Senin, 07 November 2011

KONSELING PSIKOANALISA

Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan, terutama dari aspek psikologi yang dilakukan oleh seorang ahli kepada siswa-siswa peserta didik dalam memahami dirinya serta berhubungan dengan lingkungannya agar memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep diri yang dituntut dalam lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Banyak yang mengatakan bahwa psikoanalisa merupakan satu hal yang unik sekaligus paradoksial, dan juga psikoanalisa merupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak dipahami secara universal. Dan disisi lain psikoanalisa ini juga banyak pengaruhnya dalam bidang lain diluar psikologi melalui pemikiran penemunya, Sigmund Freud. Konsep psikoanalisa ini berkembang bukan dari psikologi tetapi dari ilmu kedokteran tentang penyakit jiwa, meskipun begitu konsep ini banyak dipakai tidak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga di bidang yang lain seperti sosiologi dan disiplin yang lainnya.
Di masa awal perkembangannya, psikoanalisa merupakan sebuah konsep yang revolusioner, karena pada masa itu dunia ilmu pengetahuan sedang ramai memperbincangkan tentang teori Darwin. Dan teori ini telah membuat manusia mempunyai jiwa dianggap tidak lebih dari salah satu anggota dari seluruh dunia hewan. Padahal manusia merupakan makhluk yang komplek yang bisa dipelajari fisik dan jiwanya.
Sumbangan utama dan bersejarah dari praktek teori psikoanalisa mencakup kehidupan mental individu menjadi lebih bisa dipahami, tingkah laku manusia diketahui ditentukan oleh faktor tidak sadar, perkembangan masa kanak-kanak berpengaruh pada kepribadian masa dewasa, serta teori psikoanalisa dapat digunakan untuk terapi konseling dengan memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi, analisis transferensi dan teknik-teknik lainnya. (Corey, 1977, p.13). Dengan berbagai teknik yang berdasarkan alam ketidaksadaran manusia tersebut diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam praktek dalam kehidupan.

Konsep Dasar Konseling Psikoanalisa

a.      Definisi Konseling Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisa jelas terkait dengan tradisi Jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan Freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
Psikoanalisa merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisa dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Tokoh utama psikoanalisa ialah Sigmund Freud (1896). Pada mulanya Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan jiwa. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalam terhadap dorongan-dorongan tersebut. Manusia bersifat tidak rasional, tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif, dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan. Psikoanalisa konvensional yang menekankan pada aspek ketidak sadaran manusia mengibaratkan alam ketidaksadaran tersebut seperti gunung es yang berada dibawah, sedangkan bagian atasnya adalah digambarkan alam kesadaran manusia. Seperti pada gambar berikut ini:
Pada dasarnya pengertian psikoanalisa mencakup tiga aspek, yaitu:
·         Sebagai metode penelitian proses-proses psikis.
·         Sebagai suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis.
·         Sebagai teori kepribadian.
Didalam gerakannya, psikoanalisa mempunyai tiga prinsip, yakni:
·         Prinsip konstansi  , yang menerangkan bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk mempertahankan kuantitas psikis pada taraf yang serendah mungkin atau setidaknya taraf yang stabil. Dengan kata lain bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan konflik yang permanen.
·         Prinsip kesenangan, yang menerangkan bahwa kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan (pleasure principle)
·         Prinsip realitas, yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan dunia nyata.

b.      Struktur Kepribadian
Dalam Corey (1977), pandangan psikoanalisa mengenai struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem, yaitu:
1. ID
Sebagai suatu sistem id mempunyai fungsi menunaikan prinsip kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah. Berasal dari potensi sejak lahir yang tujuannya untuk membebaskan manusia dari ketegangan dorongan naluri dasar. Misalnya makan, minum, seks, dll. Proses id, ada 2:
·         Refleks: tindakan yg mekanismenya otomatis dan segera. Misalnya batuk, bersin, dll.
·         Proses primer: proses yg melibatkan reaksi psikologis yg rumit. Misalnya membayangkan makanan bagi orang yang lapar.
2. EGO
Ego merupakan sistem yang berfungsi menyalurkan dorongan id ke keadaan yang nyata yang muncul pada usia dua tahun. Segala bentuk dorongan naluri dasar yg berasal dari id hanya dapat direalisasikan dalam bentuk nyata dengan bantuan ego. Prosesnya dinamakan proses sekunder. Misalnya berpikir makanan apa yg diinginkan, dimana dan bagaimana cara mendapat makanan itu. Ego mempunyai prinsip menunda kenikmatan agar tidak terjadi konflik dengan cara defends mechanishm.

3. SUPER EGO
Sebagai suatu sistem yang memiliki unsur moral dan keadilan, maka sebagian besar super ego mewakili alam ideal. Super ego mempunyai dua anak sistem, yaitu ego ideal (pujian dan contoh positif yang diberikan pada anak) dan hati nurani (internallisasi dari hukuman dan peringatan).
Fungsi super ego:
·         Pengendali dorongan sehinga diterima masyarakat.
·         Mengarahkan ego pada tujuan sesuai moral.
·         Mendorong individu kepada kesempurnaan.

c.       Dinamika Kepribadian
“Freud yang dipengaruhi filsafat determinisme dan positivisme menganggap organisme manusia sebagai suatu kompleks sistem yang mendapat energi dari makanan. Energi tersebut digunakan untuk bermacam-macam keperluan seperti bernafas, berfikir, mengingat dan sebagainya” (Suryabrata, 2005, p. 128). Energi tersebut dinamakan energi psikis dan dapat berpindah. Atas dasar itu maka energi psikis dapat berpindah kepada energi fisiologis begitu sebaliknya. Sebagai titik temu energi tubuh dengan kepribadian adalah id. Yang mana id mengandung insting yang mendinamiskan kepribadian.
·         Insting
Insting adalah suatu pernyataan psikologis dari suatu sumber perangsang somatis yang dibawa sejak lahir. Representasi psikologi bawaan dari eksitasi (keadaan tegang dan terangsang) pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh. Macam naluri ada 2, yaitu naluri kehidupan (life instincts atau eros) dan naluri kematian (death instincts atau tanathos).
Yang dimaksud insting hidup adalah kumpulan libido yang mendorong kehidupan manusia, seperti libido seksual dan libido lapar dan haus. Energi libido tersebut dapat menguasai ego, sehingga dapat bertindak amoral dan asosial dalam pemuasannya.
Sedangkan yang dimaksud insting kematian yaitu keinginan manusia untuk menyiksa diri atau orang lain, dan keinginan untuk mati. Menurut Freud, insting mati adalah hidup menuju pada kematian, dorongan agresif merusak diri, berkelahi dan tawuran.
·         Kecemasan
            Yaitu perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Freud membagi kecemasan menjadi 3 macam:
o   Kecemasan relistis yaitu takut akan bahaya di dunia luar.
o   Kecemasan neurotis yaitu kecemasan kalau-kalau instink-instink tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum.
o   Kecemasan moral atau kata hati yaitu kecemasan akibat tekanan superego berhubungan individu telah atau sedang melanggar norma.
Perkembangan kepribadian individu terjadi melalui respon terhadap sumber ketegangan yaitu: sumber ketegangan dan proses perkembangan fisiologis, frustasi, konflik dan ancaman. Sebagai akibat dari sumber-sumber ketegangan itu maka individu belajar cara-cara baru untuk menghilangkan ketegangan yaitu melalui: identifikasi dan pemindahan objek. Strategi yg digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk menghadapi tekanan super ego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan bisa dikurangi. Dalam Koswara (1991), mekanisme pertahanan ego meliputi:
1.  Represi, terjadi apabila pemilihan objek dipaksa keluar dari kesadaran ego atau tekanan terhadap dorongan id, ego dan super ego yang menimbulkan kecemasan. Sebagai contoh adalah seorang yang kehidupannya miskin terpaksa menekan keinginan-keinginanya untuk berbelanja pakaian yang bagus.
2.  Proyeksi, kalau terjadi kecemasan yang ditimbulkan id dan super ego, maka ego akan berusaha melemparkan sebab kecemasan kepada objek diluar diri agar ketegangan menjadi reda. Sebagai contoh jika seorang murid SMP nilai raportnya banyak yang merah, maka dia menyalahkan guru karena guru tidak dapat menerangkan palajaran. Jadi kesalahan yang ada pada dirinya diproyeksikan kepada guru.
3.  Pembentukan reaksi, apabila ego mendapat tekanan sehingga menimbulkan kecemasan, maka ego mencoba mengalihkan tekanan tersebut terhadap lawannya. Misalnya perasaan benci dialihkan menjadi cinta.
4.    Fiksasi, tertahannya perkembangan seseorang pada fase tertentu. Misalnya seorang yang takut melangkah lebih jauh karena bahaya yang dilihatnya. Artinya karena kecemasan yang mendalam dari perasaannya yang tidak realistik, maka orang ini tidak berani melakukan suatu kegiatan karena takut jiwanya melayang atau uangnya habis.
5.      Regresi, mundurnya perkembangan kepribadian seseorang karena mengalami kegagalan dan kecemasan. Misalnya seorang yang menangis berguling-guling seperti anak kecil karena anaknya mati tertabrak mobil.

d.      Konsep sehat menurut Psikoanalisa
Manusia yang memiliki kepribadian sehat menurut pandangan psikoanalisa antara lain:
·         Orang yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
·         Dapat mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya
·         Kinerja yang seimbang antara id, ego dan super ego
·         Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak-anak yang traumatis
·         Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
Sedangkan manusia yang memiliki kepribadian yang menyimpang atau tidak sehat menurut psikoanalisa antara lain:
·         Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
·         Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
·         Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
·         Masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
·         Adanya dinamika yang tidak efektif antar super ego

e.       Keunggulan dan Kelemahan Konseling Psikoanalisa
Dalam aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar (id, ego, superego, mimpi dan masa lalu. Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari kodrat manusia, karena hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis, sehingga terkesan merendahkan derajat kemanusiaan.
Freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat atau kepribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan  biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Namun psikoanalisa juga menyumbangkan kontribusi dalam perkembangan psikologi dan juga konseling. Sisi positif dari konseling psikoanalisa adalah psikoanalisa menekankan akan pentingnya masa anak-anak sebagai penentu masa dewasanya. Jika masa anak-anak atau masalalu seorang individu mengalami gangguan atau tidak berjalan dengan baik maka ketika dewasa pasti mengalami gangguan psikis. Selain itu model konseling yang diterapkan adalah model wawancara sebagai alat dari terapi yang terkesan efektif dan efisien untuk mengasosiasikan secara bebas masalah-masalah yang sedang dialami klien. Konseling psikoanalisa juga mengenal istilah motivasi tak sadar karena psikoanalisa sendiri menekankan pada dimensi tidak sadar manusia sehingga dengan adanya motivasi tidak sadar dapat membuat seorang individu melakukan suatu hal dengan kondisi tidak sadarnya.
2.2  Teknik Konseling Psikoanalisa

Dalam Corey (1977), teknik-teknik dasar konseling psikoanalisa adalah sebagai berikut:

1.      Asosiasi bebas
Teknik pokok dalam terapi psikoanalisa adalah asosiasi bebas. Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari pemikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang muncul dalam kesadarannya. Yang pokok, adalah klien mengemukakan segala sesuatu melalui perasaan atau pemikiran dengan melaporkan secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metode pengungkapan pangalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik dimasa lalu, klien memperoleh pengetahuan dan evaluasi diri sendiri. Dalam konseling dengan menggunakan teknik asosiasi bebas pada dasarnya konseli diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dan alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang ini sehingga konseli mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Tujuan teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lain da mengungkap emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau atau biasa disebut katarsis.
Dalam psikoanalisis semula digunakan teknik hypnosis, namun setelah diketahui bahwa tidak semua orang mudah dan bisa di lakukan hypnosis, Freud kemudian menggunakan asosiasi bebas. Dengan asosiasi bebas, pasien bebas untuk mengemukakan segala hal yang ingin dikemukakan termasuk yang tadinya ditekan dibawah-sadarnya tanpa dihambat atau dikritik. Namun timbul masalah lain karena dalam kenyataannya tidak semudah yang disangka, sehubungan dengan adanya rasa bersalah dan mekanisme pertahanan diri yang tentunya bisa menghambat pelaksanaan asosiasi bebas. Teknik dasar untuk melaksanakan psikoanalisis ialah dengan meminta pasien berbaring didipan khusus (couch) dan psikoanalis duduk dibelakangnya, jadi pasien menghadap kearah lain, tidak bertatapan dengan psikoanalisnya. Pasien diminta mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat, tertahan dan tanpa harus memilih mana yang dianggap penting. Psikoanalis yang duduk dibelakang dipan khusus, pada dasarnya mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang pasien. Namun pada saat-saat tertentu, psikoanalis memotong asosiasi bebas yang dikemukakan oleh pasien, bilamana dianggap penting dan memperjelas hubungan-hubungan antara asosiasi-asosiasi satu sama lain, misalnya yang ada kaitannya dengan mimpi-mimpi yang dialami.

2.      Analisis mimpi
             Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan memberi kesempatan konseli untuk memilih masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pin muncul kepermukaan. Menurut Ferud, kemudian mimpi itu ditafsirkan sebagai jalan raya terhadap keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari yang diekspresikan.
             Mimpi-mimpi memiliki dua taraf sisi, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan kedalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi laten kedalam isi manifes yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi. Tugas analis adalah menyingkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi. Selama jam analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian guna menyingkap makna-makna yang terselubung.

3.      Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
Interpretasi harus tepat waktu, karena klien akan menolak interpretasi yang diberikan pada saat yang tidak tepat. Sebuah aturan umum bahwa interpretasi harus disajikan pada saat gejala yang hendak ditafsirkan itu dekat dengan kesadaran klien. Dengan perkataan lain analis harus menginterpretasi bahan yang belum terlihat oleh klien, tetapi yang oleh klien bisa diterimadan diwujudkan sebagai miliknya. Aturan umum yang lainnya adalah bahwa penafsiran harus berawal dari permukaan serta menembus hanya sedalam klien mampu menjangkaunya sementara dia mengalami situasi itu secara emosional. Aturan umum yang ketiga adalah resistensi atau pertahanan paling baik ditunjukkan sebelum dilakukan penafsiran atas emosi atau konflik yang ada dibaliknya.

4.      Analisis resistensi
Resistensi adalah sebuah konsep yang fundamental dalam praktek terapi psikoanalitik, resistensi adalah suatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari.freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan dan perasaan yang direpresi itu. analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensi.

5.      Analisis transferensi
Konselor mengusahakan agar konseli mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama dalam hidupnya. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim dan pasif agar terungkap transferensi tersebut.
Transferen dalam arti sebenarnya, adalah suatu bentuk ingatan dari kejadian-kejadian yang telah dialamidan yang diulang kembalidalam keadaan sekarang atau yang akan datang.inilah saat-saat kritis, karena pasien harus menghadapi hal-hal yang idealistis sesuai dengan yang diinginkan, namun ia harus menghadapi kenyataan sebagai sesuatu yang tidak mungkin dipenuhi. Psikoanalis yang professional dan bukan sebagai pribadi, agar menghindari kemungkinan terjadinya counter-transference.
Memahami masalah transferens merupakan sesuatu yang penting dalam pelaksanaan psikoanalisis. Arlow 1989 (dalam Corsini, 1989) mengatakan bahwa psikoanalisis harus memahami bahwa dalam transferens pasien secara tidak sadarmengulang tindakan yang akan datang dengan ingatan-ingatan masa anak-anak yang terlupakan dari khayalan-khayalan yang tidak disadari yang ditekan. Menurut Arlow transferen dapat dipahamisebagai bentuk dari ingatan yang diperlihatkan sebagai bentuk dari ingatan yang diperlihatkan melalui tindakan ulangan untuk mengganti kejadian-kejadian yang sudah lama atau tertumpuk. Analisis terhadap transferens akan membantu pasien untuk mengerti bagaimana seseorang melakukan salah tanggap, salah nilai yang dihubungkan dengan keadaan sekarang dan keadaan yang sudah lewat. Setelah analisis terhadap transferens dilakukan berulang-ulang dan pada pasien ada kemajuan maka masa psikoanalisis dapat dihentikan.
2.3  Proses Konseling Psikoanalisa

a.      Tujuan Konseling Psikoanalisa

Tujuan konseling psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien (Corey, 1977, p. 38). Proses konseling dipusatkan pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian dasar. Konseling psikoanalisa menekankan dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran untuk membuat yang tidak disadari menjadi disadari. Tilikan dan pemahaman intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri sehingga memberikan kesempatan kepada klien untuk menghadapi situasi yang selama ini gagal diatasinya.

b.      Fungsi Konselor

Satu karakteristik konseling psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap anonim (tak dikenal) dan bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor (Corey, 1977, p. 38). Proyeksi klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisia. Konselor harus membangun hubungan kerja sama dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Menata proses terapeutik yang demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara sesungguhnya. Konselor mengajari klien memaknai proses ini sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya.
Hal yang penting dalam proses konseling adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi konseli yaitu suatu keadaan dimana konseli melindungi suatu perasaan, trauma atau kegagalan konseli terhadap konselor. Keadaan resistensi konseli ditandai oleh munculnya reaksi dalam bentuk penahanan diri terhadap interpretasi yang tidak mengenakkan dari konselor. Fungsi konselor adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran konseli yang dilindunginya dengan cara transferensi itu. Selain itu konselor juga berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis.

c.       Sistematika Proses Konseling

Secara sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling adalah sebagai berikut:
1.      Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
2.      Tahap krisis bagi konseli yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
3.      Menghayati kembali masa lalu konseli terutama pada masa kanak-kanaknya.
4.      Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri (mengasosiasikan antara perasaan dan ingatan).
5.      Pengembangan hubungan transferensi konseli dengan konselor. Transferensi adalah apabila konseli menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu sehubungan dengan cinta, seksualitas, kebenaran, kebencian yang oleh konseli dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan kepada konselor. Biasanya konseli bisa membenci atau mencintai konselor.
6.      Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi hingga klien dapat menyanggupi diri sendiri untuk melakukan proses terapi jangka panjang.
7.      Menutup wawancara konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin. (2006) . Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Corey, Geral. (2005) . Teori dan praktek konseling dan psikoterapi (E. Koswara, Penerjemah.). Bandung: Refika Aditama.
Ifdil. (2009). Konseling psikoanalisis klasik (Sigmund Freud). Februari 18, 2009.http://konselingindonesia.com/index.php option=com_content&task=view&id=84&Itemid=93\
Koswara,E. (1991). Teori-teori kepribadian. Bandung: Eresco.
Suryabrata, Sumadi. (2005). Psikologi kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar