!?!? sama Ibu kok malu-malu.
Konseli :Begini
Bu….!saya lagi bingung!
Konselor :Bingung……?Iya..ya..coba
!kamu cerita ke Ibu.
Konseli :…………!?!?!?
Konselor :Ayo,.katanya
mau jumpa Ibu?
Konseli
:Saya dituduh Bu!
Konselor
:di tuduh?....maksudnya?
Konseli :Saya di tuduh pemakai Bu.
Konseli
:Ibu kurang jelas,bisa kamu ceritakan sama Ibu apa yang sebenarnya terjadi?
Konselor
:Persisnya begini Bu!
Konseli :Hari
senin lalu, belum habis upacara bendera, karena saya sangat lemas, saya pergi ke kamar mandi. Perut saya sakit sekali.
Konselor :Ya,
lalu?
Konseli :Buk
Tumorang yang kebetulan mengawasi siswa di barisan, jalan kebelakang dan
menjumpai saya ada di kamar mandi. Dia langsung memeriksa saya. Di kantong saya
ia temukan pil yang bentuknya bulat agak besar. Lantas dia bilang,”Siska ! kamu
pasti nge-pil, ngaku”
Konselor :Siska
jawab apa?
Konseli :Saya
jawab, “Nggak buk itu obat saya, mana mungkin saya nge-pil”. Tapi Buk Tumorang
terus ngotot. Katanya,”Kalau kamu nggak ngaku, saya lapor polisi” gitu
katanya Bu.
Konselor :Sis,
kalau kamu tidak keberatan,Ibu boleh tau?. Memang obat itu obat apa? Maaf ya! Ibu tidak
curiga sama kamu.Tidak! sama sekali tidak.
Konseli :Saya
juga kurang tau Bu. Saya baru di kasih ayah tadi pagi sebelum
berangkat ke sekolah. Kata Ayah ”Sis, perut kamu kan sakit, kamu perlu obat
ini. Nanti kira-kira jam 10, kamu makan ya!”. cuma itu Bu.
Konselor :Ya,,ya, Ibu bisa mengerti, tentu masalah ini yang menjadi beban fikiran
kamu. Apa benar begitu?
Konseli
:Iya Bu, saya sedih dan juga bingung.
Konselor :Siapapun yang mengalaminya,pasti akan
sama seperti kamu.
Konseli :Iya
Bu, saya harus bagaimana?
Konselor
:Boleh Ibu tahu, Ayahnya Siska kerja dimana?
Konseli :Jangan Bu, Ayah saya jangan dipanggil. Ayah saya kerjanya di Kantor Departemen Agama. Kalau dia nanti dipanggil ke sekolah, nanti dia malu.
Konselor
:Kamu salah sangka nak,Ibu bukan mau manggil orangtua kamu. Tapi nggak apa,
dari jawaban kamu tadi Ibu sudah dapat jawabannya.
Konseli
:Maksud Ibu?
Konselor :Menurut
Siska, dengan keberadaan orangtua kamu kerjanya di Kantor Departemen Agama, apa
iya Ayah kamu diberi sesuatu yang akan mencelakakan kamu?
Konseli :Tentu saja tidak ya! Iya kan
Bu? Tapi saya takut Bu?. Pil nya sekarang masih ada sama Buk
Tumorang,saya takut nanti dia kasi tau sama guru-guru atau kawan saya di kelas.
Konselor :Menurut Ibu,sebaiknya jangan menduga-duga dulu. Nah! sekarang menurut kamu sebaiknya bagaimana?
Konseli :Bagaiman kalau begini Bu? Saya telepon Ayah saya, saya ceritakan kejadiannya, supaya nanti Ayah saya yang menjelaskan sama Buk Tumorang. Saya takut, kalau makin lama nanti beritanya tersebar.
Konselor :Kalau
menurut kamu itu bisa membantu kenapa tidak?
Konseli :Terimakasih
Bu, saya agak merasa lega, mudah-mudahan tuduhan Bu Tumorang itu tidak
benar ya Bu!
Konselor :Ibu
juga berharap begitu,dan berharap masalah kamu segera bisa kamu selesaikan.
Konseli :Iya Bu.
Konselor :Ibu senang sekali.Dan Ibu bangga sama Siska.
Konseli :Saya
permisi ya Bu,dan sekali lagi terimakasih.
Konselor :Sama-sama, Ibu juga terimakasih. Jangan segan, jika masih butuh bantuan Ibu, Ibu akan dengan senang hati membantu. (sambil mengiringi siswa keluar,menjabat erat
tangan Siska) semangat!
2. Kasus 2 (Orang Tua Cerai)
Konselor :(Duduk
tenang diruang BK sambil membaca buku)
Konseli
:(mengetuk pintu) Selamat pagi bu,saya boleh masuk?
Konselor
:Selamat pagi nak,oh iya Budi…apa kabarnya pagi
ini? Baik-baik
saja kan? Ayo sini….(sambil menuntun siswa kearah tempat duduk,lalu) silakan
duduk!
Konseli :Kabar
baik Bu,…..tapi…..
Konselor :tapi…? Wah kelihatannya ada yang dipikirkan,kira-kira bisa
Ibu bantu….?
Konseli :Begini bu….!saya lagi bingung!
Konselor :Bingung……?Iya..ya..coba
kamu teruskan.
Konseli
:Bagaimana tidak bingung bu,sebentar lagi saya akan
menghadapi ujian UN. Sedangkan saya tidak pernah bisa
konsentrasi untuk belajar.
Konselor :Tidak
bisa konsentrasi belajar; iya..ya..ya. Ini tidak seperti biasanya,karena Ibu tau selama ini kamu
tetap juara di kelasmu.
Konseli :Sekarang
tidak lagi bu.
Konselor :Persisnya
sejak kapan, apa Ibu boleh tau?
Konseli
:Ya itu lah bu, sejak orangtua saya cerai 2 bulan
lalu?
Konselor :Ya,,ya, Ibu bisa mengerti, tentu masalah ini yang menjadi beban fikiran kamu. Apa benar begitu?
Konseli :Iya
bu, saya sedih dan juga bingung.
Konselor
:Siapapun yang mengalaminya, pasti akan sama seperti kamu.
Konseli :Begitulah
bu, jadinya
belajarpun saya tidak bisa konsentrasi.
Konselor
:Sekarang Budi tinggal sama siapa?
Konseli
:Sekarang saya tinggal bersama Ibu.
Konselor
:Bagaimana, Ibu sayang sama Budi?
Konseli
:Tinggal itu lah bu,makanya saya masih bertahan. Ibu sangat menyayangi saya dan
sering menasehati saya supaya rajin sekolah. Katanya rajin belajar ya nak, tinggal kamu harapan Ibu.
Konselor :Ibu begitu menyayangi kamu, menurut kamu, kamu harus bagaimana?
Konseli
:Tentu saya juga harus sayang Ibu, saya tidak mau Ibu sedih.
Konselor :Caranya?
Konseli
:Saya tidak tau bu, Saya harus bagaimana ya bu? saya tidak punya apa-apa yang
bisa saya persembahkan untuk Ibu, dan ini yang sering membuat saya bingung dan tidak
konsentrasi belajar.
Konselor
:Tadi kalau Ibu tidak salah, Ibu ada pesan buat kamu.
Konseli :….??? Oh iya bu, dia pesan supaya saya rajin
belajar, rajin sekolah.
Konselor :Iya
betul..!,menurut kamu bagaimana…?
Konseli :Apa menurut Ibu kalau itu saya turuti, maka
Ibu saya akan senang?
Konselor :Menurut
Ibu begitu.
Konseli :Mungkin
juga ya bu? Sebab kalau Ibu melihat saya
termenung, Ibu malah semakin tampak sedih.
Konselor :Nah…itu
dia.
Konseli :Maksud
Ibu?
Konselor :Kalau ibu melihat kamu rajin belajar, bagaimana
reaksi Ibu.
Konseli :Ibu
pernah bilang, ”Ibu senang, kamu harapan Ibu”
Konselor :Lalu
menurut kamu apa artinya?
Konseli
:Saya mengerti bu, berarti kalau saya rajin
belajar, rajin sekolah, berarti saya sudah membahagiakan Ibu. Ibu tidak meminta lebih dari itu. Saya tidak perlu memikirkan apa
yang harus
saya berikan pada Ibu.
Konselor :Tepat
sekali,…Ibu setuju, lantas?
Konseli :Mungkin Ibu akan lebih bahagia lagi kalu saya bisa
lulus UN ya bu?
Konselor :Kamu
benar, sekarang
bagaimana?
Konseli
:Iya bu….! Saya mengerti sekarang. Saya berjanji akan rajin belajar dan rajin sekolah, dan saya akan persembahkan bukan cuma sekedar lulus UN pada Ibu
tapi juga nilai terbaik.
Konselor :Ibu
senang sekali. Dan Ibu bangga sama kamu.
Konseli
:Bu, saya sudah lega. Saya sangat berterimaksih sama
Ibu. Kalau begitu saya permisi dulu ya
bu,sebentar lagi jam pelajaran Bahasa Inggris.
Konselor
:Sama-sama,Ibu juga terimakasih. Jangan segan, jika masih butuh bantuan Ibu, Ibu akan dengan senang hati membantu. (sambil mengiringi siswa keluar)
selamat pagi……….!
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Layanan konseling individu merupakan bentuk layanan bimbingan dan
konseling khusus antara peserta didik (klien) dengan konselor dan mendapat
layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang diderita peserta didik (klien).
2. Tujuan umum layanan konseling individu adalah terentasnya masalah
yang dialami klien.
3. Pengembangan proses layanan konseling individu oleh konselor dilandasi oleh
dan sangat pengaruhi oleh suasana penerimaan, posisi duduk, dan hasil
penstrukturan. Lebih lanjut, Konselor menggunakan berbagai teknik untuk
mengembangkan proses konseling individu yang efektif dalam mencapai tujuan
layanan.
4. Proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap
mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir
(tahap perubahan dan tindakan).
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi. (1993).
Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Tabanan: Rineka Cipta.
Sukardi. (1996). Pengantar Pelaksanaan BK di
Sekolah. Tabanan: Rineka Cipta.
Winkel. (1978). Bimbingan dan Penyuluhan di
Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Winkel. (1978). Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
terimakasih mbak, membantu sekali.
BalasHapusbila ada waktu ditunggu kunjungan baliknya, blog saya juga memuat tentang bimbingan konseling
http://yayaasweetstar.blogspot.com
salam kenal
sama-sama mb...blog mb Yaya juga bagus sekali...
Hapussalam kenal... :)