Minggu, 20 November 2011

KREATIVITAS

*makalah ini disusun oleh M. Anas Muttaqin
(Alumni Fakultas Psikologi UIN Maliki Malang)

Definisi Kreativitas
Kreativitas (creativity) adalah salah satu kemampuan intelektual manusia yang sangat penting, dan oleh kebanyakan ahli psikologi kognitif dimasukkan kedalam kemampuan memecahkan masalah. Kreatifitas sering juga disebut berpikir kreatif (creative thinking), dan kedua istilah ini akan digunakan secara bergantian di dalam tulisan ini. Di bidang lain misalnya manajemen dan teknologi, kreatifitas sering disebut berpikir inovatif (innovative thinking). Semua istilah ini berkaitan dengan usaha menemukan, menghasilkan atau menciptakan hal-hal baru.
Kreativitas dapat didefinisikan sebagai aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau new ideas and useful (halpern, 1996; suharnan, 1998, 2000a). definisi ini mengandung dua hal penting bagi criteria kreativitas, sehingga perlu diberikan penjelasan lebih rinci.
Berpikir diverjen dan konverjen, lateral dan vertikal
Beberapa istilah kreativitas atau berpikir kreatif yang digunakan oleh para ahli antara lain adalah “berpikir diverjen”, sebagai lawan dari berpikir konverjen. Istilah berpikir diverjen dan konverjen pertamakali diajukan oleh Guilford (1967, 1985). Berpikir konverjen berorientasi pada satu jawaban yang baik atau benar sebagaimana yang dituntut oleh soal-soal ujian pada umumnya. Sementara itu, berpikir diverjen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atau alternative yang banyak.
Menurut teori struktur intelek yang diajukan Guilford (1967) diantara jenis berpikir yang erat hubungannya dengan kreativitas adalah berpikir diverjen. Mengapa berpikir diverjen dianggap sangat dekat dengan kreativitas? Untuk menghasilkan gagasan-gagasan kreatif (baru dan berguna) akan melibatkan kelancaran berpikir, keluwesan, orijinalitas, dan elaborasi.
Berpikir kreatif adalah sama dengan “berpikir lateral”. Istilah berpikir lateral pertamakali diprkenalkan oleh de bona (1970). Berpikir lateral adalah berpikir dengan bergerak ke samping, bukan bergerak ke depan dan meneruskan apa yang sudah ada. 
Sensitivits, sinergi dan serendiptas
Proses-proses kreatif dapat digambarkan sebagai : sensitivity (kepekaan), synergy (penggabungan), dan serendipity (keberuntungan). Ketiga proses ini disingkat 3S (halpern, 1996).
1.      sensitivitas (kepekaan)
Kepekaan adalah penggunaan alat-alat indera misalnya penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai jendela untuk mengetahui dan menguasai dunia atau lingkungan.
2.      sinergi
Menggabungkan bersama bagian-bagian yang terpisah ke dalam totalitas fungsi yang berguna. Proses menggabungkan antara dua kawasan, bidang ilmu, atau pendekatan menjadi suatu bentuk yang lain atau baru.
3.      serendipity (keberuntungan)
Keberuntungan adalah suatu penemuan yang terjadi secara kebetulan atau tanpa direncanakan akibat adanya duatu kejadian atau kesempatan.
 Tahap-tahap kreativitas
Proses kreatif dianggap menyerupai proses pemecahan masalah oleh para ahli psikologi kognitif, kecuali pada aspek baru di dalam permasalahan atau pemecahan yang dihasilkan. Menurut prespektif ini, berpikir kreatif elibatkan proses mengidentifikasi masalah, memutuskan pentingnya masalah, perumusan pokok masalah, dan pencapaian suatu cara baru bagi pemecahan masalah. Menurut galas (dalam hayes, 1978) langkah-langkah berpikir kreatif meliputi :
1.      persiapan
Pada tahap persiapan ini seseorang berusaha untuk mengumpulkan berbagai macam informasi yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
2.      inkubasi
Pada tahap inkubasi seseorang dengan sengaja untuk sementara waktu tidak memikirkan masalah yang tengah dicari pemecahan itu.
3.      iluminasi
Suatu gagasan atau rencana pemecahan telah ditemukan. Namun, gagasan ini biasanya masih berupa gagasan pokok atau garis besar. Tahapan ini sering disebut tahapan munculnya ilham secara tiba-tiba, berupa kilatan imajinasi yang melahirkan jawaban atas permasalahan.
4.      verifikasi
Pada tahap akhir prises berpikir kreatif adalahmelaksanakan gagasan yang ditemukan itu untuk telah berhasil maka proses berpikir kreatif selesai.
 Cara-cara meningkatkan berpikir kreatif
Banyak cara, teknik atau strategi yang dapat ditempuh seseorang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Diantara cara-cara yang penting akan dikemukakan pada bagian ini:
1.      mengembangkan pangkalan pengetahuan
Pangkalan atau dasar-dasar suatu pengetahuan sangat penting bagi tindakan dan pemecahan masalah secara kreatif. Pengetahuan dasar sangat berguna atau dapat membantu seseorang ketika melakukan aktivitas kreatif.
2.      mempertanyakan kembali asumsi-asumsi
Penting bagi kita untukl senantiasa menguji atau mempertanyakan asumsi yang menjadi dasar suatu gagasan dan argumentasi. Asumsi-asumsi ini mempengaruhi cara kita dalam memilih dan menginterpretasi informasi, sehingga mempengaruhi juga konklusi-konklusi kita. Kemampuan mempertanyakan asumsi-asumsi memainkan peran pentingdi dalam kreatifitas (Branford dan stein, 1987).
3.      analisis komponen (fragmentation)
Memecah atau membongkar suatu persoalan ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil merupakan suatu strategi penting. Strategi ini diusulkan oleh debono (1970) untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran kreatif.
4.      berpikir kebalikan
Berpikir kebalikan terhadap suatu obyek atau situasi merupakan strategi yang sangat kaya bagi lahirnya pemikiran-pemikiran baru. Strategi ini diusulkan oleh deBono (1970)
5.      analogi
Membuat suatu analogi (persamaan atau kiasan) dapat membantu berpikir kreatif. Penggunaan analogi termasuk salah satu dari tujuh prinsip operasional yang diusulkan oleh grossman dan wiseman (1993) untuk meningkatkan pelatihan memecahkan masalah secara kreatif.
6.      sumbangsaran
Sumbangsaran (brainstorming) atau juga disebut curah-pendapat merupakan strategi untuk dapat meningkatkan berpikir kreatif. Strategi atau teknik ini dikembangkan oleh Osborn (dalam evans, 1991).
7.      inkubasi
Inkubasi adalah istilah yang menunjuk pada suatu periode waktu ketika seseorang berhenti memikirkan suatu masalah untuk sementara waktu (bransford dan stein 19984; halpern,1996).
8.      berpikir visual
Banyak ahli yang mengusulkan agar seseorang menggunakan pola piker secara visual sebagai bahasa alternative di dalam berpikir selain bahasa verbal, untuk meningkatkan kreativitas.
9.      berpikir global dan perspektif masa depan jauh
Berpikir global cenderung mengarah pada pemahaman secara kreatif mengenai situasi-situasi atau objek-objek daripada berpikir local.
Pelatihan pemecahan masalah secara kreatif
Grossman dan wiseman (1993) mengusulkan beberapa perubahan terhadap model pelatihan yang selama ini digunakan orang-orang di dalam pelatihan-pelatihan pemecahan masalah secara kreatif. Perubahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan evektivitas pelatihan pemecahan masalah secara kreatif. Perubahanini dimaksudkan untuk meningkatkan evektifitas pelatihan pemecahan masalah secara kreatif (creative problem solving training). Prinsip-prinsip ini didasarkan atas penelitian dan pengalaman mereka terlibat di dalam lembaga pelatihan pemecahan masalah secara kreatif di buffalo, new york, AS dan sebagai konsultan di bidang bisnis.
1.      diciptakan situasi di depan (future state) untuk membangkitkan dan menarik pemikiran kreatif.
2.      penemuan fakta di awal proses hendaknya diabaikan untuk sementara waktu.
3.      redefinisi masalah dering merupakan kejadian yang bersifat retrospektif.
4.      kiasan dan analogi merupakan bahan baker proses kreatif.
5.      pemaksaan hubungan-hubungan merupakan factor kunci proses kreatif.
6.      konverjensi adalah sebagai proses kreatif yang sangat potensial, namun sering diabaikan.
7.      tugas-tugas latihan hendaknya mengambil masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta.

REFERENSI:
Gardner, H. (2003). Kecerdasan majemuk; teori dalam praktek. Alih bahasa oleh Alexander sindoro dan lyndon saputra: batam: interaksara.
Suharnan (1998). Pengaruh platihan imajei dan penalaran terhadap kreativitas menurut prespektif perbedaan individu. Disrtasi (tidak diterbitkan), program pascasarjana UGM Yogyakarta.
Suharnan (2005). Psikologi kognitif. Surabaya. Srikandi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar