A.
Perkembangan Otak Anak 0-2 Tahun
Periode perkembangan yang merentang dari
kelahiran hingga usia 2 tahun disebut sebagai infacy period. Dimana Masa
ini merupakan masa yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis
yang terjadi seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan
belajar sosial hanya sebagai permulaan. Banyak ahli yang menyebut masa bayi
sebagai masa fital, karena kondisi masa bayi merupakan pondasi pada pertumbuhan
dan perkembangan selanjutnya.
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya (Desmita, 2010). Pada waktu anak dilahirkan, proses
pembentukan otak anak belum selesai. Ada waktu seorang bayi baru saja lahir,
ukuran tengkoraknya belum maksimum. Demikian juga pembentukan otaknya belum
tumbuh sampai ukuran maksimum. Hal itu disebabkan karena keterbatasan jalan
lahir dan panggul seorang calon ibu. Akibatnya pada saat lahir otak baru
berkembang sebagian dan terus akan tumbuh sampai anak kira-kira berusia dua
tahun. Pada saat ini merupakan masa-masa pertumbuhan otak anak yang utama. Pada
saat ini pula proses koneksi antar syaraf otak anak sedang terbentuk. Karena
itu, pada saat ini pula terbuka kesempatan luas untuk membentuk pertumbuhan
anak yang untuk menentukan kehidupannya di masa mendatang. Kebahagiaan anak di masa
mendatang, sangat dipengaruhi oleh apa yang diterima anak baik dari ayah dan ibunya
maupun dari lingkungannya ketika awal kehidupannya.
Pada saat anak usia nol sampai dua tahun,
ratusan milyar neuronnya belum terhubung ke dalam jaringan-jaringan otaknya.
Oleh karena itu melalui stimulasi dari lingkungan, koneksi jaringan otak itu
akan terbentuk dan semakin kuat. Ketika masih bayi, melalui interaksi keakraban
dengan orang tuanya, dengan kerabat keluargaanya dan dengan lingkungannya yang
memberi kasih sayang kepada anak serta memperkenalkan kepada anak inilah dunia,
pada saat itulah sedang terbentuk jaringan koneksi neuron yang disebut synaps.
Apabila synaps ini dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan dalam
berulang-ulang maka akan terjadi penguatan dan melekat pada otak anak, tetapi sebaliknya
jika jarang digunakan maka synaps itu akan melemah dan akhirnya
menghilang dari otak anak.
Sesuai kodratnya, seorang bayi menyenangkan
bagi siapa saja terutama orang tuanya. Ketika orang tua memperhatikan, bayi itu
sangat lucu dan menabjubkan. Bayi ternyata sudah mulai belajar membedakan suara
orang, dan menentukan letak suatu benda secara kasar dari bunyinya (Munandar,
2000). Bayi sudah bisa membedakan rasa manis, asam, pahit dan asin. Hal itu
menunjukkan bahwa indera yang pertama kali berfungsi dengan baik adalah
pendengaran, kemudian diikuti indra perasa dan indera peraba. Sedangkan indera
penglihatan akan memerlukan waktu yang lebih lama lagi. Tetapi ia telah mampu memfokuskan
mata pada suatu benda yang jaraknya kira-kira 20cm (kurang lebih sama jaraknya
mata seorang anak dan ibunya ketika menetek) dan tidak lama akan diikuti oleh
kemampuan memperhatikan benda-benda yang bergerak.
Neuron orang dewasa jumlahnya sangat besar.
Namun pada saat bayi dilahirkan baru memiliki sekitar 100 milyar neuron
(Campbell, 2001). Dari neuron sebayak itu baru terjalin koneksi sekitar 50
trilyun. Pada bulan-bulan pertama dalam kehidupan seorang anak jaringan
koneksinya harus ditambah dua puluh kali lipat sehingga menjadi 1000 trilyun. Pertumbuhan
pembentukan koneksi otak sebanyak itu harus di dukung oleh energi yang cukup
besar. Sebab itu, tidak mengherankan jika selama masih kanak-kanak otak
mengkonsumsi energi dua kali lipat. Perkembangan otak dan syaraf anak terus
berproses selama masa kanak-kanak. Menurut Sharon Begley (dalam Campbell, 2001)
proses perkembangan otak yang sangat penting ketika ia berusia sekitar empat
bulan. Pada saat itu syaraf-syaraf mulai beroperasi secara penuh sampai usia
sekitar 11 atau 12 tahun. Setelah usia itu proses perkembangan otak masih terus
terjadi walaupun tidak secepat saat usia anak-anak. Proses ini meliputi
penyelaputan jalur-jalur syaraf otak dengan suatu zat isolator yang disebut
mielin. Meilin mengisolasi syaraf-syaraf sehingga memungkinkan cepatnya
pengiriman pesan-pesan yang dilewatkan syaraf tersebut sehingga kinerjanya
menjadi lebih baik.
Proses pembungkusan mielin syaraf pendengaran
ternyata telah berproses sejak bayi masih dalam kandungan. Karena itu indera
pendengaran telah berfungsi dengan baik ketika bayi dilahirkan. Proses
mielenisasi syaraf tersebut berlangsung secara bergilir. Pada saat anak berusia
4 hingga 8 bulan daerah indera penglihatan anak telah termielinisasi dengan baik.
Karena itu anak akan mulai melihat seperti halnya seorang dewasa. Seperti telah
dibahas sebelumnya bahwa otak ternyata di samping tersusun dari bawah ke atas
juga terbelah menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri dan otak kanan.
Kedua belahan otak itu dihubungkan melalui korpus kolusum yaitu serabut tebal
syaraf. Serabut ini telah termielin sehingga kedua belahan otak dapat
berkoordinasi. Jika proses ini telah lengkap tidak lama setelah itu ia akan
mulai menggapai dan meraba dan mencengkram apa saja yang dekat dengan dirinya.
Perubahan terlihat jelas saat usia anak mencapai sekitar enam bulan. Pada saat
itu anak pada umumnya sudah bisa duduk dengan berbagai eksperimennya seperti
menggigit setiap benda yang dapat dijangkaunya.
Percabangan sistem koneksi otak yang terus
mendapatkan penguatan akan tumbuh dan dipertahankan, sedangkan yang tidak
pernah digunakan lama kelamaan akan mati. Dengan demikian, kelak jika sudah
dewasa hanya sistem koneksi otak yang sering digunakan saja yang bertahan sedangkan
yang tidak digunakan, akan hilang dari otak kita. Proses tersebut terjadi secara
alamiah. Karena itu, tidak harus diartikan bahwa anak harus dihujani dengan
berbagai macam rangsangan sepanjang hari. Jika terjadi pemaksaan dan pemberian
rangsangan yang berlebihan seperti itu akan menciptakan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi perkembangan otak berikutnya. Pada saat itu, perlu diberikan
kepada anak adalah perlakuan pemberian suasana lingkungan yang memungkinkan
bayi dapat mengeksplorasi berbagai macam benda yang tidak berbahaya bagi anak.
Kepada anak perlu diberikan rangsangan kejadian dan bunyi sebanyak-banyaknya
sepanjang tidak dipaksakan oleh keinginan orang tua.
Orang tua mungkin tidak terkejut ketika
mendengar para ahli fisiologi menemukan bahwa informasi yang disampaikan dengan
penuh emosi (dalam arti positif) dan perasaan tampaknya jauh lebih merangsang rangkaian
syaraf dari pada informasi yang disampaikan secara netral. Maksudnya apabila
orang tua berkomunikasi kepada bayinya sambil diperhatikan, bertatap muka,
didengarkan, disayangnya kelak ia akan memperhatikan orang tua serta meniru
bahasa yang digunakan oleh orang tuanya. Hal itu akan sangat berbeda jika
dibandingkan dengan orang tua yang hanya mengendong bayi tetapi tidak
diperhatikan, diberinya susu ibu tetapi tidak diberikan malah lebih banyak
ngobrol dengan orang lain, senyum bayi tidak di balas senyum orang tua. Akibatnya
anak akan tidak berkembang kemampuannya secepat yang diperhatikan orang tuanya
dengan penuh perasaan emosional yang positif. Apabila orang tua menanggapi
senyum bayinya dengan balas tersenyum, ia akan lebih mudah memahami gejala
sebab akibat daripada membiarkan anak menjatuhkan bola dan orang tua
menjatuhkan bola dan orang tua mengambilkan bola itu sehingga ratusan kali.
Semakin emosional komunikasi bayi-orang tua dan semakin banyak perhatian diberikan
orang tua, maka akan semakin cepat pula anak mendapatkan keterampilan-keterampilan
baru, keterampilan verbal, keterampilan fisik dan keterampilan lainnya.
Hal di atas diperkuat dengan hasil-hasil riset
kognitif yang menyimpulkan bahwa semua bayi manusia sudah berkemampuan
menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan
informasi-informasi yang diserap melalui indera lainnya. Selain itu, bayi juga berkemampuan
merespons informasi-informasi tersebut secara sistematis. Hasil riset para ahli
psikologi kognitif menyimpulkan bahwa aktivitas ranah kognitif manusia pada
prinsipnya sudah berlangsung sejak masa bayi, yaitu pada rentang usia 0-2
tahun. (Syah, 2008).
Dengan demikian, selama perkembangan dalam
periode sensori motor yakni sejak lahir sampai dengan usia dua tahun kemampuan kognitif
yang dimiliki individu masih bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada
perilaku terbuka. Sekalipun primitif dan terkesan tidak penting, namun
kemampuan kognitif sensori motor merupakan kemampuan dasar yang sangat berarti
sebagai fondasi bagi kemampuan yang akan dimiliki individu dikemudian hari.
Kemampuan kognitif sensori-motor dipandang sebagai kemampuan praktis (practical
intelligence) yang bermanfaat bagi anak usia 0-2 tahun untuk belajar
berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang
sedang ia perbuat. Pada periode ini bayi belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan
secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang
sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan.
B.
Perkembangan Otak Anak 2-3 Tahun
Dunia emosi adalah kawasan baru yang mempesona
bagi anak usia dua tahunan. Tentu saja, sejak lahir anak telah peka terhadap
emosiemosi orang tua dan siapa pun yang setiap harinya sering mengasuh. Hubungan
emosional itu seperti halnya seorang dewasa menanggapi rangsangan emosional
dari pihak lain. Pengalaman-pengalaman anak dalam behubungan dengan orang tua,
para pengasuhnya dan lingkungannya tersebut menciptakan suatu pola emosi
umum baginya.
Anak usia dua tahun, pada umumnya telah bisa
berjalan dan berbicara walaupun dengan kata-kata yang terbatas. Pada
masa ini anak mulai memberikan perhatian kepada aspek kehidupan yang
lain. Jika sebelumnya tangan, telinga dan mulutnya begitu antusias untuk
selalu berusaha menyentuh, melihat, mendengar, mencicipi, menggoyang,
menguncang, melempar bahkan membanting benda apapun yang dapat
diraihnya. Semua kesempatan dan pengalaman-pengalaman anak tadi seolah-olah
bagaikan banjir data ke dalam otak anak.
Pada saat anak berusia dua tiga tahunan
otaknya melakukan sebuah lompatan kognitif yang luar biasa. Anak tidak
lagi begitu saja menerima mentah-mentah semua rangsangan yang
diperolehnya. Anak mulai berfikir tentang semua yang ia perolehnya.
Karena itu, anak juga mulai berfikir jika akan bereaksi terhadap
rangsangan yang diperolehnya, semua itu tidak hanya berupa benda nyata,
tetapi juga benda dalam khayalan atau imajinasi. Semuanya tidak harus
ada untuk dapat dilihat dan diraba anak tetapi mereka sudah dapat
mengenalnya. Penggunaan citra mental atau simbol tersebut memungkinkan
anak untuk berfikir sebelum berbuat, meskipun masih sangat kasar. Anak
juga telah mampu mengingat-ingat pengalaman masa lampau dan menyesuaikan
perilakunya karena pengalaman itu. Misalnya anak berpengalaman kalau
cabe berwarna merah itu kalau digigit terasa pedas dan menyakitkan bagi
anak. Karena itu, anak tidak lagi mengulangi untuk menggigit cabe
walaupun disuruh menggigit cabe sekalipun.
Setelah kehidupan emosionalnya makin
berkembang, sejalan dengan kemampuannya mengingat pengalaman-pengalaman
masa lalu dan berinteraksi dengan pengalaman orang lain, menjembatani
anak melakukan lompatan besar yang ketiga, yaitu kemampuan berbahasa. Ketika
berusia satu tahun pada umumnya anak sudah dapat mengucapkan satu atau
dua patah kata. Pada saat anak berusia dua tahun mereka sudah mulai
belajar beberapa kata baru setiap hari. Menurut Sampel (2002) sejak anak
berusia dua tahun anak telah mampu belajar sekitar enam kata baru setiap
harinya. Perkembangan kemampuan berbahasa tersebut merupakan bekal bagi
anak untuk memungkinkan membentuk gagasan-gagasan baru, mengungkapkan
emosinya seperti ketika marah atau ketika gembira dan memahami konsep
seperti kata pedas yang berarti tidak enak atau menyakiti. Dengan
kemampuan mengkoordinasikan otak pikiran dan kemampuan berbahasa
tersebut anak seolah dapat berpetualang kemana-mana.
Dengan berbekal kemampuan berbahasa yang
terbatas, anak usia sekitar dua tahun, akan ditandai dengan begitu
banyaknya pertanyaan yang diajukan. Kemampuan motoriknya juga sudah
mulai menguat seperti kemampuan membuka dan menutup lemari. Kegiatan
seperti membuka dan menutup, terus menerus diulanginya sampai terkadang
membuat orang tua merasa kesal ataupun jengkel. Padahal aktivitas itu
sesungguhnya berfungsi untuk memperkuat lintasan-lintasan koneksi neorologinya
yang sangat dibutuhkan kelak jika anak telah dewasa. Karena itu,
tidaklah berlebihan jika otak anak usia dua tahun hingga tiga tahun
lebih aktif dibandingkan otak orang dewasa.
Dengan demikian, kemampuan kognitif anak usia
2-3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2-3 tahun ditandai
dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai
berikut:
1. Berpikir simbolik
Yaitu anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan
untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran mental atau aksi yang
mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik adalah fantasi,
sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga,
kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek
subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal-bantal
sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.
2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung
Yaitu anak sudah dapat mengelompokkan
mainannya berdasarkan bentuk, misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan
dengan boneka binatang. Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok
sesuai urutan besarnya dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa
(kemampuan menghitung).
3. Meningkatnya kemampuan mengingat
Yaitu kemampuan mengingat anak akan meningkat
pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali
kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka
juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan
bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali
kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.
4. Berkembangnya pemahaman konsep
Yaitu ketika mencapai usia 18 bulan, anak
memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya
pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian
“besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di
usia 3 tahun.
5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa
Yaitu pada usia sekitar 36 bulan,
perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut
dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai
orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.
C.
Perkembangan Otak Anak 3-4 Tahun
Pada saat anak berusia sekita 3-4 tahun,
sistem koneksi neuron dasar anak telah terhubung dengan baik, sementara
itu jaringan syarafnya mulai meluas. Jaringan yang banyak mendapatkan
penguatan akan tumbuh dengan baik dan dipertahankan, sedangkan yang
tidak mendapatkan penguatan akan melemah dan lama kelamaan akan
menghilang. Pada saat anak berusia 2-3 tahun, koneksi antara berbagai
bagian otak terus meluas. Demikian juga proses mielinasi terus
berlanjut. Semua bagian yang telah terhubung dalam jaringan koneksi
tersebut mulai bekerja sebagai satu kesatuan yang utuh. Saat anak
berusia sekitar 3-4 tahun jalur-jalur koneksi yang kuat mulai dibangun
dallam jaringan asosiatif. Jalur-jalur ini memperkuat koneksi antara
pusat-pusat pendengaran dan penglihatan, antara daerah pendengaran dan
motorik, yang memungkinkan semakin baiknya koordinasi syaraf penglihatan,
pendengaran dan motorik. Dengan semakin kuatnya koneksi-koneksi
tersebut, anak mulai dapat mengendalikan gerak, berhenti, bergerak lagi,
mengubah arah secara tiba-tiba, meniru gerak orang lain seperti bertepuk
atau menendang dengan kecepatan tinggi.
Dengan semakin kuatnya kemampuan jaringan
otak, memungkinkan anak melakukan gerakan untuk meliuk, melompat, berlari,
berjinjit, berjalan sambil berjinjit dan sebagainya. Kemampuan
mental anak pada usia 3-4 tahun sudah lebih halus dibandingkan usia
sebelumnya. Di samping itu, otak anak juga telah mampu berfikir secara
simbolik dengan menggunakan konsep-konsep yang abstrak. Kemampuan
berfikir secara nalar dan berfikir secara naluriah mulai meningkat,
dengan demikian anak mulai dapat mengolah demensi mental lebih dari satu
dan serentak. Misalnya bola bundar berwarna merah, kotak berbagai
ukuran. Kemampuan otak anak juga telah berkembang sehingga mampu
mengingat-ingat sebuah kejadian atau peristiwa, pengalaman emosional
yang telah lalu ketika bermain bersama teman-temannya. Anak juga telah
mampu menceritakan kembali semua kejadian dan pengalamannya itu kepada
orang lain.
D.
Perkembangan Otak Anak Usia 4-6 Tahun
Pada saat anak berusia 4 - 6 tahun susunan
koneksi syarafnya sudah berfungsi dengan baik sehingga dapat mengkoordinasikan
otak dan gerak, baik secara fisik maupun non fisik dengan baik. Pada
usia ini anak pada umumnya sudah memasuki sekolah TK atau sederajat.
Karena itu, TK diciptakan sebagai jembatan untuk memudahkan periode
transisi antara masa bayi dan masa kanak-kanak. TK juga harus mulai
memperkenalkan anak kepada budaya dan dunia yang lebih luas. Hal itu sebagai
persiapan menghadapi pembelajaran akademik pada tahun-tahun selanjutnya.
(Suratno, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar