ONTOLOGI ILMU
A.
Peluang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pengertian peluang
yaitu: (1) Kesempatan; (2) Ruang gerak, baik yang konkret maupun yang abstrak,
yang memberikan kemungkinan bagi suatu kegiatan untuk memanfaatkannya dalam
usaha mencapai tujuan. Dalam perkembangannya peluang menjadi salah satu cabang
ilmu yang baru yang kemudian dikenal dengan ilmu probabilistik atau ilmu
peluang. Walau termasuk ilmu yang relatif baru, ilmu ini bersama dengan
statistika berkembang cukup pesat. Peluang dinyatakan dari angka 0 sampai 1.
Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi. Dan angka 1
menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang semua
makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1.
Hukum statistika hanya menyatakan distribusi kemungkinan atau peluang
dari nilai besaran dalam kasus-kasus individual. Misalnya peluang munculnya
angka tertentu dari lemparan dadu adalah 1/6. Hukum statistik tidak meramalkan
apa yang akan terjadi atau apa yang pasti terjadi dalam suatu lemparan dadu.
Hukum ini hanya menyatakan jika kita melempar dalam jumlah lemparan yang banyak
sekali maka setiap muka dadu diharapkan untuk muncul sama seringnya.
Kita tahu bahwa untuk menjelaskan fakta dari suatu pengamatan,
tidak pernah pasti secara mutlak karena masih ada kemungkinan kesalahan
pengamatan. Namun di luar dari pada itu jika hal ini ditinjau dari hakikat
hukum keilmuwan maka terdapat kepastian yang lebih besar lagi. Hal itu karena
ilmu menyimpulkan sesuatu dengan kesimpulan probabilistik. Ilmu tidak pernah
ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat
mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan
lewat penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif. Ilmu memberikan
pengetahuan sebagai dasar bagi kita untuk mengambil keputusan, dimana keputusan
harus berdasarkan penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif dengan
demikian maka kata akhir dari suatu keputusan terletak di tangan kita dan bukan
di teori-teori keilmuan. Oleh karena itu manusia yang mempercayai ilmu tidak
akan sepenuhnya menumpukan kepercayaannya terhadap apa yang dinyatakan oleh
ilmu tersebut.