Minggu, 05 Februari 2012

DAYA TARIK & CINTA

Robert J. Stenberg percaya bahwa cinta yang penuh dengan perasaan sebenarnya terdiri atas dua tipe: keintiman dan komitmen. Teori cinta triangular (the triangular theory of love) adalah teori Stenberg yang menyatakan bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama yaitu gairah, keintiman, dan komitmen. Gairah seperti yang kita gambarkan di awal adanya daya tarik fisik dan seksual pada pasangan. Keintiman adalah perasaan emosional tentang kehangatan, kedekatan, dan berbagi dalam hubungan. Komitmen adalah penilaian kognitif kita atas hubungan dan niat kita untuk mempertahankan hubungan bahkan ketika menghadapai masalah. Jika hanya gairah  (rendah atau tidak ada keintiman dan komitmen), hanya nafsu yang terjadi mungkin akan terjadi perselingkuhan. Jika hubungan memiliki keintiman dan komitmen tapi sedikit gairah maka atau tidak ada gairah maka terjadi cinta yang afeksi atau kebersamaan, sering ditemukan pada pasangan bahagia yang telah menikah bertahun-tahun lamanya. Jika gairah dan komitmen tetapi tidak ada keintiman maka adalah cinta yang konyol (fatuous love). Jika ketiganya ada maka itulah cinta yang sempurna (consummate love).
Sebagian besar orang, teman dan orang yang dicintai berada didekat mereka dalam waktu yang relative lama, mereka tumbuh bersama, mencari pendidikan bersama, tergabung dalam kegiatan social bersama. Setelah terbuka kepada orang dalam jangka waktu tertentu akan menjadi suatu hubungan yang dekat yaitu  persahabatan bahkan percintaan. Kita suka berkumpul dengan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan kita baik kesamaan sikap, perilaku dan karakteristik seperti kecerdasan, baju, kepribadian, gaya hidup, daya tarik fisik dan sebagainya. Pada beberapa kasus terbatas dan karakteristik tertentu perbedaan mungkin akan menarik. Seorang introvert mungkin akan berharap dekat dengan seseorang yang ekstrovert, seorang yang sedikit uang mungkin akan bersahabat dengan orang yang memiliki banyak uang misalnya. Tetapi umumnya kita tertarik dengan individu yang memiliki karakteristik yang sama daripada karakteristik yang berbeda (Berndt & Perry, 1990).
Dalam satu penelitian sebagai contoh, adagium kuno menyatakan “kesedihan mencari teman” terbukti karena mahasiswa yang depresi cenderung menemui teman yang sedih dan mahasiswa yang tidak depresi cenderung menemui teman yang bahagia (Wenzlaff & Prohaska, 1989). Validasi konsensual (consensual validation) memberikan sebuah penjelasan mengapa seorang individu tertarik kepada orang yang memiliki kesamaan denganny. Sikap dan perilaku kita didukung ketika sikap dan perilaku orang lain sama dengan kita, juga karena orang lain yang tidak mirip tidak sama dengan kita lebih tidak dikenali. Kita mungkin lebih dapat mengontrol orang lain yang sama dengan kita, yang sikap dan perilakunya dapat kita prediksi. Dan implikasi dari kesamaan adalah kita akan menikmati interaksi dengan orang lain dalam kegiatan yang saling menguntungkan , dimana sebagian besar memerlukan pasangan dengan perilaku dan sikap yang sama.
Dari daya tarik akan menimbulkan keintiman tertentu, dari keintiman nilai-nilai cinta muncul. Cinta mengacu pada perilaku manusia yang sangat luas dan kompleks. Kasifikasi cinta yang umum menggambarkan empat bentuk cinta: altruisme, persahabatan, cinta yang romantic atau bergairah, cinta yang penuh dengan perasaan atau kebersamaan.
Meskipun cinta sudah tampak dalam tahap-tahap sebelumnya (seperti cinta bayi pada ibunya dan cinta birahi pada remaja), namun perkembangan cinta dan keintiman sejati baru muncul setelah seseorang memasuki masa dewasa. Pada masa ini perasaan cinta lebih dari  sekedar gairah atau romantisme, melainkan suatu afeksi (cinta yang penuh perasaan dan kasih sayang). Cinta pada orang dewasa ini diungkapkan dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain. Orang-orang dewasa awal lebih mampu melibatkan diri dalam hubungan bersama , dimana mereka saling berbagi hidup dengan seorang mitra yang intim.
1.      Cinta Altruisme
Cinta Altruisme ditandai dengan adanya perhatian, keinginan untuk selalu memberikan sesuatu, dan selalu siap menerima dan memaafkan kesalahan atau kekurangan yang dicintainya. Cinta diartikan sebagai suatu tugas yang harus dilakukan tanpa pamrih. Bentuk cinta ini diungkapkan melalui pengorbanan diri, kesabaran dan rasa percaya terhadap orang yang dicintai.
Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah contoh dari cinta altruisme. Betapapun besarnya pengorbanan, demi kecintaan pada buah hatinya, ia akan senatiasa melakukannya. Tentu saja kecintaan itu tidak memiliki pamrih sekecil apapun.
Begitu juga cinta seorang guru terhadap tugasnya dan cinta terhadap muridnya. Dengan kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah pekerjaan mulia dalam rangka mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik, maka pengorbanan bagi seorang guru adalah keniscayaan. Walaupun, seringkali pengorbanan yang dilakukannya itu tidak sebanding dengan apa yang ia terima. Cinta altruisme memang cinta yang unik. Cinta yang didasari oleh ketulusan. Cinta yang mendatangkan energi kuat untuk melakukan pengorbanan apa saja. Seringkali kita berbuat kebaikan kepada orang lain, tetapi balasannya tidak sebanyak kebaikan yang kita lakukan.
2.       Persahabatan
Persahabataan (friendship) adalah satu bentuk hubungan dekat yang melibatkan kenikmatan (kita suka menghabiskan waktu dengan sahabat kita), penerimaan (kita menerima teman kita tanpa mencoba mengubahnya), kepercayaan (kita menganggap seorang teman akan bertindak untuk kepentingan kita yang paling baik), hormat (kita berfikir teman kita membuat keputusan yang baik), saling menolong (kita saling mendukung teman kita), menceritakan rahasia (berbagi pengalaman dan rahasia), mengerti (kita merasa seorang teman sangat memahami kita), spontanitas (kita merasa bebas untuk menjadi diri sendiri di depan seorang teman).
Persahabatan itu berbeda dengan cinta, perbedaan ini dapat dilihat dari skala menyukai dan mencintai. Rubin mengatakan bahwa menyukai berarti menyadari bahwa orang lain sama dengan kita (hal ini penilaian positif dari seorang individu). Mencintai , ia percaya, melibatkan kedekatan dengan seseorang, hal ini termasuk ketergantungan, tidak berorientasi pada diri sendiri, kekaguman,  kualitas dari penerimaan dan eksklusivitas.
Tetapi teman dan kekasih sama dalam beberapa hal. Keith Davis mengajukan bahwa teman dan pasangan romantic sama-sama memiliki sifat menerima , percaya, hormat, terus terang, memahami, spontanitas, saling menolong dan kebahagiaan. Hubungan dengan teman termasuk dipandang lebih stabil , terutama diantara pecinta-pecinta yang tidak menikah.
3.      Cinta yang romantic
Cinta yang romantic juga disebut cinta yang bergairah atau “eros” dimana cinta tersebut memiliki elemen seksual dan kekanak-kanakan dan seringkali mendominasi bagian awal suatu hubungan cinta. Peneliti cinta yang terkenal Ellen Berscheid mengatakan bahwa cinta romantic ini adalah ketika kita mengatakan “jatuh cinta pada seseorang”. Cinta romantic adalah alas an utama kita menikah. Penelitian pada tahun 1967 menunjukkan bahwa laki-laki akan terus tidak menikah jika mereka tidak jatuh cinta, sedangkan perempuan lebih memilih akan tetap menikah meskipun mereka tidak mencintai calon suaminya. Pada tahun 1980-an perempuan dan laki-laki setuju bahwa mereka tidak akan menikah kecuali mereka mencintai. Dan lebih dari separo laki-laki dan perempuan masa kini mengatakan bahwa tidak mencintai adalah alasan yang cukup untuk memutuskan suatu pernikahan.
Cinta romantic memiliki kekuatan yang luar biasa. Cinta romantic mencakup jalinan yang rumit dari emosi-emosi yang berbeda (ketakutan, kemarahan, gairah, seksual, kesenangan, kecemburuan) emosi tersebut adalah positif, dalam suatu penelitian kekasih romantic lebih  mungkin menyebabkan depresi daripada seorang teman. Cinta romantic sangat penting khususnya bagi mahasiswa perguruan tinggi. Berscheid percaya bahwa gairah seksual diabaikan dalam penelitian tentang cinta yang romantic. Ketika berusaha menjelaskan tentang cinta yang  romantic sesungguhnya, ia menyimpulkan “90% gairah seksual”. Berscheid menyatakan bahwa jawaban itu bukanlah jawaban yang sesuai, tetapi “untuk mendiskusikan cinta yang romantic tanpa menyebut peran dorongan seksual dan permainan gairah di dalamnya sama halnya dengan mencetak resep hebat dan meninggalkan bahan pokoknya”.
4.      Cinta yang penuh afeksi atau kebersamaan
Cinta lebih dari sekedar gairah, cinta afeksi juga disebut cinta yang penuh kebersamaan. Adalah cinta yang terjadi ketika hasrat individu untuk berada dekat dengan orang lain dan melibatkan perasaan yang dalam dan sayang terhadap orang tersebut.
Ada kepercayaan tumbuh bahwa tahap awal dari cinta memiliki elemen lebih romantic tetap saat cinta terus bertahan, gairah berubah menjadi afeksi. Tahap awal cinta menurut Philip Shaver adalah campuran antara daya tarik seksual dan pemuasan, menurunkan rasa kesepian, ketidakpastian tentang jaminan berkembangnya perasaan attachment yang lain, dan rasa suka mengeksplorasi keunikan manusia lain.

*mata kuliah Psikologi Perkembangan 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar