BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Modifikasi perilaku merupakan suatu proses untuk menolong dan melakukan perawatan yang dimiliki pengalaman individu, guna mengatasi permasalahan dari perilaku yang ditimbulkannya. Bootzin (dalam Soekadji, 1983) menyatakan bahwa modifikasi perilaku secara umum dapat diartikan sebagai segala tindakan yang bertujuan mengubah perilaku. Lebih tepatnya modifikasi perilaku merupakan usaha-usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar maupun prinsip-prinsip pskologi hasil eksperimen yang lain pada perilaku manusia.
Eysenk mengatakan modifikasi perilaku merupakan usaha mengubah perilaku dan emosi manusia dengan cara yang menguntungkan berdasarkan hukum-hukum teori modern proses belajar. Sedangkan Wolpe memberikan definisi modifikasi perilaku sebagai penerapan prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah perilaku yang tidak adaptif. Modifikasi perilaku dapat mengubah perilaku individu menjadi lebih efektif dari sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut sebagai wujud nyata dari perilaku individu yang telah mengalami interaksi dengan lingkungannya.
Dalam melakukan proses modifikasi perilaku asesmen merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Sebagaimana telah diketahui bahwa modifikasi perilaku tidak pernah lepas dari data. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap program-program yang dilakukan sehingga terbentuknya perilaku yang diinginkan. Penilaian tersebut mencakup respon yang meliputi peningkatan dan penurunan dari stimulus yang telah diberikan.
Asesmen perilaku merupakan alat dalam modifikasi perilaku yang digunakan untuk mengukur perilaku individu apakah perilaku yang dimunculkan itu meningkat atau berkurang. Asesmen digunakan secara hati-hati dan menjadi bagian dari perilaku. Asesmen merupakan tolok ukur untuk memberi pertimbangan pada perubahan perilaku. Asesmen juga merupakan pengumpulan bukti yang diilakukan secara sengaja, sistematis, dan berkelanjutan serta digunakan untuk menilai kemampuan individu.
Asesmen memberikan umpan balik mengenai kemajuan perilaku individu. Asesmen juga membantu untuk membuat keputusan-keputusan mengenai kebutuhan kebutuhan individu, dan pedoman perencanaan program modifikasi perilaku. Asesmen harus menjadi bagian yang tidak terpisah dari program modifikasi perilaku.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar mengenai asesmen?
2. Apa urgensi asesmen dalam program modifikasi perilaku?
3. Bagaimana mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku target?
4. Apa strategi dan metode dalam asesmen perilaku?
5. Bagaimana menerapkan asesmen dalam program modifikasi perilaku?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar mengenai asesmen.
2. Mengetahui urgensi asesmen dalam program modifikasi perilaku.
3. Mengetahui identifikasi dan definisi perilaku target.
4. Mengetahui strategi dan metode dalam asesmen perilaku.
5. Mengetahui penerapan asesmen dalam program modifikasi perilaku.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Asesmen
Asesmen merupakan alat dalam modifikasi perilaku yang digunakan untuk mengukur perilaku individu apakah perilaku yang dimunculkan itu meningkat atau berkurang. Menurut Robert M Smith (2002) asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Sedangkan menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis
asesmen merupakan proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Menurut Lidz (2003) asesmen merupakan
proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
asesmen merupakan proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Menurut Lidz (2003) asesmen merupakan
proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak.
Asesmen berguna sebagai alat untuk menilai dan mengambil keputusan untuk langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program modifikasi perilaku. Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa asesmen perilaku meliputi proses pengumpulan dan analisis terhadap data atau informasi dari individu untuk tujuan-tujuan menurut Robb sebagai berikut:
1. Identifikasi: Melihat faktor pendorong atau penghambat perilaku yang diinginkan beserta variabel organismik, anteseden, respon dan konsekuen.
2. Klasifikasi: Pengelompokan perilaku mana yang dilemahkan atau dikurangi, ditingkatkan atau yang tidak sesuai norma.
3. Mengontrol: Membuat situasi yang mendukung proses perubahan.
4. Mengkhususkan: Menetapkan tujuan, metode dan siapa yang memberikan.
5. Evaluasi: Menilai keberhasilan proses, dan hasil tinjak lanjut.
Sedangkan menurut Sumardi & Sunaryo (2006) tujuan dari asesmen adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini.
- Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak.
- Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.
Salvia dan Yesseldyke seperti dikutip Lerner (1988:54)
asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
asesmen dilakukan untuk lima keperluan yaitu :
- Penyaringan (screening)
- Pengalihtanganan (referal)
- Klasifikasi (classification)
- Perencanaan Pembelajaran (instructional planning)
- Pemantauan kemajuan belajar anak (monitoring pupil progress)
Teknik asesmen yang sangat populer digunakan dalam modifikasi perilaku adalah Analisis Fungsional. Istilah analisis fungsional seringkali disamakan dengan asesmen fungsional. Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa asesmen fungsional adalah beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi antecedents dan consequences dari suatu perilaku tertentu. Sementara itu, analisis fungsional adalah manipulasi yang sistematis dari suatu situasi untuk menguji perannya sebagai antecedents yang mengontrol suatu perilaku tertentu, atau sebagai consequences yang memperkuat terbentuknya perilaku tertentu.
Ketika perilaku sudah didefinisikan dengan tepat maka asesmen dapat dimulai. Fungsi asesmen adalah sebagai berikut:
a. Membatasi tingkat dimana perilaku target ditentukan, dalam hal ini asesmen merefleksikan frekuensi terjadinya perilaku target pada program modifikasi perilaku yang disebut sebagai baseline.
b. Merefleksikan perubahan perilaku setelah program dimulai. Karena tujuan utama program adalah merubah perilaku maka perilaku selama program harus diperhatikan.
Adapun variabel yang perlu diperhatikan dalam asesmen adalah:
a. Variabel stimulus anteseden yaitu segala hal yang mencetuskan perilaku yang dipermasalahkan, situasi tertentu dan kehadiran orang lain.
b. Variabel organismik yaitu faktor fisiologis, genetik, proses belajar dan harapan subyaek terhadap situasi.
c. Variabel respon yaitu variabel perilaku yang dipermasalahkan, baik dari sisi frekuensinya, intesitasnya maupun lamanya.
d. Variabel konsekuen yaitu akibat yang diperoleh setelah perilaku terjadi. Variabel inilah yang memelihara perilaku yang menjadi masalah.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa proses modifikasi perilaku yang berhasil paling tidak melalui fase-fase berikut:
1. Skrining atau intake phase
Istilah fase intake biasanya dikenakan pada tahap awal dari proses pertemuan seorang klien dan terapis. Pada fase ini terapis memberi kesempatan pada klien untuk mengisi formulir yang disediakan ataupun hanya wawancara umum dengan maksud agar terapis memperoleh informasi mengenai nama, alamat, usia, status perkawinan dan lain sebagainya. Pada fase ini, terapis juga dapat menngumpulkan informasi awal mengenai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mendorong klien datang menemui terapis. Fase ini sering juga disebut skrining karena fase ini berfungsi untuk memberi kesempatan pada terapis untuk menimbang apakah klien telah datang kepada terapis atau biro yang tepat untuk masalah yang dialaminya. Fungsi kedua, terapis atau biro tersebut dapat menginformasikan layanan-layanan yang diberikan, serta kode etik profesi. Fungsi ketiga, mendeteksi apakah klien yang datang masuk kategori krisis (misalnya dorongan bunuh diri atau penyalahgunaan obat) sehingga membutuhkan tindakan segera atau tidak. Bagi terapis tertentu, skrining ini memiliki fungsi keempat yaitu mengumpulkan data melalui tes-tes psikologi yang dapat digunakan untuk memperkuat diagnosa. Fungsi kelima dari fase skrining ini adalah untuk menentukan perilaku mana yang perlu diukur baselinenya.
2. Baseline
Fase baseline adalah fase penilaian awal terhadap perilaku klien, yang merupakan sampel dari perilaku target. Fase ini dilakukan dengan beberapa kali pengukuran terhadap sampel perilaku tersebut pada situasi-situasi yang berbeda. Pengukuran dihentikan apabila hasil pengukuran sudah menunjukkan hasil yang konsisten. Selama fase baseline, terapis menilai seberapa jauh gap antara sampel perilaku yang ditunjukkan klien dengan perilaku perilaku target untuk menentukan level perilaku yang saat ini dimiliki klien. Pada fase ini, terapis juga melakukan pengamatan dan penilaian terhadap lingkungan tempat di mana klien hidup sehari-hari sehingga dapat mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang mungkin potensial mendukung atau menghambat proses modifikasi perilaku terhadap klien. Setelah diamati, terapis dapat memprediksi variabel apa saja yang perlu dikontrol untuk mencapai tujuan program modifikasi perilaku.
3. Treatmen
Setelah baseline dilakukan, terapis memperoleh data yang lebih lengkap mengenai klien. Idealnya, pada saat ini terapis mulai merancang program modifikasi perilaku yang tepat bagi klien. Pada masalah-masalah kesulitan belajar, umumnya program dalam bentuk pelatihan atau program pengajaran. Untuk masalah-masalah klinis atau komunitas, program yang lebih sering diusulkan adalah terapi atau intervensi komunitas. Dalam modifikasi perilaku, beberapa metode dapat disarankan pada beberapa klien dengan masalah-masalah tertentu. Namun demikian selama metode ini diterapkan, sebagaimana pendekatan perilaku lainnya asesmen tetap terus menerus dilakukan.
4. Tindak lanjut (Follow Up)
Fase tindak lanjut dilakukan untuk mengevaluasi mengenai keberlangsungan suatu perubahan perilaku tertentu. Bila perubahan tersebut dapat bertahan selama periode tertentu mengikuti perubahan perilaku yang terjadi setelah klien dikenai metode modifikasi perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa metode tersebut efektif. Sebaliknya, bila perubahan itu tidak permanen maka dapat dikatakan bahwa problem yang sesungguhnya tidak terpecahkan secara tuntas.
B. Urgensi Asesmen dalam Modifikasi Perilaku
Pentingnya data yang dikumpulkan melalui fase-fase dalam modifikasi perilaku merupakan ciri yang menonjol dari pendekatan perilaku. Data akurat dan lengkap merupakan kunci keberhasilan suatu proses modifikasi perilaku, terutama dalam menentukan perilaku target. Dengan demikian perlu ditentukan prosedur yang tepat untuk mengumpulkan data ini.
Beberapa prosedur yang biasa dilakukan untuk pengumpulan data, dapat dikelompokkan ke dalam tiga prosedur. Prosedur pertama adalah penilaian tidak langsung. Penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan cara mewawancarai orang-orang terdekat dengan klien, misalnya orang tua, saudara-saudara klien, teman-teman, guru, dan orang-orang yang banyak berhubungan dengannya. Sumber informasi lain yang dapat diminta datanya adalah konselor profesional dari sekolah. Cara lain yang masuk kategori asesmen yang tidak langsung ini adalah kuesioner yang didesain khusus seperti misalnya life history, self report problem checklist, dan role play.
Prosedur kedua adalah penilaian langsung pada klien, dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap sampel perilaku yang diperlihatkan klien. Prosedur penilaian langsung ini memberikan data yang akurat karena ditampilkan langsung oleh klien, tetapi tentu saja kelemahannya adalah dari segi waktu yang harus disediakan lebih banyak. Dalam prosedur penilaian langsung ini beberapa hal yang menjadi sasaran untuk dinilai, adalah frekuensi dimunculkannya perilaku tertentu, bagaimana pula dengan durasi munculnya perilaku tersebut, intensitas, dan kualitas.
Prosedur penilaian eksperimen dilakukan dengan cara melakukan kontrol pada situasi yang ada pada klien (antecedent) untuk kemudian diamati perilaku apa yang akan dimunculkan (consequence). Prosedur ini disebut juga dengan analisis fungsional.
C. Identifikasi dan Definisi Perilaku Target
1. Identifikasi Tujuan Program
Penerapan program modifikasi perilaku membutuhkan penetapan tujuan program secara jelas dan hati-hati dengan menggambarkan perilaku yang akan dikembangkan. Tujuan utama dari program adalah merubah atau mengembangkan sebuah perilaku tertentu yang disebut perilaku target. Tujuan dari perubahan perilaku diterapkan pada kondisi stimulus yang bersifat khusus sehingga baik situasi maupun perilakunya harus diidentifikasi secara jelas.
a. Garis pedoman
Perilaku target dalam modifikasi perilaku sangat beragam. Sekalipun tujuan program mungkin sama yaitu merubah perilaku namun konteks dimana perilaku terjadi merupakan hal yang sangat penting. Demikian pula merupakan hal penting untuk mengkhususkan kondisi dimana sebuat perilaku dibentuk.
Garis Pedoman
|
Perilaku Target
|
Perilaku yang membawa klien pada tingkat normatif dari berfungsinya hubungan dengan kelompok mereka
|
Interaksi dengan peer atau olahraga atau aktivitas untuk manula
|
Perilaku yang membahayakan diri dan orang lain
|
Perilaku melukai diri, betengkar di sekolah, kekerasan terhadap pasangan
|
Perilaku yang menurunkan resiko terluka, sakit (fisik dan psikis)
|
Menghindari seks bebas, tidak merokok, menggunakan sabuk pengaman
|
Perilaku yang mempengaruhi pemfungsian adaptif
|
Kurangnya interaksi sosial, bolos sekolah atau kerja
|
Perilaku yang dapat membawa pada peningkatan positif
|
Peningkatan kemampuan prososial, taat minum obat
|
Perilaku yang mengurangi problem yang dirasakan oleh individu yang berinteraksi dengan klien
|
Tantrum anak, komunikasi lemah dalam perkawinan
|
b. Analisis Tugas
Merupakan cara untuk beralih dari tujuan umum program pada sejumlah perilaku konkrit yang lebih detal dan terlatih. Kadang dalam beberapa kasus, tujuan program adalah untuk mengembangkan sejumlah perilaku yang kompleks. Perubahan program dari perilaku yang kompleks difasilitasi oleh proses yang disebut analisis tugas. Tujuan dari analisis tugas adalah mengidentifikasi perilaku spesifik yang dibutuhkan dan membagi perilaku kompleks pada beberapa komponen.
2. Identifikasi Perilaku Target
Tiap perilaku harus didefinisikan secara hati-hati. Pertanyaan global atau memulai program modifikasi perilaku tidaklah cukup untuk menetapkan tujuan seperti merubah perilaku agresif, mengurangi depresi dan lain-lain. Sifat-sifat, label dan karakteristik personal terlalu umum untuk digunakan karena definisi perilaku yang tersusun dari label-label umum mungkin dipahami secara berbeda oleh agen-agen perubahan perilaku (guru, orang tua, dll). Karena itu perilaku target harus didefinisikan secara eksplisit sehingga dapat benar-benar diobservasi, diukur dan disetujui oleh individu yang terlibat didalam program. Sebuah definisi operasional dari perilaku target harus mencatat bagaimana perilaku diukur untuk tujuan observasi dan intervensi. Sebuah definisi harus memenuhi tiga kriteria, yaitu:
a. Objective: mengacu pada karakteristik perilaku atau kejadian lingkungan yang observable dan tidak sekedar pada label agresi, gangguan emosi, dll.
b. Clear: tidak mengambang, dapat dibaca dan diulang oleh pengamat.
c. Complete: menggambarkan kondisi-kondisi yang membatasi sehingga respons-respons yang termasuk atau yang tidak termasuk dapat dengan jelas disebutkan.
Perilaku yang diubah meliputi perilaku yang berlebihan (excessive), perilaku yang kurang (defisit) dan perilaku yang tidak sesuai norma (anormaly).
D. Strategi dan Metode dalam Asesmen Perilaku
1. Strategi Asesmen
Menurut Kazdin (1994) ada beberapa variasi dan tipe pengukuran yang berbeda yaitu:
a. Pengukuran Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah terjadinya perilaku target dalam suatu periode waktu, pengukuran frekuensi khususnya bermanfaat ketika respon target bersifat diskret dan ketika terjadinya perilaku tersebut memerlukan jumlah waktu yang bersifat konstan.
b. Kategirisasi Diskret
Strategi ini bermanfaat terutama ketika perilaku-perilaku target memiliki awal dan akhir yang jelas dan memiliki durasi waktu yang bersifat konstan. Bentuk strategi ini misalnya dalam kategori correct atau inappropriate. Perbedaan antara pengukuran frekuensi dan kategorisasi diskret:
· PF: pengukuran frekuensi pada respon tunggal:jumlah perilaku ayng diukur secara teoritis tidak terbatas.
· KD: mengukur beberapa perilaku berbeda: hanya ada kesempatan terbatas untuk melakukan respon.
c. Jumlah orang
Strategi yang digunakan untuk program b-mod yang brtujuan untuk meningkatakan peformancepada sejumlah besar subjek.
d. Interval recording
Strategi yang digunakan dengan unit waktu. Perilaku direkam secara periode waktu yang singkat dalam seluruh satuan waktu yang diperlukan untuk memberikan respon.
e. Durasi
Merupakan jumlah waktu yang digunakan untuk memberikan respon, yang berguna khususnya untuk respon-respon yang terus berlangsung . strategi ini biasanya digunakan untuk program- program yang berusaha menurunkan atau meningkatakan lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan respon.
2. Metode Asesmen
Ada beberapa metode yang digunakan untuk melakukan asesmen, antara lain:
a. Interview
Interview merupakan dasar dalam asesmen dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada beberapa kelebihan interview antara lain:
1. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama.
2. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun juga.
3. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses asesmen.
Tetapi interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.
b. Tes
Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus yang direspon klien lebih terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.
c. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:
1. Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional.
2. Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah muncul.
3. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.
4. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.
d. Life Record
Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya, ”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.
E. Penerapan Asesmen dalam Program Modifikasi Perilaku
Asesmen digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai klien mengenai permasalahan yang dihadapi. Asesmen digunakan juga sebagai evaluasi dari program modifikasi perilaku yang dilakukan sampai perilaku target terwujud. Sebagai alat untuk mengumpulkan data asesmen dapat dilakukan dengan pretest, sedangkan untuk evaluasi asesmen dapat dilakukan dengan melakukan post test. Contoh-contoh bentuk asesmen perilaku untuk keperluan program modifikasi perilaku adalah sebagai berikut:
Form 1 : Pertanyaan – pertanyaan utama untuk menanyai orang tua
EVALUASI ORANGTUA TERHADAP PERILAKU ANAK
Nama Anak : Usia :
Nama Orangtua : Tanggal :
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk membantu saya dalam memberikan bantuan yang maksimal kepada anda :
Behavioral Excesses: Apa yang terlalu sering atau terlalu banyak dilakukan anak anda atau anak anda melakukan sesuatu pada waktu yang tidak tepat sehingga menjadi permasalahan bagi anak anda sendiri? Daftarlah semua perilaku yang anda atau orang lain perhatikan pada anak anda, kemudian catatlah masing-masing perilaku (1) seberapa sering dilakukan?, (2) dalam kondisi yang bagaimana itu dilakukan?, (3) reaksi -reaksi apa yang terjadi pada orang lain?, (4) akibat-akibat lain apakah yang mengikuti perilaku tersebut?, (5) pikiran dan atau perasaan manakah yang dimiliki anak anda, yang menjadi sumber kesulitan bagi anak anda?
Behavioral Defisits : apa yang gagal dilakukan oleh anak anda? Catatlah semua perilaku yang anda ingin tingkatkan pada anak anda dan catatlah tiap-tiap perilaku. (1) seberapa sering dilakukan?, (2) dalam kondisi yang bagaimana itu dilakukan?, (3) reaksi-reaksi apa yang terjadi pada orang lain?, (4) akibat-akibat lain apakah yang mengikuti perilaku tersebut?, (5) pikiran dan atau perasaan manakah yang dimiliki anak anda?
Behavioral Anomalies : Apakah anak anda terlibat dalam perilaku-perilaku yang terlihat tidak sesuai dengan situasi yang ada? Daftarlah semua perilaku tersebut dan caatatlah (1) bentuk nyata perilaku dan dan apa yang membuatnya tidak tepat, (2) seberapa sering itu terjadi?, (3) pengaruh apa yang terjadi pada perilaku anak yang lain?, (4) bagaimana reaksi yang lain?, (5) bagaimana respon anak ketika perilakunya yang tidak tepat ditentang? (7) poin bagus apakah yang dimiliki oleh anak anda?
Tujuan : Apa yang anda harapkan untuk anda peroleh sebagai hasil dari bantuan saya terhadap anda? Perilaku-perilaku apa yang ingin anda lihat berubah baik yang berlebihan, kurang atau yang tidak sesuai? Manakah dari masing-masing kelompok perilaku tersebut yang paling anda inginkan untuk dirubah?
Form 2 : Kuesioner untuk mengidentifikasi penguat-penguat bagi anak
SURVEI PENGUAT ANAK
Nama anak :
Usia :
Tanggal :
Nama orang yang mengisi lembar survey :
Apa hubungan anda dengan anak :
Introduction
Para Psikolog percaya bahwa salah satu cara terbaik untuk memahami kepribadian anak adalah mengidentifikasi orang, tempat, benda-benda dan aktivitas-aktivitas yang menarik bagi anak. Orang-orang, aktivitas-aktivitas, benda dan tempat-tempat tersebut dinamakan sebagai penguat biasanya akan dilakuakan lebih sering di masa mendatang. Karena itu survey ini disusun untuk membantu orangtua, guru dan orang lain yang bekerja dengan anak untuk mengidentifikasi penguat-penguat yang lebih efektif bagi anak-anak mereka.
Tempat : Sebutkan 10 tempat dimana anak anda suka menghabiskan waktunya tiap pekannya. Urutkan tempat tersebut sesuai prioritas yang disukai anak. Pertimbangkan tempat tidur, dapur, playground, ruang kelas, ruang tamu, dll.
Orang : Sebutkan 10 orang (anak-anak dan dewasa ) yang menjadi teman bagi anak dalam menghabiskan waktunya. Urutkan sesuai prioritas kesukaan anak dan pertimbangkan saudara, orangtua, teman, dll.
Makanan : Daftarlah 10 makanan yang paling disukai anak dan urutkan menurut prioritas.
Aktivitas : Sebutkan 10 aktivitas yang paling disukai oleh anak dan urutkan berdasarkan yang paling sering dilakukan. Termasuk disini adalah melihat TV, olahraga, bermain puzzle, dll.
Form 3 : Instruksi observasi untuk orangtua dan guru
PETUNJUK – PETUNJUK UNTUK MENGOBSERVASI
PERILAKU ANAK
a. Pilihlah hanya 1 atau 2 perilaku untuk di observasi selama periode tertentu. Jika anda telah mengisi lembar evaluasi orangtua terhadap perilaku anak, pilihlah 2 perilaku target yang telah anda urutkan.
b. Gambarkan tiap perilaku melalui kejadian-kejadian yang lebih dapat di observasi dan dapat dihitung. Misalnya agresif dapat digambarkan sebagai memukul, menggigit, dll
c. Amatilah dan hitunglah perilaku target setiap hari dengan waktu yang sama dan durasi yang sama. Misalnya ibu menghitung perilaku agresi anak antara jam 2-5 sore yang diamati sebagai waktu terbanyak anak untuk menunjukkan perilaku memukulnya.
d. Catatlah perilaku tersebut segera, setelah terjadi. Jangan andalkan ingatan anda tanpa mencatat.
e. Pada akhir tiap hari pengamatan anda, catatlah skor anak pada kertas grafik. Jika anda mengamati 2 perilaku, catatlah dalam 2 grafik yang berbeda.
f. Pada akhir tiap pekan, catatlah total skor atau rata-rata perilaku target minggu yang lalu pada selembar kertas.
g. Jangan merubah criteria anda dalam memberikan skor terhadap perilaku target. Demikian juga, jangan merubah durasi waktu tanpa membicarakannya dengan konsultan psikologi anda. Jika ada kondisi alam observasi anda yang mengharuskan untuk dirubah, mulailah dengan lembar catatan baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asesmen merupakan alat dalam modifikasi perilaku yang digunakan untuk mengukur perilaku individu apakah perilaku yang dimunculkan itu meningkat atau berkurang.
2. Asesmen berguna sebagai alat untuk menilai dan mengambil keputusan untuk langkah selanjutnya yang akan dilakukan dalam program modifikasi perilaku.
3. Asesmen menjadi hal yang penting dalam program modifikasi perilaku karena dengan adanya asesmen yang baik maka data mengenai klien menjadi akurat, sehingga program modifikasi perilaku dapat berhasil dengan terjadi perubahan perilaku.
4. Untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku target harus memenuhi tiga kriteria yaitu objective, clear dan complete.
5. Strategi dalam asesmen meliputi pengukuran frekuensi, kategorisasi diskret, jumlah orang, interval recording dan durasi.
6. Metode yang digunakan dalam asesmen antara lain interview, tes observasi dan life record.
7. Sebagai alat untuk mengumpulkan data asesmen dapat dilakukan dengan pretest, sedangkan untuk evaluasi asesmen dapat dilakukan dengan melakukan post test.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin. (2006) . Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soekadji, S. (1983). Modifikasi Perilaku, Penerapan Sehari-hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Liberty.
Neila. (2004). Asesmen Perilaku. Maret 4, 2004. http://elisa1.ugm.ac.id/chapter_view.php?modif_neila&1196
Ki opo lo mbak..??
BalasHapustugas kuliah dek..wingi kae presentasi..dripada colok" flash kan mending diwoco nang kene.. :D
BalasHapusizin copy ya mba buat nugas :)
BalasHapusmonggo..tapi maaf. blog ini tidak ada fasilitas copas..hehe...jadi harus diketik ulang :)
Hapus