Sabtu, 27 Oktober 2012

RANAH BELAJAR DE BLOCK & VAN PARREREN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor akibat dari interaksi individu dengan lingkungan yang berupa latihan dan pengalaman dan perubahan tingkah laku tersebut relatif tetap. Menurut Winkel belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Sedangkan belajar menurut Gagne (1977) merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respontingkah laku yang baru nyata dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan, kesanggupan, dan sikap. Proses belajar akan membawa perubahan baik yang bersifat aktual maupun potensial. Perubahan ini memiliki arti individu yang sedang dalam proses belajar memperoleh kecakapan baru karena usahanya.
Belajar merupakan aktifitas mental yang tidak dapat dilihat dari luar. Apa yang terjadi pada orang yang sedang belajar tidak bisa diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut. Bahkan hasil belajar dari seseorang tidak akan terlihat tanpa orang tersebut menunjukkan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh dalam belajar.[1]
Jadi belajar pada manusia merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.[2] Perubahan yang terjadi tersebut dapat berupa suatu hasil yang baru atau bisa juga modifikasi dari hasil yang telah diperoleh sebelumnya. Dalam suatu proses belajar harus disertai kesadaran dari individu terkait bahwa dia sedang belajar. Namun hal ini tidak terlalu mutlak karena kemungkinan ada orang yang sedang belajar tanpa menyadarinya. Terutama dalam bidang belajar sikap dan nilai ketika masih muda dan baru disadari ketika sudah tua dan terjadi perubahan positif yang menetap.
Dalam proses belajar bukanlah proses tunggal, namun juga terdapat beberapa jenis belajar yang masing-masing memiliki ciri dan karakter yang berbeda, walaupun semuanya itu merupakan suatu proses belajar. Ada beberapa pembagian jenis belajar dari banyak tokoh. Tiap tokoh memiliki sudut pandang yang berbeda, namun semua itu adalah juga merupakan proses belajar. Dalam makalah ini akan dibahas tentang jenis belajar menurut tokoh De Block dan Van Parreren.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah konsep belajar?
2.      Bagaimana karakteristik ranah belajar menurut De Block?
3.      Bagaimana karakteristik ranah belajar menurut Van Parreren?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui konsep dari belajar.
2.      Mengetahui karakteristik belajar menurut De Block.
3.      Mengetahui karakteristik belajar menurut Van Parreren.



BAB II
KEJIAN TEORI

A.    Ranah Belajar Menurut De Block

Secara umum dalam proses belajar melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Namun karena dinilai terdapat kesamaan dan adanya keterikatan antara yang satu dengan yang lain, yaitu fungsi konatif atau dinamik dan fungsi afektif sering dinilai sebagai dua komponen dalam satu aspek kepribadian.
De Block menilai bahwa masing-masing fungsi tersebut berdiri sendiri, artinya funsgi dinamik dan fungsi afektif sebagai suatu fungsi tersendiri meskipun disatu sisi antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Adapun sistematika bentuk belajar De Block sebagai berikut:

1.      Bentuk Belajar Menurut Fungsi Psikis

a.       Belajar Dinamik
Ciri khas bentuk belajar ini adalah bahwa dalam belajar terdapat suatu kehendak, sehingga tidak menyebabkan seseorang mudah menyerah dan tidak menghendaki semua hal. Berkehendak merupakan aktivitas psikis yang terarah pada pemenuhan kebutuhan yang disadari dan dihayati. Secara umum kebutuhan terbagi menjadi dua macam yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis. Kesadaran terhadap adanya kebutuhan mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu agar terpenuhi kebutuhannya. Misalnya, seorang mahasiswa psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menghayati kebutuhan untuk menjadi seorang psikolog profesional. Penghayatan kebutuhan itu menimbulkan dorongan untuk belajar dengan rajin dan menyelesaikan studi dalam waktu sesingkat mungkin. Mahasiswa itu tidak hanya berkeinginan saja tetapi juga berdaya upaya dengan sungguh-sungguh. Dia berkehendak tanpa dipaksa dan dengan kesadaran dirinya.
Perkembangan saat ini telah mengantarkan manusia pada era globalisasi, dimana kebutuhan manusia tidak sebatas pada dapat terpenuhinya kebutuhan biologis dan psikologis, melainkan dengan apa kebutuhan tersebut terpenuhi. Lebih dari itu seringkali dijumpai adanya dua kebutuhan atau lebih yang harus segera dipenuhi. Tentu saja dalam keadaan demikian debutuhkan suatu penilaian yang sungguh-sungguh terhada masing-masing kebutuhan, sehingga dapat memutuskan kebutuhan mana yang mendesak untuk dipenuhi, ditunda pemenuhannya bahkan dikorbankan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berkehendak dan berkemauan tidak diperoleh ketika lahir (bayi), melainkan berkembang melalui proses belajar yang terarah. Berkehendak dan berkemauan secara dewasa memiliki ciri-ciri: mendalam, tekun, rela menunda bila perlu, sabar, penuh pertimbangan, penuh keberanian dan mampu menentukan prioritas diantara beberapa kebutuhan.

b.      Belajar Afektif
Ciri khas bentuk belajar afektif adalah belajar untuk menghayati nilai-nilai dari objek yang dihadapi melalui alam perasaan, baik objek itu berupa orang, benda atau kejadian atau peristiwa. Ciri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar. Dalam belajar afektif seseorang akan menghayati sungguh suatu objek, apakan objek tersebut bernilai baginya atau tidak. Hasil penilaian ini akan kembali pada perasaan individu, hal ini berarti jika objek dinilai sebagai suatu yang bernilai maka akan menimbulkan perasaan senang begitu pula sebaliknya. Misalnya sepasang kekasih yang sedang asyik berpacaran, menghayati kebersamaan mereka sebagai sesuatu yang sangat berarti dan penuh dengan makna positif, karena itu mereka berperasaan senang. Namun kehadiran orang ketiga akan dihayati sebagai sesuatu yang menggagnggu dan tidak bermakna positif bagi mereka, karena itu mereka mengalami perasaan tidak senang. Maka terjadilah suatu penilaian secara spontan mengenai pemaknaan positif dan negatif.
Perasaan senang meliputi sejumlah rasa yang lebih spesifik, seperti rasa puas, gembira, rasa simpati, sayang dan sebagainya. Perasaan tidak senang meliputi rasa takut, cemas, gelisah, marah, cemburu. Fungsi afektif dan dinamik berkaitan satu dengan yang lain, karena setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan berkemauan.

c.       Belajar Kognitif
Ciri khas bentuk belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi. Objek tersebut direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Kemampuan kognitif ini harus dikembangkan melalui belajar. Kemampuan bahasa sangat membantu kemajuan kognitif, sebab berfungsi dalam upaya mengungkap gagasan dan pikiran.

d.      Belajar Sensi-motorik
Ranah belajar sensi motoruk mempunyai ciri khas yang terletak dalam belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia sendiri. Menurut Piaget, belajar sensi-motorik merupakan dasar bagi belajar berpikir. Mengamati objek, memegang serta mengenai benda, mendasari perkembangan berpikir. Dalam berpikir orang “mempermainkan” realita lingkungan hidupnya dalam bentuk representative. Tanpa pengamatan yang cermat dan penanganan secara konkret usaha untuk mengembangkan bentuk representasi mental yang tepat cekup sulit dilakukan.
Para ahli psikologi yang lain menekankan peranan belajar sensi-motorik untuk perkembangan afektif seseorang. Misalnya sentuhan jasmani, kontak mata memegang peranan dalam hubungan kasih sayang antara satu dengan yang lain.

2.      Bentuk Belajar Menurut Materi Yang Dipelajari

a.       Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini mempunyai tujuan menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan problem seperti terjadi dalam bidang-bidang ilmiah. Maka diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep dan struktur hubungan. Seperti konsep bujur sangkar mencakup semua bentuk persegi empat, tumbuhan dibagi dalam genus dan spesies. Juga dikembangkan metode untuk memecahkan problem secara efisien dan efektif, misalnya dalam penelitian fisika.

b.      Belajar Teknis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam memegang benda dan menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan, misalnya belajar mengetik. Jenis belajar ini sering disebut belajar motorik. Adapun belajar teknis meliputi fakta seperti siapa penemu pertama konsep-konsep, relasi-relasi seperti hubungan antara besarnya energi dan tenaga yang dihasilkan, metode memecahkan problem teknis seperti mencari sebab mobil yang dihasilkan, metode memecahkan problem teknis seperti mencari sebab mobil yang tidak dapat dihidupkan.

c.       Belajar Bermasyarakat
Belajar bermasyarakat mempunyai tujuan mengelang dorongan dan kecenderungan spontan, demi kehidupan bersama dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. belajar ini meliputi fakta, seperti didirikannya Badan Perserikatan Bangsa untuk mengatur kehidupan masyarakat dalam tingkat internasional, konsep-konsep seperti solidaritas, penghargaan dan kerukunan, relasi seperti hubungan antara penindasan dan pemberontakan, metode-metode seperti sopan santun, tata cara bermusyawarah dan sebagainya.

e.       Belajar Estetis
Belajar ini bertujuan untuk membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan diberbagai bidang kesenian. Belajar estetik meliputi fakta, seperti Naam Mozart sebagai pengubah musik klasik, konsep-konsep seperti ritem, tema dan komposisi, relasi-relasi seperti hubungan antara bentuk dan isi, metode-metode seperti menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.

3.      Bentuk Belajar yang tidak Disadari

a.       Belajar insidental
Belajar insidental merupakan belajar dua hal yang berbeda namun salah satu hal dipelajari tanpa unsur kesengajaan. Hasil belajar insidental terbatas pada pengetahuan tentang fakta dan data.

b.      Belajar tersembunyi
Belajar tersembunyi (latent learning) merupakan belajar tanpa maksud. Tidak ada maksud disini hanya terdapat pihak tang belajar. Misalnya dalam mengajar di sekolah guru merencanakan agar siswabelajar sesuatu, namun siswa tidak menyadari apa tujuan guru memberikan materi tersebut. Dalam belajar insidental, baik guru maupun siswa sama-sama tidak menyadari tentang hal yang dipelajari, sedangkan belajar tersembunyi ketidaktahuan hanya ada pada siswa.

B.     Ranah Belajar Menurut Van Parreren

Van Parreren menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar serta menekankan perlunya menentukan ciri-ciri khas dari hasil belajar yang kemudian menemukan kekhususan dari proses belajar yang dilalui untuk sampai pada hasil itu,  dan akhirnya memikirkan syarat-syarat yang berlaku pada proses belajar semacam itu.
Van Parreren membedakan antara aktivitas kognitif dan aktivitas non-kognitif. Dalam aktivitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, berpikir, mempertimbangkan, membandingkan, memilih dan sebagainya. Semua itu disertai dengan adanya kesadaran tinggi. Aktivitas non-kognitif dimana prestasi diberikan berdasarkan mengangkat, menurunkan, memindahkan, menaikkan, memutarkan dan lain sebagainya. Semua itu berlangsung denag sendirinya (otomatis), tanpa disertai kesadaran tinggi mengenai apa yang dibuat dan mengapa dibuat begitu.
Van Parreren mengelompokkan proses-proses belajar dalam kelompok yang membawa kemampuan kognitif dan kelompok yang membawa kemampuan yang non-kognitif. Dalam belajar di sekolah, kelompok proses belajar yang pertama sangat menonjol peranannya dan karena itu mendapat perhatian khusus dalam psikologi pengajaran. Adapun bentuk belajar yang dikembangkan oleh Van Parreren adalah sebagai berikut:

1.      Membentuk Otomatisme
Bentuk belajar iini meliputi belajar ketrampilan motorik, tetapi dapat juga meliputi belajar kognitif. Ciri khas kemampuan yang diperoleh terletak dala otomatisasi sejumlah rangkaian gerakan yang terkoordinir satu sama lain. Keuntungan dari kemampuan yang sudah menjadi otomatisme orang itu akan bisa mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya menyusun karangan sambil mengetik. Kelemahannya adalah ketrampilan baik motorik maupun hafalan menjadi kaku dan tidak fleksibel. Ada fase-fase yang harus dilalui dalam membentuk otomatisme, yaitu fase kognitif yang artinya orang mengetahui macam-macam hal mengenai ketrampilan, fase latihan adalah orang yang berlatih untuk memahami ketrampilan itu dan fase otomatisme dimana seluruh rangkaian gerakan telah berlangsung dengan lancar.

2.      Belajar Insidental
Belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal itu, khususnya yang bersifat pengetahuan fakta atai data. Telah ditekankan oleh De Corte, siswa di sekolah juga bisa mengalami belajar semacam itu, tanpa direncanakan oleh guru, namun hasilnya sebagai efek pada belajar lain dapat menguntungkan maupun menghambat bagi perkembangan siswa.

3.      Menghafal
Orang menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nanti dapat diproduksi secara harfiah sesuai dengan yang asli. Ciri khas hasil belajar yang diperoleh adalah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Pada waktu reproduksi harfiah ternyata skema berperan sebagai tape recorder yang hanya dapat diputar dari depan ke belakang untuk bisa mendapat gambar yang jelas. Geaja ini menunjuk otomatisme pada prestasi hafalan. Skema kognitif menjadi syarat utama begi keberhasilan menghafal. Namun ada syarat lain yang harus dipenuhi yaitu mengulang-ulang kembai materi hafalan, sampai tertanam sungguh-sungguh dalam ingatan (overlearning), bahkan pada materi yang tidak mengandung struktur yang jelas.

4.      Belajar Pengetahuan
Bentuk belajar ini adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dengan kata-katanya sendiri, tidak perlu dirumuskan dalam bentuk aslinya. Van Parreren membedakan antara pengetahuan itu menyangkut fakta yang diketahui dari mempelajari dua bidang studi yang berlainan. Pembedaan itu hanya berkaitan dengan cara informasi disimpan dalam ingatan.
Dalam pengetahuan yang tersedia saja, informasi disimpan secara terpisah sedangakan dalam pengetahuan fungsional, informasi yang baru diintegrasikan kedalam pengetahuan yang sudah dimiliki misalnya informasi tentang fisika diintegrasikan dengan ilmu bumi yang sudah dimiliki sebelumnya. Guru yang mengaitkan materi pengetahuan dengan pengalaman hidup siswa dan menghubungkan fakta baru dengan yang sudah diketahui, walaupun dalam bidang studi lain sangat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan fungsional.

5.      Belajar Arti Kata-Kata
Bentuk belajar ini adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Perlu disadari bahwa suatu pengertian (konsep) dapat diperoleh lebih dahulu, kemudian diberi nama berupa kata.

6.      Belajar Konsep (Pengertian)
Dalam proses belajar ini orang mengadakan abstraksi, yaitu dalam objek-objek yang meliputi benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau dari aspek-aspek tertenti saja. Objek tidak ditinjau detail objeknya tapi aspek-aspek tertentu saja. Objek tidak ditinjau detail objeknya tapi aspek tertentu seolah diangkat dan disendirikan. Misalnya pada bunga flamboyan, kembang sepatu, bungan akggrek, bunga mawar ditemukan sejumlah ciri yaitu mekar, bertangkai, berbenang sari dan berputik. Semua ciri ditangkap dalam pengertian bungan dan dilambangkan dalam bunga. Maka pengertian atau konsep adalah suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini adalah adanya skema konseptual. Skema konseptual ialah suatu keseluruhan kognitif yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.

7.      Belajar Memecahkan Problem Malalui Pengamatan
Dalam belajar ini orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik. Pemecahan problem merupakan tujuan yang harus dicapai, tetapi tindakan yang harus diambil supaya problem terpecahkan belum diketahui. Tindakan itu masih harus ditemukan, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur didalam problem. Dari reorganisasi melalui perubahan dalam pengamatan, lahirlah suatu pemahaman yang membawa pemecahan problem.

8.      Belajar Berpikir
Dalam belajar ini orang juga dihadapakn pasa suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode belajar tertentu.

9.      Belajar Untuk Belajar
Arti bentuk eblajar ini lebih luas dari pada bentuk-bentuk belajar yang dibahas sampai sekarang dan mencakup banyak unsur dari bentuk-bentuk itu. Bentuk belajar ini paling tampak jelas dalam belajar di sekolah, bila diamati perbedaan antara siswa-siswa dalam kemajuan belajar. Seringkali ternyata, siswa tertentu pada umumnya belajar lebih cepat serta lebih maju. Engan demikian perbedaan taraf intelegensi antara siswa dijadikan satu-satunya alasan untuk menjelaskan perbedaan dalam hal kemajuan belajar. Biasanya siswa itu belajar secara sistematik dan tidak belerja secara impulsif, misalnya setelah membaca kata-kata pertama dari suatu pertanyaan kemudian siswa mulai langsung menjawab tanpa membaca bagian lain namun setelah hasil diperoleh siswa itu akan melakukan refleksi bila hasilnya ternyata tidak sesuai atau tidak tepat maka diadakan analisa terhadap kesalahan yang telah dibuat supaya lain kali tidak terulang lagi.

10.  Belajar Dinamik
Bentuk belajar ini bersifat sangat kompleks, karena menyangkut lahirnya sumber-sumber energi psikis yang seolah-olah merupakan bahan bakar yang memberikan kekuatan dan dorongan kepada orang untuk melakukan berbagai aktivitas diantaranya kegiatan belajar, sumber-sumber energi psikis adalah kemauan, sikap, motif dan perasaan. Didalam belajar dinamik, dibentuk kemauan sikap, motif dan modalitas perasaan yang semuanya mengambil bagian dalam pembentukan karakter. Dalam belajar ini berperanlah unsur-unsur dari belajar kognitif dan belajar non-kognitif yang sulit ditunjukkan satu persatu. Kompleksitas belajar ini bertambah rumit karena semua hasil belajar itu sebagian besar diperoleh ketika bergaul dengan orang lain.


BAB III
PEMBAHASAN

Belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Namun tidak setiap perubahan merupakan akibat dari belajar, melainkan akibat dari faktor lain seperti perubahan akibat kelelahan fisik, perubahan akibat menggunakan obat, penyakit parah atau trauma fisik dan akibat pertumbuhan jasmani.
Terdapat beberapa jenis belajar yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda dalam sistematika jenis belajar. Salah satunya menurut De Block dan Van Parreren. Ranah belajar menurut De Block terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Bentuk belajar menurut fungsi psikis, terbagi menjadi tiga macam:
a.       Belajar dinamik
b.      Belajar afektif
c.       Belajar kognitif (mengingat, berpikir)
d.      Belajar sensi-motorik (mengamati, bergerak, berketrampilan)

2.      Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari
a.       Belajar teoritis
b.      Belajar teknis
c.       Belajar sosial (bermasyarakat)
d.      Belajar estetis

3.      Bentuk belajar yang tidak disadari
a.       Belajar insidental
b.      Belajar dengan mencoba-coba
c.       Belajar tersembunyi

Masing-masing ranah belajar tersebut mempunyai peran dan fungsi dalam proses pembelajaran. Antara bentuk belajar satu dengan yang lain saling berkaitan. Mengingat manusia adalah kesatuan jasmani dan mental yang terintegrasi, maka setiap ranah belajar mempunyai andil dan peran dalam kehidupan. Fungsi ranah belajar sangat tergantung pada tahap pembelajaran yang dijalani. Misalnya pendidikan pada balita akan lebih efektif jika menggunakan bentuk belajar sensi-motorik, karena menurut Piaget balita berada pada perkembangan kognitif sensori-motorik. Tentunya ranah belajar tersebut akan kurang maksimal jika diterapkan pada siswa menengah (SMP), karena tahap perkembangan kognitifnya telah memasuki tahap operasional konkret.
Selain memperhatikan tahap perkembangan, dalam menentukan ranah belajar juga memperhatikan materi pelajaran yang akan diberikan. Pendidikan moral yang notabene lebih banyak mempelajari nilai-nilai hidup, belajar afektif akan lebih berperan, karena siswa akan lebih mampu menginternalisasi makna pelajaran.
Ranah belajar menurut Van Parreren terbagi menjadi sepuluh ranah, yakni:

1.      Membentuk otomatisme
2.      Belajar insidental
3.      Menghafal
4.      Belajar pengetahuan
5.      Belajar arti kata-kata
6.      Belajar konsep (pengertian)
7.      Belajar memecahkan problem dengan pengamatan
8.      Belajar berfikir
9.      Belajar untuk belajar
10.  Belajar dinamik

Van Parreren membedakan antara aktifitas kognitif dan non-kognitif. Dalam aktifitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, menimbang, memahami, berfikir, membandingkan, memilih yang disertai dengan kesadaran tinggi. Misalnya menyebutkan deretan bilangan, membacakan syair yang telah dihafal.
Adapun aktifitas non-kognitif prestasi belajar diberikan berdasarkan menggerakkan, mengangkat, menurunkan yang berlangsung dengan sendirinya (otomatis) tanpa disertai kesadaran tinggi mengenai apa yang dilakukan dan mengapa didesain seperti itu. Misalnya mengayuh sepeda, menyalakan kompor, menendang bola.


BAB IV
PENUTUP

Perbandingan antara ranah belajar menurut De Block dan Van Parreren antara lain:

De Block
Van Parreren
Mencakup beberapa aspek psikis (kognitif, afeksi, psikomotor)
Mencakup aspek kognitif dan non-kognitif
Bentuk belajar menurut materi yang dipelajari, antara lain:
a.       Belajar teoritis
b.      Belajar teknis
c.       Belajar sosial (bermasyarakat)
d.      Belajar estetis
Bentuk-bentuk belajar yang dikembangkan adalah belajar kognitif, non-kognitif dan campuran belajar kognitif dan non-kognitif.
Bentuk belajar yang tidak disadari, antara lain:
a.       Belajar insidental
b.      Belajar dengan mencoba-coba
c.       Belajar tersembunyi
Bentuk belajar yang dikembangkan Van Parreren antara lain:
1.      Membentuk otomatisme
2.      Belajar insidental
3.      Menghafal
4.      Belajar pengetahuan
5.      Belajar arti kata-kata
6.      Belajar konsep (pengertian)
7.      Belajar memecahkan problem dengan pengamatan
8.      Belajar berfikir
9.      Belajar untuk belajar
10.  Belajar dinamik


DAFTAR PUSTAKA

Winkel, W.S 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.



[1] Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Gramedia, 1989, h. 36.
[2] Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Gramedia, 1989, h. 38.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar