BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Marah adalah
emosi yang normal. Masalahnya tergantung pada apa yang kita lakukan dengan
kemarahan kita. Fungsi marah yang normal sebenarnya adalah mengungkapkan rasa
marah dengan kata-kata yang sesuai sehingga tidak menimbulkan sifat yang
merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Seperti halnya pada film “Anger
Management” ini. Film ini adalah sebuah film dengan genre komedi yang
mengandung pesan-pesan psikologis didalamnya. Film ini menceritakan tentang
seorang asisten eksekutif bernama Dave. Dave adalah seorang yang sangat pemalu
dan tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya kepada orang yang telah membuatnya
jengkel atau yang telah meremehkan dia. Dave merasa muak dan marah dengan
dirinya sendiri karena dia tidak dapat menumpahkan rasa marahnya ketempat yang
seharusnya. Bahkan saat Dave sedang menjalin hubungan asmara dengan Linda,
pacarnya. Oleh karena itu, Linda ingin Dave berubah menjadi pria normal yang
dapat mengatur emosinya sehingga hubungan mereka menjadi semakin baik. Linda
membuat rencana dengan seorang terapyst bernama dokter Buddy. Dan ini merupakan
babak baru dalam kehidupan Dave yang penuh dengan kejutan. Rencana tersebut
diawali dengan masalah di pesawat terbang sampai membawa Dave ke pengadilan dan
dimasukkan ke dalam kelompok pengendalian emosi dengan asuhan dokter Buddy.
Tak hanya itu,
dalam film ini juga diceritakan bagaimana hubungan Dave dengan atasannya Frank
yang bersikap sangat kasar padanya. Dan juga hubungan Dave dengan Andrew
(sahabat Linda) yang sangat tidak harmonis. Dalam film ini dokter Buddy
melakukan terapy kepada Dave dengan cara yang unik. Sampai-sampai Dave
menganggap dokter Buddy adalah orang yang tidak waras. Namun, dengan terapy
yang dilakukan oeh dokter Buddy tersebut akhirnya Dave berhasil mengendalikan
emosinya dan dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasangannya.
1.2 Landasan Teori
Emosi marah (anger management) adalah suatu tindakan untuk
mengatur
pikiran ,
perasaan, nafsu amarah dengan cara yang tepat dan positif serta dapat
diterima secara
sosial, sehingga dapat mencegah sesuatu yang buruk atau merugikan diri sendiri
dan orang lain. Emosi
marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan
bersifat universal. Semua orang dari semua budaya memiliki emosi marah.
Biasanya, marah dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari agresi,
kekejaman dan kekerasan. Oleh karenanya pembahasan marah biasanya selalu dikaitkan dengan agresi
dan kekerasan. Emosi marah dinilai negatif oleh masyarakat karena sifat
destruktifnya. Orang yang marah bisa menjadi kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Marah pun sering bernilai negatif bagi individu. Namun
emosi ini dapat dikatakan emosi yang sehat apabila diekspresikan secara bebas
tetapi tidak merusak orang lain. Marah adalah perasaan yang perlu untuk diungkapkan
tanpa harus ada kebencian atau agresi.
Banyak sekali ahli psikologi yang membahas tentang marah
sebagai bagian dari emosi jiwa manusia. Salah satunya adalah J.B Watson
mengatakan bahwa manusia mempunyai tiga emosi dasar, salah satunya marah, emosi
dasar yang dimiliki manusia adalah:
1.
Fear yang nantinya akan
berkembang menjadi anxiety.
2.
Rage yang akan berkembang
menjadi anger (marah).
3.
Love yang akan menjadi simpati.
Ada dua model atau tipe marah yaitu marah
kedalam atau implisit (anger in) yaitu rasa marah yang diarahkan ke dalam diri sendiri yang
mengakibatkan depresi dan kebencian yang ditahan. Dan yang kedua amarah keluar
atau eksplisit (anger out)
yaitu rasa marah yang diarahkan kepada orang atau benda lain yang merupakan
pengekspresian dari perasaan benci dan permusuhan yang tertahan. Pengekpresian
amarah secara terbuka sering diikuti rasa bersalah atau menyesal dan kemudian
bisa menjadi alat mengontrol diri yang mengakibatkan pemendaman amarah dan
kemudian mengubah amarahnya menjadi ‘anger in’ yang sering mengakibatkan depresi.
Adapun teknik-teknik yang sering
digunakan untuk mengelola emosi marah adalah C.A.R.E. dalam bukunya Hershorn
menjelaskan keempat langkah tersebut sebagai berikut:
a.
Commitment
to Change (komitmen
untuk mengubah diri)
Langkah
pertama dalam mengelola kemarahan adalah komitmen untuk berubah. Individu yang
bermasalah dalam hal mengelola kemarahan haruslah mempunyai sebuah komitmen
yang kuat untuk mengubah dirinya. Dengan adanya komitmen yang kuat, individu
akan semakin termotivasi untuk belajar mengelola emosi marah dan menerapkan
teknik-tekniknya dalam kehidupan nyata.
b.
Awareness
of Your Early Warning Signs (kesadaran akan pertanda kemarahan)
Setiap
orang memegang kendali pada saat bertindak atas dasar kemarahan. Tidak ada orang
yang “meledak” atau “membentak” begitu saja, setiap amarah pasti memiliki
tanda-tanda peringatan awal. Tanda-tanda itu bisa bersifat fisiologis, tingkah
laku, dan kognitif. Dengan belajar mengenali tanda-tanda peringatan awal
kemarahan, seseorang bisa lebih sungguh-sungguh memegang kendali atas tindakan
kemarahannya. Tanda-tanda peringatan awal kemarahan meliputi tiga macam
pertanda yaitu:
§ Fisiologis
Pertanda fisiologis yang sering
muncul antara lain: merasa wajah menjadi panas memerah, aliran darah yang cepat
di urat nadi, jantung berdebar-debar,
napas menjadi lebih cepat, pendek atau tidak stabil, badan terasa panas atau
dingin, leher terasa nyeri, rahang menjadi kaku, otot mengeras dan tegang.
§ Tingkah laku
Pertanda tingkah laku meliputi: mengepalkan
tinju, gigi menggerutuk, berjalan mondar-mandir dalam ruangan, tidak bisa tetap
duduk atau berdiri, berbicara dengan lebih cepat.
§ Kognitif
Pertanda kognitif mencakup
pikiran-pikiran seperti: dia melakukan itu kepadaku karena dengki, dia
melakukan itu dengan sengaja, aku tidak bisa percaya dia melakukan hal itu,
tidak ada orang yang bicara kepadaku seperti itu, aku akan menunjukkan kepada
dia, hal ini tidak bisa diterima.
c.
Relaxation (relaksasi)
Relaksasi
dan kemarahan merupakan reaksi yang saling berlawanan. Keduanya melibatkan
gelombang otak dan reaksi tubuh yang berbeda, sehingga tidak mungkin terjadi
bersamaan. Relaksasi merupakan alat bantu yang ampuh untuk mengurangi stres
secara umum, mengurangi kemarahan ketika tanda-tanda peringatan awal kemarahan
muncul, dan membantu mereka yang mengalami kesulitan tidur. Dengan melakukan relaksasi
setiap hari, setiap individu dapat memperoleh manfaatnya. Ada beberapa bentuk
relaksasi, yaitu: relaksasi otot, indera, dan kognitif. Relaksasi otot
merupakan relaksasi yang disarankan untuk pemula karena relaksasi ini paling
mudah untuk dilakukan.
Emosi,
pikiran, dan tingkah laku merupakan tiga hal yang saling mempengaruhi. Siklus
perasaan, pikiran dan tindakan saling mendorong dan memperkuat dirinya sendiri.
Semakin seseorang memikirkan tentang kemarahannya semakin ia menjadi marah. Hal
ini membawanya bertindak atas dasar kemarahannya tersebut.
Setiap individu bisa
memotong siklus di atas. Masing-masing individu memiliki kendali atas pikiran
dan tindakannya. Dengan mengubah pikiran dan tindakan, seseorang bisa
mengurangi kemarahannya. Relaksasi merupakan suatu cara yang dapat digunakan
untuk memecahkan siklus kemarahan dengan mengintervensi pada tingkat tingkah
laku.
d.
Exercising
Self Control with Time Outs (latihan kontrol diri dengan waktu jeda)
Ketika
individu mulai menyadari akan tanda peringatan awal kemarahan, sebaiknya
individu tersebut segera mengambil waktu jeda. Waktu jeda adalah waktu dimana
individu menjauhi situasi atau orang yang memprovokasi kemarahan. Waktu jeda
berguna untuk menenangkan diri sehingga individu dapat menangani kemarahan
dengan cara yang lebih konstruktif. Selama waktu jeda, sebaiknya individu
terlibat dalam suatu kegiatan yang bersifat berlawanan dengan kemarahan, yaitu
relaksasi. Ada banyak kegiatan yang merelakskan, seperti berjalan kaki,
berlari, olah raga, mendengarkan musik, menelpon teman, mandi, bermain sepatu
roda atau pergi ke toko buku. Selama waktu jeda janganlah terlibat dengan
hal-hal yang agresif, seperti memukul bantalan latihan tinju atau mengendarai mobil
dengan cepat, karena hal itu dapat mempertahankan asosiasi perasaan marah
dengan bertindak atas marah itu. Jika individu sudah merasa tenang, maka
individu tersebut dapat kembali ke situasi atau orang yang sebelumnya
membawanya ke perasaan marah dan membicarakannya dengan baik. Dengan cara ini,
orang tersebut tidak merasa dihindari atau diabaikan dengan teknik waktu jeda.
Jika individu merasakan adanya tandatanda peringatan marah lagi, maka individu
dapat mengambil waktu jeda lagi.
Selain itu ada juga terapy yang dapat digunakan sebagai
salah satu teknik untuk mengelola emosi seseorang, yaitu:
Cognitive
Therapy
Terapi
kognitif adalah pendekatan pemberian bantuan yang bertujuan mengubah suasana
hati (mood) dan perilaku dengan mempengaruhi pola berpikirnya. Bentuk
dari terapi kognitif berupa catatan harian pemikiran disfungsional. Pada
dasarnya terapi kognitif bertujuan untuk:
ü Mengenali kejadian yang
menyebabkan reaksi yang berupa amarah.
ü Mengenali dan memonitor
distorsi-distorsi kognitif yang muncul dalam suatu peristiwa atau kejadian.
Kemudian berusaha mencari kebenarannya, yaitu dengan cara mencari hubungan
antara kognisi dan afeksi.
ü Mengubah cara berpikir dalam
menginterpretasi dan mengevaluasi suatu kejadian dengan cara-cara yang lebih
sehat.
Distorsi
kognitif bersifat otomatis dan tidak disadari, maka dalam terapi kognitif
seseorang diajak untuk mengevaluasi kembali cara berpikirnya dalam
menginterpretasi dan mengevaluasi suatu kejadian. Jadi seseorang dilatih untuk
mengenali dan menguji apakah cara berpikirnya terhadap suatu kejadian benar dan
realistis. Ada beberapa bentuk distorsi kognitif yang biasanya dialami oleh
individu, yaitu:
ü Over generalization (terlalu
menggeneralisasi)
Mengambil kesimpulan umum dari satu atau sedikit
kejadian. Kesimpulan ini kemudian diterapkan secara luas pada kondisi yang sama
atau tidak sama. Contoh: seorang suami yang memanggil istrinya untuk membawakan
obat dari lantai bawah ke lantai atas tetapi tidak dijawab. Lalu ia mengambil
kesimpulan bahwa istrinya tidak mempedulikan dia lagi.
ü Pembesaran (magnification)
Melebih-lebihkan arti atau pentingnya sesuatu hal.
Biasanya terjadi bila melihat kesalahan diri sendiri atau kesalahan orang lain.
Contoh: suatu kali ada seseorang yang melupakan janjinya, lalu temannya
menganggap bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan besar yang tidak dapat
dimaafkan.
ü In Exact Labeling (memberi
cap secara keliru)
Memberi cap pribadi atau menciptakan suatu gambaran
diri yang negatif dan didasarkan pada kesalahan diri sendiri. Ini merupakan
suatu bentuk ekstrem dari overgeneralisasi.
ü Pernyataan Harus
Mencoba menggerakkan diri sendiri atau orang lain
dengan pernyataan “harus” serta “seharusnya tidak”, seolah-olah diri sendiri
atau orang lain harus bertindak sesuai daftar aturan yang tidak fleksibel.
Assertivity
Asertivitas
adalah perilaku interpersonal yang mengandung pengungkapan pikiran dan perasaan
secara jujur dan relatif langsung yang dilakukan dengan mempertimbangkan
perasaan dan kesejahteraan orang lain. Seseorang dapat dikatakan berperilaku
asertif jika ia mempertahankan dirinya sendiri, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya, dan tidak membiarkan orang lain mengambil keuntungan dari dirinya.
Pada saat yang bersamaan, ia juga mempertimbangkan bagaimana perasaan orang lain.
Keuntungan berperilaku asertif, yaitu mendapatkan apa yang diinginkan dan
biasanya tanpa membuat orang lain marah.
Cara-cara yang biasa digunakan orang
dalam mengekspresikan marah adalah sebagai berikut:
1.
Repression: Mengalami perasaan marah
tetapi segera melupakan perasaan marahnya.
2.
Displacement: Memiliki perasaan marah terhadap seseorang atau benda yang sebenarnya
bukan orang atau benda tersebut target dari amarahnya.
3.
Controlling: Menahan dan mengendalikan secara emosional badai amarah yang sedang
berlangsung dalam dirinya.
4.
Suppression: Mengalami perasaan marah tetapi dipendam, sehingga tidak ada
pengekspresian marah tersebut.
5.
Quiet
Crying: Penekanan perasaan marah dengan tanpa proses
verbal atau fisik. Cara ini dapat meredakan emosi amarah dan mengubahnya
menjadi kesedihan dan perasaan sakit dalam diri orang tersebut.
6.
Assertive
Confrontation: Suatu respon langsung yang tegas
terhadap seseorang atau benda yang membuat atau membangkit amarah.
7.
Overreaction: Merusak atau menyakiti secara fisik suatu benda atau seseorang yang
sebenarnya benda atau orang tersebut bukan sasaran amarah yang sesungguhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sinopsis Film
Dave Buznik adalah seorang asisten eksekutif yang pemalu,
namun setelah sebuah kesalahpahaman kecil yang terjadi di pesawat memicu
emosinya sehingga tak terkendalikan, maka Dave diharuskan oleh pengadilan untuk
mengikuti sebuah terapi untuk mengontrol kemarahan yang ditangani oleh
spesialis Dr.Buddy Rydell. Film ini diawali dengan masa kecil Dave yang sangat
pemalu yang ditantang oleh gadis yang disukainya untuk mencium didepan
teman-temannya. Namun saat dia hendak menerima tantangan itu, seorang temannya
bernama Arnie mempermainkan Dave dan mempermalukan Daev sehingga Dave menjadi
bahan lelucon teman-temannya. Namun Dave tidak bisa merasa marah oleh apa yang
telah dilakukan Arnie terhadap dirinya. Dave hanya diam dan mengalah. Namun
lambat laun dan seiring berjalannya waktu sifat Dave tidak dapat berubah dan
itu menjadi sebuah trauma dan tekanan batin bagi Dave. Hingga Dave dewasa dan tinggal di New York trauma
itu telah mengakar kuat pada pribadinya. Dave bekerja sebagai sekertaris dengan
atasannya yang sangat kasar bernama Frank. Frank bersikap sewenang-wenang
terhadap Dave, bahkan Frank mengambil kredit untuk karya yang telah dikerjakan
oleh Dave. Namun, apalah daya seorang Dave yang tidak dapat mengungkapkan rasa
marahnya itu. Hingga sampai suatu ketika Linda, kekasihnya mempunyai rencana
untuk memasukkan Dave ke dalam kelompok pengendalian emosi yang diketuai oleh
dokter Buddy. Namun Dave tidak tahu tentang hal ini. Linda dan dokter Buddy
membuat rencana sedemikian rupa sehingga Dave masuk kedalam permainan yang
telah mereka rencanakan.
Rencana tersebut diawali saat penerbangan pertemuan bisnis.
Dave secara tidak sengaja duduk dengan seseorang bernama Buddy Rydell. Buddy
mengganggu Dave dengan cara menonton film komedi dan tertawa terlalu kencang
sehingga membuat tidur Dave terganggu. Kemudian Dave meminta heatset kepada
pramugari, namun mereka tidak mengacuhkan permintaan Dave. Sehingga Dave merasa
marah, dan karena hal itu Dave dibawa ke pengadilan dan pengadilan memutuskan
bahwa Dave harus mengikuti kelas pengendalian emosi dokter Buddy. Pada sesi
terapi pertama Dave bertemu dengan banyak orang dengan berbagai macam masalah
mental mereka. Dave menyelesaikan sesi terapi yang pertama dengansangat buruk
sehinggga dokter Buddy memutuskan bahwa Dave harus mengikuti sesi terepi dua
pertemuan penuh untuk kedepannya. Namun dave melakukan agresi secara tidak
sengaja terhadap pelayan bar karena ajakan temannya yang sedang disulut
kemarahan. Dan masalah itupun berujung kepengadilan lagi. Dan pengadilan
memutuskan bahwa Dave harus dihukum kepenjara negara. Namun dokter Buddy
menyelamatkan Dave sehingga Dave tidak dimasukkan ke penjara negara. Sebagai
tahapan terapi untuk Dave dokter Buddy melakukan terapi pendekatan secara
personal, sehingga dokter Buddy memaksakan diri untuk tinggal serumah dengan
Dave. Banyak sekali kejadian konyol saat mereka tinggal dalam satu rumah.
Dokter Buddy pun juga mengikuti Dave saat bekerja di kantornya, dimana dokter
Buddy menghina Frank dan juga Andreas.
Suatu hari Dave mendapat panggilan untuk dokter Buddy, Dave
diminta untuk memberitahu bahwa ibu dokter Buddy akan dioperasi kecil di
Boston. Dan mereka pun pergi berdua ke Boston. Di Boston Dave bertemu dengan
seorang wanita cantik dan dokter Buddy pun menantang Dave untuk mendekati
wanita itu dengan taruhan ia akan terbebas dari program pengendalian emosi.
Dave pun menerima tantangan itu dan dia berhasil pergi dengan wanita itu bahkan
sampai pergi kerumahnya. Sampai di rumah wanita itu berusaha menggoda Dave,
namun Dave tetap setia kepada kekasihnya, Linda. Sepulangnya dari Boston dokter
Buddy memutar mobil menuju ke kuil budha untuk menemui Arnie dan membalaskan
dendam yang telah dilakukannya saat Dave masih kecil. Disana dokter Buddy
mengkonfrontasi Dave sehingga timbul perkelahian antara mereka. Dan akhirnya
dave pun berhasil membalas dendam masa kecilnya.
Kemudian mereka kembali ke New York dengan rasa yang bebas.
Namun sesampainya di New York Linda memutuskan hubungan asmara mereka. Dan
Linda pun ganti berkencan dengan dokter Buddy. Hati Dave sangat hancur namun
Dave berusaha untuk menguatkan diri. Tetapi ternyata itu hanyalah salah satu
rencana dari Linda dan dokter Buddy. Kemudian Linda dan dokter Buddy menonton
pertandingan yankess, dan disana Dave menduga kalau dokter Buddy akan mencuri
ide lamaran yang telah dirangcangnya untuk Linda. Dave pun marah dan pergi ke
lapangan yankess untuk mencari Linda dan mengatakan bahwa dia mencintai Linda
dan tidak mau Linda menikah dengan dokter Buddy. Dan usaha dave pun berhasil menemukan
Linda, namun untuk menerima cinta dari Dave Linda mengajukan syarat bahwa Dave
harus mencium Linda dihadapan para penonton yankess. Dan Dave pun melakukan itu
dan sekaligus Dave telah lulus dari sekolah pengendalian emosi dokter Buddy.
Film ini berakhir dengan perayaan kelulusan Dave dari sekolah pengendalian
emosi dan mereka merayakan kelulusan itu ditaman.
2.2 Identifikasi Persoalan
·
Dave: Selalu merasa
rendah diri dan tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya kepada orang yang telah
bertindak seenaknya kepadanya. Dave merasa marah dengan dirinya sendiri karena
membiarkan orang lain memperolok dirinya. Sehingga Linda membuat rencana untuk
Dave agar Dave dapat mengelola emosinya.
·
Linda: Sangat
mencintai dan peduli dengan kekasihnya. Apapun dia lakukan untuk kebaikan Dave.
·
Dr. Buddy:
Konyol namun mempunyai niat baik untuk memperbaiki manajemen emosi Dave. Cara
yang dilakukannya pun sangat aneh dan gila, tetapi dengan konsep teori yang
digunakannya Dave dapat mengelola emosinya dengan baik.
·
Frank: Keras
kepala dan sewenang-wenang terhadap bawahannya.
·
Andrew: Suka
meremehkan temannya dan mempunyai niat buruk untuk merebut Linda.
2.3 Analisis Kritis
Di dalam film ini Dr. Buddy
menggunakan terapi dengan terapi
pendekatan karena Dr. Buddy menganggap terapi ini adalah terapi yang paling
cocok dilakukan kepada Dave. Dan untuk melakukan pengamatan ini Dr. Buddy
memaksakan diri untuk tinggal dirumah Dave selama 30 hari. Tetapi sebenarnya
tidak hanya terapi pendekatan saja yang dapat dilakukan untuk kasus seperti
Dave, banyak sekali terapi ataupun teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk
menangani masalah anger management
seperti yang telah dituliskan
pada landasan teori diatas. Terapi pendekatan yang dilakukan oleh Dr. Buddy ini
hampir sama dengan terapi kognitif karena Dave diajak untuk mengkaji ulang pikiran marah yang muncul,
menemukan distorsi kognitif yang ada dalam setiap pikiran marah, lalu berusaha
untuk membuat tanggapan rasional. Teknik ini berupa pencatatan harian pemikiran
disfungsional, namun dalam film ini Dr. Buddy tidak menggunakan catatan harian
melainkan menggunakan tape recorder untuk merekam semua pemikiran disfungsional
Dave.
Sedangkan untuk menangani
pengendalian emosi dari teman-teman Dave yang lain Dr. Buddy menggunakan
teknik-teknik yang diungkapkan oleh Hershorn dalam bukunya, yakni C.A.R.E. Pada
teknik pertama, yaitu Commitment to Change, mereka diminta untuk membuat
komitmen dalam mengelola emosi marah. Teknik ini sangatlah penting karena untuk
mengubah perilaku seseorang, khususnya dalam mengelola emosi marah dibutuhkan
adanya komitmen yang kuat dari dirinya sendiri untuk mau berubah. Teknik yang
kedua, yaitu Awareness of Your Early Warning Signs berguna untuk
mengenali tanda-tanda peringatan awal kemarahan. Dengan mengenali tanda-tanda
awal kemarahan, mereka dapat semakin peka mengenali emosi marah ketika perasaan
marah itu muncul. Kemampuan dalam mengenali emosi marah dapat membantu untuk
memahami perasaanya sehingga tidak dikuasai oleh amarah. Teknik yang ketiga,
yaitu Exercising Self Control with Time Outs. Teknik ini juga sangat
penting karena dapat membantu untuk menenangkan diri atau meredakan amarah.
Seperti kata-kata yang diajarkan oleh Dr. Buddy setiap mereka merasa marah dr.
Buddy membimbing mereka untuk mengucapkan kata “ghoss prabaa”. Teknik yang keempat, yaitu Relaxation.
Teknik ini berguna untuk meredakan amarah seseorang yang sedang mengalami
emosi. Relaksasi dapat dilakukan dengan self hypnosis maupun dengan cara-cara
yang lain, misalnya main game, pergi jalan-jalan atau berdiam diri untuk
sementara waktu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari review film “anger management” ini dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
·
Dave mengalami krisis rendah diri
yang berakibat dia tidak dapat mengungkapkan rasa marahnya kepada orang yang
telah berlaku buruk padanya. Yang mana krisis rendah diri tersebut adalah
akibat dari perilaku teman Dave semasa kecilnya sehingga menimbulkan trauma
yang berkepanjangan bagi Dave.
·
Dr. Buddy menggunakan terapy
pendekatan sebagai salah satu terapy dari cabang humanistik yang dapat
dilakukan dengan pendekatan secara personal kepada subjek terapy.
·
Selain dengan menggunakan terapy
pendekatan ada lagi terapy yang dapat dilakukan untuk menangani masalah emosi
seperti yang dialami oleh Dave. Terapy itu antara lain: C.A.R.E, assertivity
dan cognitif terapy.
DAFTAR PUSTAKA
Hershorn, Michael. 2002. 60 second Anger Management. Jakarta: PT: Bhuana Ilmu Populer.
http://forumsejawat.wordpress.com/2010/10/27/33/ 24 Februari
2011 20:25
http://www.kutukutubuku.com/2008/open/12568/dvd_anger_management_ 24
Februari 20:30
bisa di copy gak ??? cause aku ada tugasan utk analisis film ini
BalasHapusatau mailkan k aku d : nurulhafid44@gmail.com Pleaseeeeee
BalasHapuskok gk d blas ????
BalasHapus