laporan ini disusun oleh ROBIK ANWAR DANI & ULFA KURNIAWATI
Latar Belakang
Karyawan yang memiliki konsep diri yang positif menunjukkan semangat kerja yang tinggi. Semangat kerja yang tinggi tersebut ditunjukkan dengan bekerja dengan energik, menyelesaikan tugasnya dengan penuh kemauan dan selalu antusias serta bersemangat untuk bekerja dan ketika berada di kantor. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja karyawan yaitu salah satunya adalah konsep diri dari karyawan itu sendiri. Seorang yang memiliki konsep diri yang positif tentunya juga akan memiliki semangat hidup, semangat berkarya dan berkomitmen terhadap apa yang telah menjadi pekerjaannya. Karyawan merupakan bagian penting dari suatu perusahaan maupun suatu badan usaha jasa. Berbagai penyelidikanpun dilakukan untuk meningkatkan produktivitas karyawan agar pekerjaan dapat segera terselesaikan dan karyawan tetap merasa nyaman bekerja. Keberhasilan proses kerja dalam mencapai tujuan dipengaruhi oleh pribadi masing-masing karyawan sendiri. Faktor yang memegang peranan penting pada karyawan dalam meningkatkan kerjanya adalah semangat kerja yang tinggi.
Efektifitas dalam suatu organisasi erat kaitannya dengan semangat kerja. Halsey (2003) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan suatu sikap kesediaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan produktivitas yang lebih baik tanpa menambah keletihan dan karyawan tetap antusias mengikuti kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Semangat kerja mempengaruhi sikap dan keinginan seseorang untuk bekerja dan selanjutnya mempengaruhi orang lain. Karyawan dengan semangat kerja yang tinggi juga akan memiliki rasa percaya diri terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depannya dan terhadap orang lain. Karyawan tersebut berpikir bahwa pekerjaannya baik dan memiliki arti, sehingga karyawan bekerja dengan sepenuh hati.
Dilain pihak, semangat kerja yang rendah menunjukkan adanya masalah dalam kepribadiannya. Yang mana hal tersebut akan berdampak pada iklim kerja, baik menyangkut produktivitas kerja maupun hubungannya dengan karyawan lain. Semangat kerja yang rendah dalam organisasi akan menimbulkan rasa bosan dan malas bekerja. Dalam arti karyawan tidak bergairah untuk menyelesaikan pekerjaannya dan hanya bermalas-malasan. Keadaan tersebut akan menimbulkan performansi kerja yang rendah, menciptakan masalah di tempat kerja, cenderung menarik diri dari lingkungan kerja, sering datang terlambat dan pulang lebih awal dan tidak mau bersosialisasi dengan karyawan lain.
Semangat kerja juga dipengaruhi oleh konsep diri (self concept) yang dimiliki oleh seorang karyawan. Seorang karyawan yang memiliki konsep diri yang positif maka akan mempunyai semangat kerja dan produktivitas kerja yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, jika karyawan memiliki konsep diri yang negatif akan dirinya, lingkungannya, masa depannya maka dia tidak akan memiliki semangat kerja yang tinggi dan bekerja hanya tuntutan kewajiban semata, bukan karena dia telah memiliki komiten dalam pekerjaannya tersebut. Karena pada dasarnya konsep diri merupakan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya (Deaux, Dane & Wrightsman, 1993). Keyakinan tersebut bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dsb. Konsep diri memegang peranan penting dalam menentukan dan mengarahkan perilaku seseorang, maka sedapat mungkin seseorang harus memiliki konsep diri yang positif sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dan dapat menyelesaikan apa yang menjadi tujuan hidupnya. Dengan seseorang memiliki konsep diri yang positif maka orang tersebut akan selalu berkeinginan maju dan memiliki komitmen untuk masa depannya agar menjadi lebih baik. Konsep diri seseorang menentukan seseorang tersebut dapat menghadapi tantangan yang ada dihadapannya dengan semangat yang tinggi. Tanpa adanya konsep diri yang positif maka seorang individu tidak akan memiliki semangat dan gairah untuk melakukan hal yang lebih baik lagi. Sehingga konsep diri yang baik perlu juga dimiliki oleh seorang karyawan demi kebaikan dirinya maupun kebaikan perusahaan yang kini menjadi tanggung jawabnya.
Dengan demikian konsep diri dan semangat kerja sangat berhubungan erat. Maka diperlukan konsep diri yang positif agar karyawan tetap memiliki gairah semangat kerja yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan hasil yang maksimal. Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis mengambil tema “Pengaruh Konsep Diri Terhadap Semangat Kerja Karyawan Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan konsep diri dengan semangat kerja karyawan?
2. Bagaimana pengaruh konsep diri terhadap semangat kerja karyawan perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hubungan konsep diri dengan semangat kerja karyawan.
2. Mengetahui pengaruh konsep diri terhadap semangat kerja karyawan perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
· Melatih berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang terkait
· Membuka wawasan konkrit mengenai situasi yang sebenarnya di lapangan
· Melatih kepekaan mahasiswa dalam melihat kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan
· Merubah pola pikir mahasiswa untuk Tidak mudah menyimpulkan segala sesuatunya tanpa bukti yang jelas
2. Bagi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
· Menambah mitra kerja dalam mengembangkan keilmuan mahasiswa fakultas psikologi.
· Dapat meningkatkan usaha pemberdayaan kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia.
3. Bagi Perpustakaan Uin Maulana Malik Ibrahim Malang
· Memberikan wawasan kepada pihak perpustakaan tentang konsep diri dan semangat kerja karyawan
· Dapat meningkatkan kinerja kayawan untuk lebih baik lagi ke depannya
· Mendorong karyawan untuk memperbaiki kembali konsep diri yang dimiliki yang dirasa masih kurang
· Lebih mengenal kompetensi yang dimiliki karyawan, sehingga tidak memperlakukan karyawan semena-mena
KAJIAN TEORI
Konsep Diri
Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu self concept yang merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut. Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (1993), konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan tersebut bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dsb. Orangpun kemudian memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut. Menurut Brooks (dalam Rakhmat, 2002) konsep diri disini dimengerti sebagai pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya, baik bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, dimana pandangan ini diperolehnya dari pengalamannya berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai arti penting dalam hidupnya. Konsep diri ini bukan merupakan faktor bawaan, tetapi faktor yang dipelajari dan dibentuk melalui pengalaman individu berhubungan dengan orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Grinder (1976) bahwa persepsi orang mengenai dirinya dibentuk selama hidupnya melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang di sekitarnya.
Menurut Brehm & Kassin (1989) konsep diri dianggap sebagai komponen kognitif dari diri sosial secara keseluruhan, yang memberikan penjelasan tentang bagaimana individu memahami perilaku, emosi, dan motivasinya sendiri. Secara lebih rinci Brehm dan Kassin mengatakan bahwa konsep diri merupakan jumlah keseluruhan dari keyakinan individu tentang dirinya sendiri. Pendapat senada diberikan oleh Gecas (dalam Albrecht, Chadwick & Jacobson, 1987) bahwa konsep diri lebih tepat diartikan sebagai persepsi individu terhadap diri sendiri, yang meliputi fisik, spiritual, maupun moral. Sementara Calhoun & Cocella (1990) mengatakan bahwa konsep diri adalah pandangan kita tentang diri sendiri, yang meliputi dimensi: pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri. Partosuwido, dkk (1985) menambahkan bahwa konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik, moral, keluarga, personal dan sosial. Konsep diri mempunyai arti yang lebih mendalam dari sekedar gambaran deskriptif. Konsep diri adalah aspek yang penting dari fungsi-fungsi manusia karena sebenarnya manusia sangat memperhatikan hal-hal yang berhubungan
dengan dirinya, termasuk siapakah dirinya, seberapa baik mereka merasa tentang dirinya, seberapa efektif fungsi-fungsi mereka atau seberapa besar impresi yang mereka buat terhadap orang lain (Kartikasari, 2002). Batasan pengertian konsep diri dalam Kamus Psikologi adalah keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh seorang individu mengenai dirinya sendiri (Kartono & Gulo, 1987). Berzonsky (1981) menyatakan bahwa konsep diri yang merupakan
gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral tersebut adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, yang didapat dari hasil interaksinya dengan orang lain.
dengan dirinya, termasuk siapakah dirinya, seberapa baik mereka merasa tentang dirinya, seberapa efektif fungsi-fungsi mereka atau seberapa besar impresi yang mereka buat terhadap orang lain (Kartikasari, 2002). Batasan pengertian konsep diri dalam Kamus Psikologi adalah keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh seorang individu mengenai dirinya sendiri (Kartono & Gulo, 1987). Berzonsky (1981) menyatakan bahwa konsep diri yang merupakan
gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral tersebut adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan atau penilaian individu terhadap dirinya sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, yang didapat dari hasil interaksinya dengan orang lain.
Setiap individu memiliki konsep diri, baik itu konsep diri yang positif maupun yang negatif, hanya derajat atau kadarnya yang berbeda-beda. Kenyataan tidak ada individu yang sepenuhnya memiliki konsep diri positif atau negatif. Tetapi karena konsep diri memegang peranan penting dalam menentukan dan mengarahkan seluruh perilaku individu, maka sedapat mungkin individu bersangkutan harus mempunyai konsep diri yang positif atau baik (Rakhmat, 1991).
Dalam konsep diri ini terdapat beberapa unsur antara lain:
· Penilaian diri merupakan pandangan diri terhadap:
- Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita mengetahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan dalam diri kita.
- Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif.
- Bayangan subyektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif akan dimiliki kalau merasa puas (menerima) keadaan fisik diri sendiri. Sebaliknya, kalau merasa tidak puas dan menilai buruk keadaan fisik sendiri maka konsep diri juga negatif atau akan jadi memiliki perasaan rendah diri.
· Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana individu menerima penilaian lingkungan sosial pada dirinya. Penilaian sosial terhadap diri yang cerdas, supel akan mampu meningkatkan konsep diri dan kepercayaan diri. Adapun pandangan lingkungan pada individu seperti si gendut, si bodoh atau si nakal akan menyebabkan individu memiliki konsep diri yang buruk terhadap dirinya.
· Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu merupakan gambaran:
- Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi seperti tingkat kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga atau peran lingkungan sosial kita.
- Saya ingin jadi apa, kita memiliki harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak realistis. Bayang-bayang kita mengenai ingin jadi apa nantinya, tanpa disadari sangat dipengaruhi oleh tokoh- tokoh ideal yang yang menjadi idola, baik itu ada di lingkungan kita atau tokoh fantasi kita.
- Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan pada perasaan keberartian diri kita bagi lingkungan sosial maupun bagi diri kita sendiri.
Sedangkan aspek-aspek dari konsep diri menurut pandangan Berzonsky
(dalam Burns, 1993) terdiri atas:
1. Aspek fisik; meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya.
2. Aspek sosial; meliputi bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh individu dan sejauhmana penilaian terhadap kerjanya.
3. Aspek moral; meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang.
4. Aspek psikis; meliputi pikiran, perasaan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri.
Rainy (dalam Burn, 1979) menyatakan bahwa konsep diri merupakan individu yang dikenal pada individu tersebut sebagai konfigurasi yang unik. Diri yang dikenal merupakan hal-hal yang di persepsikan oleh individu tersebut, konsep-konsep dan evaluasi mengenai diri sendiri juga termasuk gambaran –gambaran dari orang lain terhadap dirinya yang dirasakan dan digambarkan sebagai pribadi yang diinginkan, yang dipelihara dari suatu pengalaman lingkungan yang dievaluasinya secara pribadi.
Argyle (Handry dan Heyes, 1989) berpendapat bahwa terbentuknya konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Reaksi dari orang lain. Caranya dengan mengamati pencerminan perilaku seseorang terhadap respon orang lain, dapat dipengaruhi dari diri orang itu sendiri.
2. Perbandingan dengan orang lain. Konsep diri seseorang sangat tergantung pada cara orang tersebut membandingkan dirinya dengan orang lain.
3. Peranan seseorang. Setiap orang pasti memiliki citra dirinya masing-masing, sebab dari situlah orang tersebut memainkan peranannya.
4. Indentifikasi terhadap orang lain. Pada dasarnya seseorang selalu ingin memiliki beberapa sifat dari orang lain yang dikaguminya.
Namun secara detail konsep diri dipengaruhi olehf aktor-faktor seperti tersebut di bawah ini :
· Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk.
· Kegagalan
Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna.
· Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri.
· Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan.
Semangat Kerja
Seorang yang memiliki konsep diri yang kuat tentunya mempunyai semangat kerja yang tinggi sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan tepat serta produktivitas yang tinggi. Menurut Nitisemito (1992), semangat dan gairah kerja sulit untuk dipisah-pisahkan meski semangat kerja memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap semangat kerja. Dengan meningkatnya semangat dan gairah kerja, maka pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan dan semua pengaruh buruk dari menurunnya semangat kerja seperti absensidan selanjutnya akan dapat diperkecil dan selanjutnya menaikkan semangat dan gairah kerja yang berarti diharapkan juga meningkatkan produktivitas karyawan.
Davis (2000) menyatakan bahwa semangat kerja adalah kesediaan perasaan maupun perilaku yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik. Semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang terdapat dalam suatu organisasi dan terungkap dalam sikap individu maupun kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk di dalamnya lingkungan, kerjasama dengan orang lain yang secara optimal sesuai dengan kepentingan dan tujuan perusahaan.
Strauss dan Sayless (1999) menyebutkan semangat kerja sebagai sikap partisipasi pekerja dalam mencapai tujuan organisasi yang harus dilakukan dengan dorongan yang kuat, antusias dan bertanggung jawab terhadap prestasi serta konsekuensi organisasi di masa sekarang dan yang akan datang.
Menurut Winardi (2004) semangat kerja mengandung pengertian ketiadaan konflik, perasaan senang, penyesuaian pribadi secara baik, dan tingkat keterlibatan ego dalam pekerjaan, sementara menurut Kossen (1993) semangat kerja adalah suasana yang ditimbulkan oleh sikap kerja dari para anggota suatu organisasi.
Danim, S (2004) mendefenisikan semangat kerja atau kegairahan kerja sebagai kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Kosen (1993) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk meneruskan pekerjaan, kegembiraan, dan organisasi yang baik.
Carlaw, Deming & Friedman (2003) menyatakan bahwa semangat kerja kerja yang tinggi adalah karyawan yang bekerja dengan berenergi, antusias, dan memiliki rasa kebersamaan. Karyawan yang memiliki semangat kerja rendah adalah ketika karyawan merasa bosan, berkecil hati, dan malas. Semangat kerja merupakan bentuk nyata dari komitmen yang ditunjukkan dengan semangat, antusiasme dan kepercayaan pada kebijakan organisasi, program dan tujuan organisasi. Semangat kerja ditunjukkan dengan apa yang individu dan kelompok katakan dan lakukan untuk memperlihatkan ketertarikan, pemahaman dan identifikasi diri terhadap keutuhan dan kesuksesan kelompok kerja (Staudohar, 1992).
Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan.
Carlaw, Deming & Friedman (2003) menyatakan bahwa yang menjadi ciri-ciri semangat kerja yang tinggi adalah sebagai berikut :
a. Tersenyum dan tertawa
Senyum dan tawa mencerminkan kebahagiaan individu dalam bekerja. Walaupun individu tidak memperlihatkan senyum dan tawanya, tetapi di dalam dirinya individu merasa tenang dan nyaman bekerja serta menikmati tugas yang dilaksanakannya.
b. Memiliki inisiatif
Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan memiliki kemauan diri untuk bekerja tanpa pengawasan dan tanpa perintah dari atasan.
c. Berfikir kreatif dan luas
Individu mempunyai ide-ide baru, dan tidak mempunyai hambatan untuk menyalurkan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas.
d. Menyenangi apa yang sedang dilakukan
Individu lebih fokus terhadap pekerjaan daripada memperlihatkan gangguan selama melakukan pekerjaan.
e. Tertarik dengan pekerjaannya
Individu menaruh minat pada pekerjaan karena sesuai keahlian dan keinginannya.
f. Bertanggung jawab
Individu bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaan.
g. Memiliki kemuan bekerja sama
Individu memiliki kesediaan untuk bekerja sama dengan individu yang lain untuk mempermudah atau mempertahankan kualitas kerja.
h. Berinteraksi dengan atasan
Individu berinteraksi dengan atasan dengan nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan.
Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, “Ada pengaruh konsep diri terhadap semangat kerja karyawan perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang”. Hipotesis ini mengandung pengertian bahwa apabila karyawan memiliki konsep diri yang positif maka akan memiliki semangat kerja yang tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila karyawan memiliki konsep diri yang negatif maka akan memiliki semangat kerja yang rendah.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Perpustakaan ini dipilih karena mempunyai karyawan yang memiliki potensi dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan yang diamanahkan.
Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2011 dan dilanjutkan dengan analisis data serta penulisan laporan akhir.
Jenis Penelitian dan Model Evaluasi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi pada suatu variabel yang berkaitan dengan variasi pada variabel lain. Peneliti memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi melalui studi korelasional ini. Pembahasan dalam metode penelitian ini meliputi: identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, validitas dan reliabililtas serta metode analisa data.
a. Identifikasi variabel penelitian
Masalah yang harus dipecahkan harus diidentifikasi, dipilih dan dirumuskan dengan tepat untuk menguji hipotesis penelitian. Identifikasi variabel utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel tergantung : semangat kerja
2. Variabel bebas : konsep diri
b. Definisi operasional
1. Semangat kerja
Semangat kerja adalah suatu sikap mental karyawan terjadap pekerjaanya dalam suatu organisasi yang didasarkan atas energik, antusias dan penuh kemauan berdasarkan ciri-ciri pada kelompok yang memiliki semangat kerja yang tinggi yang dikemukakan oleh Carlaw, Deming & Friedman (2003) yaitu: tersenyum dan tertawa, memmiliki inisiatif. Berfikir kreatif dan luas, menyenangi apa yang sedang dilakukan, tertarik dengan pekerjaannya, bertanggung jawab, memiliki kemauan bekerja sama dan berinteraksi secara informal dengan atasan.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita tentang diri sendiri, yang meliputi dimensi pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan mengenai diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri baik itu dari aspek fisik, psikis, sosial maupun moral.
Tabel 1. Skoring Skala Konsep Diri dan Semangat Kerja
Kategori Respon
|
Skor Item Favourable
|
Skor Item Unfavourable
|
SS
|
4
|
1
|
S
|
3
|
2
|
TS
|
2
|
3
|
STS
|
1
|
4
|
Tabel 2. Definisi Operasional
Konstruk
|
Variabel
|
Aspek
|
Pengaruh Konsep Diri Terhadap Semangat Kerja Karyawan Perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
|
Konsep Diri
|
- Penilaian diri
- Penilaian sosial
- Citra diri (self image)
|
Semangat Kerja
|
- Kegairahan
- Kekuatan untuk melawan frustasi
- Kualitas untuk bertahan
- Semangat kelompok
|
c. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan atau keseluruhan subjek penelitian (Azwar, 2005). Populasi dalam penelitian iini adalah seluruh karyawan perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjumlah 50 orang.
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Pengambilan jumlah sampel menggunakan teknik sampel acak sederhana pada karyawan yang bekerja di perpustakaan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
d. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengambilan data dengan skala psikologis atau metode skala. Ada dua buah skalayang digunakan yaitu skala semangat kerja dan skala konsep diri.
Teknik Pengumpulan Data
1. Data Identitas
Data identitas dipakai untuk mengetahui data yang berkaitan dengan indentitas responden sesuai dengan karakteristik yang sudah ditentukan, yaitu: nama, usia, jenis kelamin dan nama materi yang diajarkan.
2. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik untuk memperoleh data dengan menggunakan pengamatan (gejala-gejala) yang diselidiki (Sutrisno, 1994: 36). Akan tetapi seringkali orang mengartikan observasi sebagai suatu aktifitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan pengecap.
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi yaitu :
a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (Arikunto, 2003:157).
Observasi yang dilakukan dalam penelitian adalah observasi non sistematis yang dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian untuk memilih tempat penelitian yang dianggap cocok oleh peneliti, yang kemudian dilanjutkan untuk memperoleh data yang berupa keadaan real dari fenomena yang terjadi.
3. Metode Wawancara
Metode wawncara merupakan pengambilan data yang dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada para guru atau pengajar yang terlibat.
4. Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2003:158). Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mencari data secara kuantitatif yang selanjutnya yang diproyeksikan untuk mengetahui adanya hubungan antara interaksi orang tua anak dengan kecerdasan emosional. Cara ini dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan terhadap responden.
Adapun bentuk angket yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya, sangat setuju, setuju,tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua macam angket yaitu: Angket profesionalisme kerja yang digunakan dalam penelitian ini disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori dari Hall yang meliputi aspek pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, hubungan dengan sesama profesi.
Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2005). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu berkaitan dengan apakah aitem mewakili pengukuran dalam area isi sasaran yang diukur. Validitas ini merupakan hal utama dalam suatu tes.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam melakukan beberapa kali pengukuran terdap subjek yang sama diperoleh hasil yang mana, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. (Azwar, 2005). Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistesi internal yang artinya menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan sekali saja pada sekelompok subjek.
Teknik Analisa Data
Pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca serta dapat ditafsirkan. Metode analisa data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan uji analisa korelasi dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Tabel 3. Blueprint Semangat Kerja
Aspek
|
Nomor Aitem
|
Frek
|
Persen
| |
Favorable
|
Unfavorable
| |||
Kegairahan
|
1, 3, 4, 5
|
2, 6, 7
|
7
|
25%
|
Kekuatan untuk Melawan Frustasi
|
8, 13
|
9, 10, 11, 12, 14
|
7
|
25%
|
Kualitas untuk Bertahan
|
15, 18, 19, 20, 21
|
16, 17
|
7
|
25%
|
Semangat Kelompok
|
22, 23, 24, 24, 27, 28
|
26
|
7
|
25%
|
Total
|
28
|
100%
|
Tabel 4. Blue Print Konsep Diri
Aspek
|
Nomor Aitem
|
Frek
|
Persen
| |
Favorable
|
Unfavorable
| |||
Penilaian diri
|
1, 8, 13, 18, 19, 20
|
9, 11, 12, 16, 17
|
11
|
25%
|
Penilaian Sosial
|
3, 4, 6, 22, 23, 24, 25, 27, 28
|
10, 14, 26
|
12
|
25%
|
Self Image (citra diri)
|
5, 15, 21
|
2, 7,
|
5
|
25%
|
Total
|
28
|
100%
|
Jenis kelamin : laki-laki / perempuan
Usia : ......tahun
Diharapkan kepada saudara (i), untuk mengisi skala yang telah disediakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Isilah dengan menggunakan tanda √ pada setiap kategori respon pilihan anda
2. Berikut adalah keterangan dari setiap kategori respon:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No
|
Aitem
| ||||
SS
|
S
|
TS
|
STS
| ||
1.
|
Saya menjadi semangat bekerja saat saya ditempatkan pada kemampuan yang saya miliki
| ||||
2.
|
Faktor utama saya bekerja dengan semangat adalah upah yang memuaskan
| ||||
3.
|
Saya lebih suka pemimpin perusahan itu dapat menghargai setiap karyawan
| ||||
4.
|
Pemimpin perusahan itu harus memberi kesempatan pada karyawan untuk maju
| ||||
5.
|
Saya lebih suka suasana kantor yang santai tapi pasti
| ||||
6.
|
Fasilitas perusahaan yang lengkap bisa menyebabkan semangat kerja saya meningkat
| ||||
7.
|
Saya selalu semangat untuk bekerja karena setelah saya pensiun, saya akan tetap diberi uang pensiunan/pesangon
| ||||
8.
|
Saya selalu berangkat kerja dengan hati yang senang
| ||||
9.
|
Saya akan merasa kecewa apabila pekerjaan saya tidak terselesaikan dengan baik
| ||||
10.
|
Ada rasa malas ke kantor apabila bermasalah dengan atasan
| ||||
11.
|
Kadang kala sebelum bekerja fikiran saya sulit untuk berkonsentrasi
| ||||
12.
|
Saya membawa urusan pribadi ke dalam pekerjaan saya dikantor
| ||||
13.
|
Selalu ingin memberikan yang terbaik kepada pekerjaan walaupun sedang mengalami permasalahan pribadi
| ||||
14.
|
Saya kadang-kadang jengkel dengan pekerjaan disini
| ||||
15.
|
Saya akan sungguh-sungguh dengan pekerjaan saya
| ||||
16.
|
Saya akan mengundurkan diri apabila gaji saya tidak sebanding dengan pekerjaan yang saya lakukan
| ||||
17.
|
Saya akan menyerah jika pekerjaan saya terlalu berat
| ||||
18.
|
Saya terbiasa bekerja keras walau penghargaannya kurang memuaskan
| ||||
19.
|
Saya mempunyai rasa tanggung jawab dalam pekerjaan saya
| ||||
20.
|
Saya akan konsisten dalam melakukan pekerjaan
| ||||
21.
|
Saya yakin hasil pekerjaan saya berkualitas baik
| ||||
22.
|
Saya senang membantu rekan kerja saya dalam menyelesaikan pekerjaan kantor
| ||||
23.
|
Saya akan menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja saya
| ||||
24.
|
Saya akan mengingatkan rekan kerja saya bila ada yang bermalas-malasan
| ||||
25.
|
Saya akan meminta bantuan kepada rekan kerja saya apabila saya mengalami kesulitan
| ||||
26.
|
Saya kurang senang jika saya melakukan kerja kelompok
| ||||
27.
|
Akan lebih cepat apabila pekerjaan dilakukan secara berkelompok
| ||||
28.
|
Rekan kerja saya hampir semua bekerja sama dengan baik
|
boleh minta daftar pustakanya ga? diambil dari buku mana aja? terimakasih
BalasHapus