BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perilaku Prososial merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus mengharapkan keuntungan pada si penolong dan bahkan sangat mungkin penolong mendapat resiko dari apa yang dia lakukan. Perilaku prososial hampir sama dengan perilaku altruism yang mana perilaku altruisme adalah perilaku yang merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri untuk kebaikan orang lain. Perilaku prososial ini memiliki bentuk yang berupa rasa simpati, kerja sama, berderma dan suka menolong.
Perilaku prososial merupakan studi dalam ranah psikologi sosial yang selalu dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang telah melakukan perilaku prososial akan merasakan kepuasan tersendiri terhadap dirinya, yang merasa mampu membantu orang lain. Dengan demikian, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dengan cara berbuat baik dengan orang lain bisa terlaksana. Terkadang manusia hanya membutuhkan rasa diakui sesamanya. Untuk mendapatkan perasaan tersebut mereka melakukan perilaku prososial, misal saja membantu orang. Jadi walaupun dikatakan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang tidak membutuhkan imbalan dari orang yang telah ditolongnya, namun sejatinya mereka tetap mengharapkan rasa diakui untuk bisa menunjukkan eksistensi dirinya kepada orang lain. Menurut Maslow, orang perlu membutuhkan aktualisasi diri pada lingkungannya. Ada orang yang menunjukkan aktualisasi diri dengan meraih prestasi setinggi-tingginya, ada juga yang menunjukkan aktualisasi diri dengan cara berupaya sekuat tenaga untuk membangun SDM agar menjadi generasi yang matang dan tangguh, dan juga ada yang menunjukkan aktualisasi diri dengan berusaha membantu orang lain. Dan dari semua tindakan atau perilaku aktualisasi diri tersebut, manusia sebenarnya membutuhkan pengakuan sebuah eksistensi dari orang lain. Sehingga untuk mendapatkan sebuah eksistensi tersebut mereka melakukan perilaku prososial.
Dalam konsep islam kita dianjurkan untuk selalu melakukan amal sholeh ataupun perbuatan terpuji. Perbuatan terpuji akan menambah pahala kita dan kita akan menjadi makhluk yang akhlakul karimah. Islam juga menganjurkan untuk selalu tolong menolong dalam kebaikan. Seperti firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian (mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S Al-Maidah: 2)
Dari ayat diatas kita dapat mengambil hikmah bahwa islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan perilaku yang terpuji. Karena perilaku tersebut bukan hanya kan menolong kita diakhirat namun juga menjadi suatu hal yang baik sekali bila dikerjakan didunia. Untuk menelaah lebih lanjut tentang perilaku prososial atau jika dalam konteks islam adalah perilaku mahmudah, maka kurang pas rasanya jika kita hanya menelaah pada al-Quran saja. Karena kita telah ditinggalkan dua wasiat sebagai pengangan hidup, Al-Qur’an dan Al-Hadist. Maka untuk lebih memahami tentang apa dan bagaimana perilaku prososial sebaiknya juga menggunakan pendekatan dari konsep islami dengan menggunakan Al-Hadist sebagai pedoman kedua dalam hidup kita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana telaah konseptual perilaku prososial dalam perspektif psikologi?
2. Bagaimana telaah konseptual perilaku prososial dalam perspektif islam dan Al-Hadist?
3. Bagaimana inventarisasi dan tabulasi Hadist tentang Perilaku prososial?
4. Bagaimana figurasi hadist tentang perilaku prososial?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui telaah konseptual perilaku prososial dalam perspektif psikologi.
2. Mengetahui telaah konseptual perilaku prososial dalam perspektif islam dan Al-Hadist.
3. Mengetahui inventarisasi dan tabulasi Hadist tentang perilaku prososial.
4. Mengetahui figurasi Hadist tentang perilaku prososial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Telaah Konseptual Perilaku Prososial dalam Perspektif Psikologi.
a) Perilaku
Perilaku adalah komponen untuk membuat pilihan tentang bagaimana bersikap alih-alih merespon berdasarkan impuls dorongan hati. Definisi perilaku menurut kamus lengakp psikologi adalah (1) sembarangan respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. (2) secara khusus, bagia dari satu kesatuan pola. (3) satu [erbuatan atau aktivitas. (4) satu gerak atau kompleks gerak-gerak. Pengertian Perilaku Dalam Robbins, S.P (1993). Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Krech et. al. (1962:104-106) mengungkapkan bahwa untuk memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungan-kecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari:
· Kecenderungan Peranan (Role Disposition); yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu,
· Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition); yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain,
· Ekspressi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion).
Lebih jauh diuraikan pula bahwa dalam kecenderungan peranan (Role Disposition) terdapat pula empat kecenderungan bipolar, yakni:
· Ascendance, yakni kecenderungan menampilkan diri, dengan arah berlawanannya sosial timidity yaitu takut dan malu bila bergaul dengan orang lain, terutama yang belum dikenal.
· Dominace, yakni kecenderungan untuk menguasai orang lain, dengan arah berlawanannya kecenderungan submissive, yakni mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain.
· Sosial initiative, yakni kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan arah berlawanannya sosial passivity yakni kecenderungan pasif dan tak acuh.
· Independent, yakni untuk bebas dari pengaruh orang lain, dengan arah berlawanannya dependence yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang lain.
Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut:
· Yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial;
· Memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya;
· Mampu memimpin teman-teman dalam kelompok;
· Tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul.
Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut:
· Kurang mampu bergaul secara sosial;
· Mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain;
· Pasif dalam mengelola kelompok;
· Tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut merupakan hasil dan pengaruh dari faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan keberhasilan berperilaku pada masa lampau.
b) Perilaku Prososial
Perilaku Prososial merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus mengharapkan keuntungan pada si penolong dan bahkan sangat mungkin penolong mendapat resiko dari apa yang dia lakukan. Baron & Byrne (2003) menjelaskan perilaku prososial sebagai segala tindakan apa pun yang menguntungkan orang lain. Secara umum, istilah ini diaplikasikan pada tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin mengandung derajat resiko tertentu. Dayakisni & Yuniardi (2004) mendefinisikan perilaku prososial merupakan kesediaan orang-orang untuk membantu atau menolong orang lain yang ada dalam kondisi distress (menderita) atau mengalami kesulitan. Faturochman (2006) juga menyatakan perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain.
Staub (Basti, 2007) mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif secara fisik maupun secara psikologis, dilakukan secara sukarela dan menguntungkan orang lain. Wrightsman dan Daux (Basti, 2007) mempertegas pendapat ini dengan mengatakan bahwa perilaku prososial merupakan tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis, dan perilaku tersebut merupakan perilaku yang lebih banyak memberikan keuntungan pada orang lain daripada dirinya sendiri. Sears, Freedman, dan Peplau (1985) menjelaskan perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong.
Menurut Rushton (Sears, Freedman, dan Peplau, 1985) perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri. William (Dayakisni & Hudaniah, 2006) membatasi perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku prososial bertujuan untuk membantu meningkatkan well being orang lain. Dayakisni & Hudaniah, (2006) menyimpulkan perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya. Bentuk yang paling jelas dari prososial adalah perilaku menolong (Faturochman, 2006).
Brigham (Dayakisni & Hudaniah, 2006) menyatakan bahwa perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyokong kesejahteraan orang lain, dengan demikian kedermawanan, persahabatan, kerjasama, menolong, menyelamatkan, dan pengorbanan merupakan bentuk-bentuk perilaku prososial. Menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah, 2006) ada tiga indikator yang menjadi tindakan prososial, yaitu:
· Tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku.
· Tindakan itu dilahirkan secara sukarela.
· Tindakan itu menghasilkan kebaikan.
Konsep Perilaku Prososial
- Empathic Altruism Hypothesis; karena empati kita menolong mereka yang memerlukan dan kita merasa enak melakukannya.
- Negative-state relief model (mengurai keadaan negatif): perilaku prososial dimotivasi untuk menguraikan / menghilangkan emosi yang negatif.
- Empathic joy hypothesis: pertolongan diberikan ketika si penolong tahu bahwa pertolongannya akan memberikan kebahagiaan pada orang lain.
- Determinism Genetik: perilaku prososial diwariskan secara genetik. Namun konsep ini masih dipertanyakan keabsahannya.
Faktor-Faktor Perilaku Prososial
Ada empat faktor yang membentuk perilaku prososial, yaitu:
· Faktor situasional
- Efek bystander: perilaku menolong dipengaruhi oleh jumlah bystander (orang yang ada di sekitar tempat kejadian). Semakin banyak orang yang ada maka akan terjadi penyebaran tanggung jawab dan makin kecil untuk menolong.
- Suasana crowded.
· Faktor Kognisi
- Daya Tarik terhadap korban.
- Atribusi Calon Penolong (Bystander) terhadap korban Mis: apa korban bertanggung jawab terhadap kejadian yang dialaminya.
- Pengalaman Bystander dengan model pro sosial (teladan atau pengaruh media) pada masa lalu atau masa sekarang
· Faktor Motivasi
- Self-interest : perilaku yg memuaskan keinginan pribadi
- Integritas moral : menolong karena untuk berperilaku moral dan adil.
- Hipokrisi moral : perilaku yang dirancang agar terlihat bermoral, tetapi ujung-ujungnya untuk memuaskan diri sendiri.
· Factor emosi
- Suasana hati positif: perilaku menolong akan meningkat jika pertolongan sangat dibutuhkan dan tidak mengakibatkan konsekwensi negatif bagi si penolong. Namun jika perilaku menolong perusak suasana hati maka akan menurun intensitasnya.
- Suasana hati negatif: jika perilaku menolong bisa meredakan emosinya atau kadar emosi negatifnya tidak terlalu berat maka perilaku menolong akan sering muncul serta suasana tidak ambigius.
Bentuk-Bentuk Perilaku Prososial
1. Simpati
Simpati adalah satu sikap emosional yang dicirikan oleh perasaan ikut merasa terhadap pribadi lain yang mengalami satu pengalaman emosional. Dalam hal ini simpati bertujuan untuk mengurangi penderitaan orang lain dan ikut merasakan apa yang dirasakan oralng lain.
2. Kerja Sama
Kerja sama adalah kegiatan dua orang atau lebih yang saling membantu dalam satu bidang kerja atau mencapai tujuan yang sama. Menurut Stewart kerja sama dapat diartikan sebagai collaboration, karena dalam bersosialisasi bekerja sama memiliki kedudukan yang sentral karena esensi dari kehidupan sosial dan berorganisasi adalah kesepakatan bekerja sama. Sedangkan dalam sudut pandang sosiologis, pelaksanaan kerjasama antar kelompok masyarakat ada tiga bentuk (Soekanto, 1986: 60-63) yaitu:
- bargaining yaitu kerjasama antara orang per orang dan atau antarkelompok untuk mencapai tujuan tertentu dengan suatu perjanjian saling menukar barang, jasa, kekuasaan, atau jabatan tertentu,
- cooptation yaitu kerjasama dengan cara rela menerima unsur-unsur baru dari pihak lain dalam organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan stabilitas organisasi,
- coalition yaitu kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Di antara oganisasi yang berkoalisi memiliki batas-batas tertentu dalam kerjasama sehingga jati diri dari masing-masing organisasi yang berkoalisi masih ada.
3. Berderma
Berderma adalah memberikan sesuatu pada yang membutuhkan.
4. Membantu
Membantu adalah memberi sokongan atau tenaga supaya menjadi kuat.
2.2 Telaah Konseptual Perilaku Prososial dalam Perspektif Islam.
Perilaku prososial adalah suatu perilaku yang baik. Jika dalam konteks agama islam perilaku prososial dapat diartikan sebagai perilaku yang terpuji. Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam adalah seorang yang sangat elok akhlaknya dan sangat agung wibawanya. Akhlak beliau adalah Al-Qur’an sebagaimana yang dituturkan ‘Aisyah Radhiallahu’anha, ia berkata, yang artinya: “Akhlak Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam adalah Al-Qur’an.” (HR: Muslim). Beliau juga pernah bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak pernah lepas dari interaksi dengan orang lain, meskipun manusia kadang mandiri namun pada saat tertentu manusia masih membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan atau bantuan orang lain, sehingga hal ini mengisyaratkan kepada manusia untuk saling tolong-menolong dan bekerjasama antar sesama. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Maa-idah ayat:2, yakni:
Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S Al-Maa-idah: 2)
Selain itu, kewajiban berbagi juga disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 33 yang berbunyi:
Artinya:
“Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu” (Q.S An-Nuur: 33)
Ayat di atas menjelaskan bahwa harta benda yang dimiliki oleh manusia merupakan milik Allah, dan kita diperintahkan untuk memberikan sebagian kepada orang yang membutuhkan. Hal ini dikarenakan keberhasilan seseorang bukan disebabkan oleh usahanya sendiri tetapi adanya partisipasi dari orang lain. Ada juga hadist nabi yang menerangkan tentang perilaku prososial:
Artinya:
“Yahya bin Bukairin meriwayatkan dari al-Laits dari 'Uqail dari Ibn Syihab bahwasanya Salim menceritakan kepadanya bahwasanya 'Abdullah bin 'Umar ra. berkata bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda:“seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak boleh menganiayanya dan tidak boleh menyerahkannya (kepada musuhnya), siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan (membalas) membantu keperluannya dan barang siapa yang membebaskan kesusahan seorang muslim, maka lantaran itu Allah akan membebaskannya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat, dan barang siapa yang menutup cacat seorang muslim, maka Allah akan menutupi cacatnya kelak dihari kiamat.”. (HR. Bukhari)
Beberapa ayat dan hadist di atas menjelaskan bahwa perilaku prososial sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan untuk saling bergantung antara satu dengan yang lain. Meskipun manusia sudah dibekali dasar untuk bertindak prososial, namun hendaknya manusia mengembangkan apa yang sudah dimilikinya tersebut dalam kehidupannya dengan harapan agar intensitas perilaku prososialnya menjadi lebih baik. Kepedulian terhadap orang lain tidak hanya berbentuk materi. Bahkan akan lebih memberi penghargaan jika kepedulian tersebut memberi efek nonmateri. Hadits berikut akan menjelaskan bahwa antara satu muslim dengan muslim yang lain bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh yang sakit, maka tubuh yang lain luka/sakit maka tubuh yang lain juga akan merasa sakit. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam satu hadits berikut:
Assanadi, jilid Z,1971:103
Dalam satu Hadits yang lain juga menerangkan tentang kepedulian antara satu individu dengan individu yang lain. Hadits berikut riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim tentang kepedulian terhadap orang lain:
Hadits tersebut di atas memberikan arti bagaimana hubungan antara satu individu dengan individu yang lain. Oleh karena itu kepedulian atau empati terhadap sesama sangat penting. Antara satu individu dengan individu yang lain harus saling bersatu, jangan sampai berceraiberai seperti yang telah diungkapkan pada Surat Al-Maidah ayat 2. Jika tidak bersatu, maka akan menjadi sesuatu yang tidak berguna secara optimal. Kerjasama antar individu akan menciptakan hubungan yang harmonis bagi semua, baik lingkungan sekitar maupun lingkungan yang lebih luas. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Imam Muslim, dan Imam Nasa’i:
Assanadi, jilid 1, 1971:fif
Dari uraian tersebut di atas dapat dambil kesimpulan bahwa sebagai individu yang baik hendaknya menyadari betul akan hidup sosial. Manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa orang lain. Setinggi apapun kemandirian seseorang, pada saat-saat tertentu dia akan membutuhkan pertolongan orang lain. Apalagi dengan penjelasan-penjelasan yang telah diungkapkan oleh Rasulullah bahwa sebagai seorang mukmin, kita tidak bisa lepas tanggung jawab pada kepentingan orang lain.
2.3 Inventarisasi dan Tabulasi Hadist Tentang Perilaku Prososial
No
|
Aspek
|
Sumber
|
Jumlah
|
1
|
Simpati
|
Assanadi, jilid Z,1971:103; Assanadi, jilid 1, 1971:Zef
|
2
|
2
|
Kerja Sama
|
Assanadi, jilid 1, 1971:fif; (Shahih Muslim No.4762)
|
2
|
3
|
Berderma
|
(Shahih, HR. Muslim no. 556 dari shahabat Abu Hurairah z)
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no. 1482
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.662
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.663
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.664
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.665
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.666
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.667
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.668
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.650
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.651
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.652
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.653
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.654
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.655
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.656
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.657
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.658
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.659
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.660
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.661
|
21
|
4
|
Membantu
|
(Shahih Muslim No.4681); (Shahih Muslim No.4684); (Shahih Muslim No.4685); (Shahih Muslim No.4761); (Shahih Muslim No.4763);
(Shahih Muslim No.5295);
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no. 1467;
(Shahih Muslim No.4050)
|
8
|
1.4 Figurasi Hadist Tentang Perilaku Prososial
BAB III
ANALISA
3.1 Analisis Ayat
Dalam bab ini kembali kita membahas tentang term perilaku prososial menurut Psikologi dan Al-Hadist. Seperti yang sudah sedikit tertulis di dalam bab sebelumnya bahwa Al-Hadist sudah lebih dahulu membicarakan tentang perilaku prososial, hanya saja tidak dalam bentuk teori praktis, akan tetapi dalam bentuk kata-kata, yang kata-kata tersebut merupakan macam-macam bentuk dari teori tentang perilaku prososial. Hal ini sudah terbukti dengan telah ditemukannya beberapa ayat-ayat di bab sebelumnya, sedangkan Al-Hadist sendiri adalah pedoman hidup kita disamping Al-Qur’an, sejak para ahli atau pakar-pakar Psikologi (seperti: Erich Fromm, Abraham Maslow, Carl Rogers, Sternberg dkk) ada dan hidup di bumi ini. Jadi sebenarnya secara tidak langsung para pakar-pakar ini hanyalah orang-orang yang membuktikan kebenaran teori perilaku prososial dalam Al-Hadist dan membuat konsep perilaku prososial menjadi lebih teoritis.
Seandainya para pakar-pakar itu adalah seorang muslim, maka niscaya teori-teori yang mereka keluarkan tidaklah kering, tanpa adanya siraman religi ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist yang haq dan indah. Sehingga teori tidaklah hanya dipandang sebagai teori belaka, tetapi juga sebagai pedoman hidup dan berperilaku, karena didasarkan pada Sunnatullah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Rumusan Konseptual Perilaku Prososial Sebagai Simpulan
Dalam ajaran Islam, seorang muslim dianjurkan untuk saling tolong menolong. Islam, menurut Hasan (2006:266) merupakan agama perdamaian yang aturannya menjadi rahmat bagi semesta alam. Islam mengajarkan bahwa konsekwensi dan hasil dari perbuatan yang dilakukan oleh seseorang, akan kembali pada individu itu sendiri, baik perbuatan baik maupun perbuatan yang buruk. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Isro’:7
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa tolong menolong dalam hal kebajikan sangat dianjurkan oleh ajaran Islam. Dengan tolong menolong baik kepada sesama muslim atupun dengan nonmuslim akan mempererat tali persaudaraan diantara mereka. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Hujarat ayat 10:
Hadist yang memuat tentang perlaku prososial antara lain:
Assanadi, jilid Z,1971:103; Assanadi, jilid 1, 1971:Zef
Assanadi, jilid 1, 1971:fif; (Shahih Muslim No.4762)
(Shahih, HR. Muslim no. 556 dari shahabat Abu Hurairah z)
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no. 1482
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.662
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.663
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.664
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.665
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.666
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.667
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.668
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.650
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.651
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.652
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.653
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.654
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.655
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.656
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.657
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.658
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.659
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.660
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no.661
(Shahih Muslim No.4681); (Shahih Muslim No.4684); (Shahih Muslim No.4685); (Shahih Muslim No.4761); (Shahih Muslim No.4763);
(Shahih Muslim No.5295);
Bulughul mahram min adilatil akhkam hadist no. 1467;
(Shahih Muslim No.4050)
|
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, A. A. 1987. Psikologi Agama, Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar Baru
Assanadi, Abi Al-Hasan Nuruddin Muhammad Bin Abdil Hadi. 1971. Shohihul Bukhori. Beirut Libanon: Darul Kutub.
Baron, Robert A & Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Edisi:10. Jilid:2. Terj: Djuwita. Jakarta: Erlangga.
Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Cet:2. Malang: UMM Press.
Departemen Agama Republik Indonesia. Tanpa tahun. Al-Qur’an Terjemah. Kudus: Menara Kudus
Dyah, Perwitasari. 2008. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Perilaku Prososial. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang
Chaplin. 1981. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Goleman, Daniel. 1999. Emotional Intellegence. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Khan, Inayat. 2000. Dimensi Spiritual Psikologi. Bandung: Pustaka Hidayah.
Musawi Lari, Sayyid Mujtaba. 1995. Psikologi islam. Bandung: Pustaka Hidayah
Paplia, Diane E. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana
Santrock, John W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa hidup. Jakarta: Erlangga
Sears, dkk. 1991. Psikologi Sosial, Jilid 2 (Terjemahan), edisi kelima. Jakarta:
Erlangga
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Makasih atas tulisannya. Boleh copy Boss?
BalasHapusoke bos..silahkan di copy.. :)
Hapusgmna cara copynya?
Hapusmaaf...ada anti copasnya..
Hapusbuku bukunya masih ada ga yah ?? btuh buat dapus neh skripsii
BalasHapusbuku apa yaa mb/mas Nur?
BalasHapusSuka sekali kk materi nya langsung dikaitkan dengan hadis dan Al-Qur'an
BalasHapus