Jumat, 16 Mei 2014

Review Film Anger Management

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Pengantar
Marah adalah emosi yang normal. Masalahnya tergantung pada apa yang kita lakukan dengan kemarahan kita. Fungsi marah yang normal sebenarnya adalah mengungkapkan rasa marah dengan kata-kata yang sesuai sehingga tidak menimbulkan sifat yang merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Seperti halnya pada film “Anger Management” ini. Film ini adalah sebuah film dengan genre komedi yang mengandung pesan-pesan psikologis didalamnya. Film ini menceritakan tentang seorang asisten eksekutif bernama Dave. Dave adalah seorang yang sangat pemalu dan tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya kepada orang yang telah membuatnya jengkel atau yang telah meremehkan dia. Dave merasa muak dan marah dengan dirinya sendiri karena dia tidak dapat menumpahkan rasa marahnya ketempat yang seharusnya. Bahkan saat Dave sedang menjalin hubungan asmara dengan Linda, pacarnya. Oleh karena itu, Linda ingin Dave berubah menjadi pria normal yang dapat mengatur emosinya sehingga hubungan mereka menjadi semakin baik. Linda membuat rencana dengan seorang terapyst bernama dokter Buddy. Dan ini merupakan babak baru dalam kehidupan Dave yang penuh dengan kejutan. Rencana tersebut diawali dengan masalah di pesawat terbang sampai membawa Dave ke pengadilan dan dimasukkan ke dalam kelompok pengendalian emosi dengan asuhan dokter Buddy.
Tak hanya itu, dalam film ini juga diceritakan bagaimana hubungan Dave dengan atasannya Frank yang bersikap sangat kasar padanya. Dan juga hubungan Dave dengan Andrew (sahabat Linda) yang sangat tidak harmonis. Dalam film ini dokter Buddy melakukan terapy kepada Dave dengan cara yang unik. Sampai-sampai Dave menganggap dokter Buddy adalah orang yang tidak waras. Namun, dengan terapy yang dilakukan oeh dokter Buddy tersebut akhirnya Dave berhasil mengendalikan emosinya dan dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasangannya.
1.2  Landasan Teori
Emosi marah (anger management) adalah suatu tindakan untuk mengatur
pikiran , perasaan, nafsu amarah dengan cara yang tepat dan positif serta dapat
diterima secara sosial, sehingga dapat mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan diri sendiri dan orang lain. Emosi marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan bersifat universal. Semua orang dari semua budaya memiliki emosi marah. Biasanya, marah dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari agresi, kekejaman dan kekerasan. Oleh karenanya pembahasan marah biasanya selalu dikaitkan dengan agresi dan kekerasan. Emosi marah dinilai negatif oleh masyarakat karena sifat destruktifnya. Orang yang marah bisa menjadi kejam dan tidak berperikemanusiaan. Marah pun sering bernilai negatif bagi individu. Namun emosi ini dapat dikatakan emosi yang sehat apabila diekspresikan secara bebas tetapi tidak merusak orang lain. Marah adalah perasaan yang perlu untuk diungkapkan tanpa harus ada kebencian atau agresi.
Banyak sekali ahli psikologi yang membahas tentang marah sebagai bagian dari emosi jiwa manusia. Salah satunya adalah J.B Watson mengatakan bahwa manusia mempunyai tiga emosi dasar, salah satunya marah, emosi dasar yang dimiliki manusia adalah:
1.      Fear yang nantinya akan berkembang menjadi anxiety.
2.      Rage yang akan berkembang menjadi anger (marah).
3.      Love yang akan menjadi simpati.
Ada dua model atau tipe marah yaitu marah kedalam atau implisit (anger in) yaitu rasa marah yang diarahkan ke dalam diri sendiri yang mengakibatkan depresi dan kebencian yang ditahan. Dan yang kedua amarah keluar atau eksplisit (anger out) yaitu rasa marah yang diarahkan kepada orang atau benda lain yang merupakan pengekspresian dari perasaan benci dan permusuhan yang tertahan. Pengekpresian amarah secara terbuka sering diikuti rasa bersalah atau menyesal dan kemudian bisa menjadi alat mengontrol diri yang mengakibatkan pemendaman amarah dan kemudian mengubah amarahnya menjadi ‘anger in’ yang sering mengakibatkan depresi.
Adapun teknik-teknik yang sering digunakan untuk mengelola emosi marah adalah C.A.R.E. dalam bukunya Hershorn menjelaskan keempat langkah tersebut sebagai berikut:
a.        Commitment to Change (komitmen untuk mengubah diri)
Langkah pertama dalam mengelola kemarahan adalah komitmen untuk berubah. Individu yang bermasalah dalam hal mengelola kemarahan haruslah mempunyai sebuah komitmen yang kuat untuk mengubah dirinya. Dengan adanya komitmen yang kuat, individu akan semakin termotivasi untuk belajar mengelola emosi marah dan menerapkan teknik-tekniknya dalam kehidupan nyata.
b.        Awareness of Your Early Warning Signs (kesadaran akan pertanda kemarahan)
Setiap orang memegang kendali pada saat bertindak atas dasar kemarahan. Tidak ada orang yang “meledak” atau “membentak” begitu saja, setiap amarah pasti memiliki tanda-tanda peringatan awal. Tanda-tanda itu bisa bersifat fisiologis, tingkah laku, dan kognitif. Dengan belajar mengenali tanda-tanda peringatan awal kemarahan, seseorang bisa lebih sungguh-sungguh memegang kendali atas tindakan kemarahannya. Tanda-tanda peringatan awal kemarahan meliputi tiga macam pertanda yaitu:
§  Fisiologis
Pertanda fisiologis yang sering muncul antara lain: merasa wajah menjadi panas memerah, aliran darah yang cepat di urat nadi,  jantung berdebar-debar, napas menjadi lebih cepat, pendek atau tidak stabil, badan terasa panas atau dingin, leher terasa nyeri, rahang menjadi kaku, otot mengeras dan tegang.
§  Tingkah laku
Pertanda tingkah laku meliputi: mengepalkan tinju, gigi menggerutuk, berjalan mondar-mandir dalam ruangan, tidak bisa tetap duduk atau berdiri, berbicara dengan lebih cepat.
§  Kognitif
Pertanda kognitif mencakup pikiran-pikiran seperti: dia melakukan itu kepadaku karena dengki, dia melakukan itu dengan sengaja, aku tidak bisa percaya dia melakukan hal itu, tidak ada orang yang bicara kepadaku seperti itu, aku akan menunjukkan kepada dia, hal ini tidak bisa diterima.
c.         Relaxation (relaksasi)
Relaksasi dan kemarahan merupakan reaksi yang saling berlawanan. Keduanya melibatkan gelombang otak dan reaksi tubuh yang berbeda, sehingga tidak mungkin terjadi bersamaan. Relaksasi merupakan alat bantu yang ampuh untuk mengurangi stres secara umum, mengurangi kemarahan ketika tanda-tanda peringatan awal kemarahan muncul, dan membantu mereka yang mengalami kesulitan tidur. Dengan melakukan relaksasi setiap hari, setiap individu dapat memperoleh manfaatnya. Ada beberapa bentuk relaksasi, yaitu: relaksasi otot, indera, dan kognitif. Relaksasi otot merupakan relaksasi yang disarankan untuk pemula karena relaksasi ini paling mudah untuk dilakukan.
Emosi, pikiran, dan tingkah laku merupakan tiga hal yang saling mempengaruhi. Siklus perasaan, pikiran dan tindakan saling mendorong dan memperkuat dirinya sendiri. Semakin seseorang memikirkan tentang kemarahannya semakin ia menjadi marah. Hal ini membawanya bertindak atas dasar kemarahannya tersebut.
Setiap individu bisa memotong siklus di atas. Masing-masing individu memiliki kendali atas pikiran dan tindakannya. Dengan mengubah pikiran dan tindakan, seseorang bisa mengurangi kemarahannya. Relaksasi merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk memecahkan siklus kemarahan dengan mengintervensi pada tingkat tingkah laku.
d.      Exercising Self Control with Time Outs (latihan kontrol diri dengan waktu jeda)
Ketika individu mulai menyadari akan tanda peringatan awal kemarahan, sebaiknya individu tersebut segera mengambil waktu jeda. Waktu jeda adalah waktu dimana individu menjauhi situasi atau orang yang memprovokasi kemarahan. Waktu jeda berguna untuk menenangkan diri sehingga individu dapat menangani kemarahan dengan cara yang lebih konstruktif. Selama waktu jeda, sebaiknya individu terlibat dalam suatu kegiatan yang bersifat berlawanan dengan kemarahan, yaitu relaksasi. Ada banyak kegiatan yang merelakskan, seperti berjalan kaki, berlari, olah raga, mendengarkan musik, menelpon teman, mandi, bermain sepatu roda atau pergi ke toko buku. Selama waktu jeda janganlah terlibat dengan hal-hal yang agresif, seperti memukul bantalan latihan tinju atau mengendarai mobil dengan cepat, karena hal itu dapat mempertahankan asosiasi perasaan marah dengan bertindak atas marah itu. Jika individu sudah merasa tenang, maka individu tersebut dapat kembali ke situasi atau orang yang sebelumnya membawanya ke perasaan marah dan membicarakannya dengan baik. Dengan cara ini, orang tersebut tidak merasa dihindari atau diabaikan dengan teknik waktu jeda. Jika individu merasakan adanya tandatanda peringatan marah lagi, maka individu dapat mengambil waktu jeda lagi.
     Selain itu  ada juga terapy yang dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengelola emosi seseorang, yaitu:
 Cognitive Therapy
Terapi kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang bertujuan mengubah suasana hati (mood) dan perilaku dengan mempengaruhi pola berpikirnya. Bentuk dari terapi kognitif berupa catatan harian pemikiran disfungsional. Pada dasarnya terapi kognitif bertujuan untuk:
ü  Mengenali kejadian yang menyebabkan reaksi yang berupa amarah.
ü  Mengenali dan memonitor distorsi-distorsi kognitif yang muncul dalam suatu peristiwa atau kejadian. Kemudian berusaha mencari kebenarannya, yaitu dengan cara mencari hubungan antara kognisi dan afeksi.
ü  Mengubah cara berpikir dalam menginterpretasi dan mengevaluasi suatu kejadian dengan cara-cara yang lebih sehat.
Distorsi kognitif bersifat otomatis dan tidak disadari, maka dalam terapi kognitif seseorang diajak untuk mengevaluasi kembali cara berpikirnya dalam menginterpretasi dan mengevaluasi suatu kejadian. Jadi seseorang dilatih untuk mengenali dan menguji apakah cara berpikirnya terhadap suatu kejadian benar dan realistis. Ada beberapa bentuk distorsi kognitif yang biasanya dialami oleh individu, yaitu:
ü  Over generalization (terlalu menggeneralisasi)
Mengambil kesimpulan umum dari satu atau sedikit kejadian. Kesimpulan ini kemudian diterapkan secara luas pada kondisi yang sama atau tidak sama. Contoh: seorang suami yang memanggil istrinya untuk membawakan obat dari lantai bawah ke lantai atas tetapi tidak dijawab. Lalu ia mengambil kesimpulan bahwa istrinya tidak mempedulikan dia lagi.
ü  Pembesaran (magnification)
Melebih-lebihkan arti atau pentingnya sesuatu hal. Biasanya terjadi bila melihat kesalahan diri sendiri atau kesalahan orang lain. Contoh: suatu kali ada seseorang yang melupakan janjinya, lalu temannya menganggap bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan besar yang tidak dapat dimaafkan.
ü  In Exact Labeling (memberi cap secara keliru)
Memberi cap pribadi atau menciptakan suatu gambaran diri yang negatif dan didasarkan pada kesalahan diri sendiri. Ini merupakan suatu bentuk ekstrem dari overgeneralisasi.
ü  Pernyataan Harus
Mencoba menggerakkan diri sendiri atau orang lain dengan pernyataan “harus” serta “seharusnya tidak”, seolah-olah diri sendiri atau orang lain harus bertindak sesuai daftar aturan yang tidak fleksibel.
              Assertivity
Asertivitas adalah perilaku interpersonal yang mengandung pengungkapan pikiran dan perasaan secara jujur dan relatif langsung yang dilakukan dengan mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain. Seseorang dapat dikatakan berperilaku asertif jika ia mempertahankan dirinya sendiri, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya, dan tidak membiarkan orang lain mengambil keuntungan dari dirinya. Pada saat yang bersamaan, ia juga mempertimbangkan bagaimana perasaan orang lain. Keuntungan berperilaku asertif, yaitu mendapatkan apa yang diinginkan dan biasanya tanpa membuat orang lain marah.
Cara-cara yang biasa digunakan orang dalam mengekspresikan marah adalah sebagai berikut:
1.      Repression:  Mengalami perasaan marah tetapi segera melupakan perasaan marahnya.
2.      Displacement: Memiliki perasaan marah terhadap seseorang atau benda yang sebenarnya bukan orang atau benda tersebut target dari amarahnya.
3.      Controlling: Menahan dan mengendalikan secara emosional badai amarah yang sedang berlangsung dalam dirinya.
4.      Suppression: Mengalami perasaan marah tetapi dipendam, sehingga tidak ada pengekspresian marah tersebut.
5.      Quiet Crying: Penekanan perasaan marah dengan tanpa proses verbal atau fisik. Cara ini dapat meredakan emosi amarah dan mengubahnya menjadi kesedihan dan perasaan sakit dalam diri orang tersebut.
6.      Assertive Confrontation: Suatu respon langsung yang tegas terhadap seseorang atau benda yang membuat atau membangkit amarah.
7.      Overreaction: Merusak atau menyakiti secara fisik suatu benda atau seseorang yang sebenarnya benda atau orang tersebut bukan sasaran amarah yang sesungguhnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sinopsis Film
Dave Buznik adalah seorang asisten eksekutif yang pemalu, namun setelah sebuah kesalahpahaman kecil yang terjadi di pesawat memicu emosinya sehingga tak terkendalikan, maka Dave diharuskan oleh pengadilan untuk mengikuti sebuah terapi untuk mengontrol kemarahan yang ditangani oleh spesialis Dr.Buddy Rydell. Film ini diawali dengan masa kecil Dave yang sangat pemalu yang ditantang oleh gadis yang disukainya untuk mencium didepan teman-temannya. Namun saat dia hendak menerima tantangan itu, seorang temannya bernama Arnie mempermainkan Dave dan mempermalukan Daev sehingga Dave menjadi bahan lelucon teman-temannya. Namun Dave tidak bisa merasa marah oleh apa yang telah dilakukan Arnie terhadap dirinya. Dave hanya diam dan mengalah. Namun lambat laun dan seiring berjalannya waktu sifat Dave tidak dapat berubah dan itu menjadi sebuah trauma dan tekanan batin bagi Dave. Hingga  Dave dewasa dan tinggal di New York trauma itu telah mengakar kuat pada pribadinya. Dave bekerja sebagai sekertaris dengan atasannya yang sangat kasar bernama Frank. Frank bersikap sewenang-wenang terhadap Dave, bahkan Frank mengambil kredit untuk karya yang telah dikerjakan oleh Dave. Namun, apalah daya seorang Dave yang tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya itu. Hingga sampai suatu ketika Linda, kekasihnya mempunyai rencana untuk memasukkan Dave ke dalam kelompok pengendalian emosi yang diketuai oleh dokter Buddy. Namun Dave tidak tahu tentang hal ini. Linda dan dokter Buddy membuat rencana sedemikian rupa sehingga Dave masuk kedalam permainan yang telah mereka rencanakan.
Rencana tersebut diawali saat penerbangan pertemuan bisnis. Dave secara tidak sengaja duduk dengan seseorang bernama Buddy Rydell. Buddy mengganggu Dave dengan cara menonton film komedi dan tertawa terlalu kencang sehingga membuat tidur Dave terganggu. Kemudian Dave meminta heatset kepada pramugari, namun mereka tidak mengacuhkan permintaan Dave. Sehingga Dave merasa marah, dan karena hal itu Dave dibawa ke pengadilan dan pengadilan memutuskan bahwa Dave harus mengikuti kelas pengendalian emosi dokter Buddy. Pada sesi terapi pertama Dave bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam masalah mental mereka. Dave menyelesaikan sesi terapi yang pertama dengansangat buruk sehinggga dokter Buddy memutuskan bahwa Dave harus mengikuti sesi terepi dua pertemuan penuh untuk kedepannya. Namun dave melakukan agresi secara tidak sengaja terhadap pelayan bar karena ajakan temannya yang sedang disulut kemarahan. Dan masalah itupun berujung kepengadilan lagi. Dan pengadilan memutuskan bahwa Dave harus dihukum kepenjara negara. Namun dokter Buddy menyelamatkan Dave sehingga Dave tidak dimasukkan ke penjara negara. Sebagai tahapan terapi untuk Dave dokter Buddy melakukan terapi pendekatan secara personal, sehingga dokter Buddy memaksakan diri untuk tinggal serumah dengan Dave. Banyak sekali kejadian konyol saat mereka tinggal dalam satu rumah. Dokter Buddy pun juga mengikuti Dave saat bekerja di kantornya, dimana dokter Buddy menghina Frank dan juga Andreas.
Suatu hari Dave mendapat panggilan untuk dokter Buddy, Dave diminta untuk memberitahu bahwa ibu dokter Buddy akan dioperasi kecil di Boston. Dan mereka pun pergi berdua ke Boston. Di Boston Dave bertemu dengan seorang wanita cantik dan dokter Buddy pun menantang Dave untuk mendekati wanita itu dengan taruhan ia akan terbebas dari program pengendalian emosi. Dave pun menerima tantangan itu dan dia berhasil pergi dengan wanita itu bahkan sampai pergi kerumahnya. Sampai di rumah wanita itu berusaha menggoda Dave, namun Dave tetap setia kepada kekasihnya, Linda. Sepulangnya dari Boston dokter Buddy memutar mobil menuju ke kuil budha untuk menemui Arnie dan membalaskan dendam yang telah dilakukannya saat Dave masih kecil. Disana dokter Buddy mengkonfrontasi Dave sehingga timbul perkelahian antara mereka. Dan akhirnya dave pun berhasil membalas dendam masa kecilnya.
Kemudian mereka kembali ke New York dengan rasa yang bebas. Namun sesampainya di New York Linda memutuskan hubungan asmara mereka. Dan Linda pun ganti berkencan dengan dokter Buddy. Hati Dave sangat hancur namun Dave berusaha untuk menguatkan diri. Tetapi ternyata itu hanyalah salah satu rencana dari Linda dan dokter Buddy. Kemudian Linda dan dokter Buddy menonton pertandingan yankess, dan disana Dave menduga kalau dokter Buddy akan mencuri ide lamaran yang telah dirangcangnya untuk Linda. Dave pun marah dan pergi ke lapangan yankess untuk mencari Linda dan mengatakan bahwa dia mencintai Linda dan tidak mau Linda menikah dengan dokter Buddy. Dan usaha dave pun berhasil menemukan Linda, namun untuk menerima cinta dari Dave Linda mengajukan syarat bahwa Dave harus mencium Linda dihadapan para penonton yankess. Dan Dave pun melakukan itu dan sekaligus Dave telah lulus dari sekolah pengendalian emosi dokter Buddy. Film ini berakhir dengan perayaan kelulusan Dave dari sekolah pengendalian emosi dan mereka merayakan kelulusan itu ditaman.
2.2 Identifikasi Persoalan
·         Dave: Selalu merasa rendah diri dan tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya kepada orang yang telah bertindak seenaknya kepadanya. Dave merasa marah dengan dirinya sendiri karena membiarkan orang lain memperolok dirinya. Sehingga Linda membuat rencana untuk Dave agar Dave dapat mengelola emosinya.
·         Linda: Sangat mencintai dan peduli dengan kekasihnya. Apapun dia lakukan untuk kebaikan Dave.
·         Dr. Buddy: Konyol namun mempunyai niat baik untuk memperbaiki manajemen emosi Dave. Cara yang dilakukannya pun sangat aneh dan gila, tetapi dengan konsep teori yang digunakannya Dave dapat mengelola emosinya dengan baik.
·         Frank: Keras kepala dan sewenang-wenang terhadap bawahannya.
·         Andrew: Suka meremehkan temannya dan mempunyai niat buruk untuk merebut Linda.
2.3 Analisis Kritis
Di dalam film ini Dr. Buddy menggunakan terapi dengan terapi pendekatan karena Dr. Buddy menganggap terapi ini adalah terapi yang paling cocok dilakukan kepada Dave. Dan untuk melakukan pengamatan ini Dr. Buddy memaksakan diri untuk tinggal dirumah Dave selama 30 hari. Tetapi sebenarnya tidak hanya terapi pendekatan saja yang dapat dilakukan untuk kasus seperti Dave, banyak sekali terapi ataupun teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk menangani masalah anger management seperti yang telah dituliskan pada landasan teori diatas. Terapi pendekatan yang dilakukan oleh Dr. Buddy ini hampir sama dengan terapi kognitif karena Dave diajak untuk mengkaji ulang pikiran marah yang muncul, menemukan distorsi kognitif yang ada dalam setiap pikiran marah, lalu berusaha untuk membuat tanggapan rasional. Teknik ini berupa pencatatan harian pemikiran disfungsional, namun dalam film ini Dr. Buddy tidak menggunakan catatan harian melainkan menggunakan tape recorder untuk merekam semua pemikiran disfungsional Dave.
Sedangkan untuk menangani pengendalian emosi dari teman-teman Dave yang lain Dr. Buddy menggunakan teknik-teknik yang diungkapkan oleh Hershorn dalam bukunya, yakni C.A.R.E. Pada teknik pertama, yaitu Commitment to Change, mereka diminta untuk membuat komitmen dalam mengelola emosi marah. Teknik ini sangatlah penting karena untuk mengubah perilaku seseorang, khususnya dalam mengelola emosi marah dibutuhkan adanya komitmen yang kuat dari dirinya sendiri untuk mau berubah. Teknik yang kedua, yaitu Awareness of Your Early Warning Signs berguna untuk mengenali tanda-tanda peringatan awal kemarahan. Dengan mengenali tanda-tanda awal kemarahan, mereka dapat semakin peka mengenali emosi marah ketika perasaan marah itu muncul. Kemampuan dalam mengenali emosi marah dapat membantu untuk memahami perasaanya sehingga tidak dikuasai oleh amarah. Teknik yang ketiga, yaitu Exercising Self Control with Time Outs. Teknik ini juga sangat penting karena dapat membantu untuk menenangkan diri atau meredakan amarah. Seperti kata-kata yang diajarkan oleh Dr. Buddy setiap mereka merasa marah dr. Buddy membimbing mereka untuk mengucapkan kata “ghoss prabaa”. Teknik yang keempat, yaitu Relaxation. Teknik ini berguna untuk meredakan amarah seseorang yang sedang mengalami emosi. Relaksasi dapat dilakukan dengan self hypnosis maupun dengan cara-cara yang lain, misalnya main game, pergi jalan-jalan atau berdiam diri untuk sementara waktu.

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dari review film “anger management” ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
·         Dave mengalami krisis rendah diri yang berakibat dia tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya kepada orang yang telah berlaku buruk padanya. Yang mana krisis rendah diri tersebut adalah akibat dari perilaku teman Dave semasa kecilnya sehingga menimbulkan trauma yang berkepanjangan bagi Dave.
·         Dr. Buddy menggunakan terapy pendekatan sebagai salah satu terapy dari cabang humanistik yang dapat dilakukan dengan pendekatan secara personal kepada subjek terapy.
·         Selain dengan menggunakan terapy pendekatan ada lagi terapy yang dapat dilakukan untuk menangani masalah emosi seperti yang dialami oleh Dave. Terapy itu antara lain: C.A.R.E, assertivity dan cognitif terapy.

DAFTAR PUSTAKA

Hershorn, Michael. 2002. 60 second Anger Management. Jakarta: PT: Bhuana Ilmu Populer.

3 komentar:

  1. bisa di copy gak ??? cause aku ada tugasan utk analisis film ini

    BalasHapus
  2. atau mailkan k aku d : nurulhafid44@gmail.com Pleaseeeeee

    BalasHapus