Jumat, 13 April 2018

TAHAPAN DAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

A.   Perkembangan Otak Anak 0-2 Tahun
Periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga usia 2 tahun disebut sebagai infacy period. Dimana Masa ini merupakan masa yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial hanya sebagai permulaan. Banyak ahli yang menyebut masa bayi sebagai masa fital, karena kondisi masa bayi merupakan pondasi pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya (Desmita, 2010). Pada waktu anak dilahirkan, proses pembentukan otak anak belum selesai. Ada waktu seorang bayi baru saja lahir, ukuran tengkoraknya belum maksimum. Demikian juga pembentukan otaknya belum tumbuh sampai ukuran maksimum. Hal itu disebabkan karena keterbatasan jalan lahir dan panggul seorang calon ibu. Akibatnya pada saat lahir otak baru berkembang sebagian dan terus akan tumbuh sampai anak kira-kira berusia dua tahun. Pada saat ini merupakan masa-masa pertumbuhan otak anak yang utama. Pada saat ini pula proses koneksi antar syaraf otak anak sedang terbentuk. Karena itu, pada saat ini pula terbuka kesempatan luas untuk membentuk pertumbuhan anak yang untuk menentukan kehidupannya di masa mendatang. Kebahagiaan anak di masa mendatang, sangat dipengaruhi oleh apa yang diterima anak baik dari ayah dan ibunya maupun dari lingkungannya ketika awal kehidupannya.
Pada saat anak usia nol sampai dua tahun, ratusan milyar neuronnya belum terhubung ke dalam jaringan-jaringan otaknya. Oleh karena itu melalui stimulasi dari lingkungan, koneksi jaringan otak itu akan terbentuk dan semakin kuat. Ketika masih bayi, melalui interaksi keakraban dengan orang tuanya, dengan kerabat keluargaanya dan dengan lingkungannya yang memberi kasih sayang kepada anak serta memperkenalkan kepada anak inilah dunia, pada saat itulah sedang terbentuk jaringan koneksi neuron yang disebut synaps. Apabila synaps ini dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan dalam berulang-ulang maka akan terjadi penguatan dan melekat pada otak anak, tetapi sebaliknya jika jarang digunakan maka synaps itu akan melemah dan akhirnya menghilang dari otak anak.
Sesuai kodratnya, seorang bayi menyenangkan bagi siapa saja terutama orang tuanya. Ketika orang tua memperhatikan, bayi itu sangat lucu dan menabjubkan. Bayi ternyata sudah mulai belajar membedakan suara orang, dan menentukan letak suatu benda secara kasar dari bunyinya (Munandar, 2000). Bayi sudah bisa membedakan rasa manis, asam, pahit dan asin. Hal itu menunjukkan bahwa indera yang pertama kali berfungsi dengan baik adalah pendengaran, kemudian diikuti indra perasa dan indera peraba. Sedangkan indera penglihatan akan memerlukan waktu yang lebih lama lagi. Tetapi ia telah mampu memfokuskan mata pada suatu benda yang jaraknya kira-kira 20cm (kurang lebih sama jaraknya mata seorang anak dan ibunya ketika menetek) dan tidak lama akan diikuti oleh kemampuan memperhatikan benda-benda yang bergerak.
Neuron orang dewasa jumlahnya sangat besar. Namun pada saat bayi dilahirkan baru memiliki sekitar 100 milyar neuron (Campbell, 2001). Dari neuron sebayak itu baru terjalin koneksi sekitar 50 trilyun. Pada bulan-bulan pertama dalam kehidupan seorang anak jaringan koneksinya harus ditambah dua puluh kali lipat sehingga menjadi 1000 trilyun. Pertumbuhan pembentukan koneksi otak sebanyak itu harus di dukung oleh energi yang cukup besar. Sebab itu, tidak mengherankan jika selama masih kanak-kanak otak mengkonsumsi energi dua kali lipat. Perkembangan otak dan syaraf anak terus berproses selama masa kanak-kanak. Menurut Sharon Begley (dalam Campbell, 2001) proses perkembangan otak yang sangat penting ketika ia berusia sekitar empat bulan. Pada saat itu syaraf-syaraf mulai beroperasi secara penuh sampai usia sekitar 11 atau 12 tahun. Setelah usia itu proses perkembangan otak masih terus terjadi walaupun tidak secepat saat usia anak-anak. Proses ini meliputi penyelaputan jalur-jalur syaraf otak dengan suatu zat isolator yang disebut mielin. Meilin mengisolasi syaraf-syaraf sehingga memungkinkan cepatnya pengiriman pesan-pesan yang dilewatkan syaraf tersebut sehingga kinerjanya menjadi lebih baik.
Proses pembungkusan mielin syaraf pendengaran ternyata telah berproses sejak bayi masih dalam kandungan. Karena itu indera pendengaran telah berfungsi dengan baik ketika bayi dilahirkan. Proses mielenisasi syaraf tersebut berlangsung secara bergilir. Pada saat anak berusia 4 hingga 8 bulan daerah indera penglihatan anak telah termielinisasi dengan baik. Karena itu anak akan mulai melihat seperti halnya seorang dewasa. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa otak ternyata di samping tersusun dari bawah ke atas juga terbelah menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak itu dihubungkan melalui korpus kolusum yaitu serabut tebal syaraf. Serabut ini telah termielin sehingga kedua belahan otak dapat berkoordinasi. Jika proses ini telah lengkap tidak lama setelah itu ia akan mulai menggapai dan meraba dan mencengkram apa saja yang dekat dengan dirinya. Perubahan terlihat jelas saat usia anak mencapai sekitar enam bulan. Pada saat itu anak pada umumnya sudah bisa duduk dengan berbagai eksperimennya seperti menggigit setiap benda yang dapat dijangkaunya.
Percabangan sistem koneksi otak yang terus mendapatkan penguatan akan tumbuh dan dipertahankan, sedangkan yang tidak pernah digunakan lama kelamaan akan mati. Dengan demikian, kelak jika sudah dewasa hanya sistem koneksi otak yang sering digunakan saja yang bertahan sedangkan yang tidak digunakan, akan hilang dari otak kita. Proses tersebut terjadi secara alamiah. Karena itu, tidak harus diartikan bahwa anak harus dihujani dengan berbagai macam rangsangan sepanjang hari. Jika terjadi pemaksaan dan pemberian rangsangan yang berlebihan seperti itu akan menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan otak berikutnya. Pada saat itu, perlu diberikan kepada anak adalah perlakuan pemberian suasana lingkungan yang memungkinkan bayi dapat mengeksplorasi berbagai macam benda yang tidak berbahaya bagi anak. Kepada anak perlu diberikan rangsangan kejadian dan bunyi sebanyak-banyaknya sepanjang tidak dipaksakan oleh keinginan orang tua.
Orang tua mungkin tidak terkejut ketika mendengar para ahli fisiologi menemukan bahwa informasi yang disampaikan dengan penuh emosi (dalam arti positif) dan perasaan tampaknya jauh lebih merangsang rangkaian syaraf dari pada informasi yang disampaikan secara netral. Maksudnya apabila orang tua berkomunikasi kepada bayinya sambil diperhatikan, bertatap muka, didengarkan, disayangnya kelak ia akan memperhatikan orang tua serta meniru bahasa yang digunakan oleh orang tuanya. Hal itu akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan orang tua yang hanya mengendong bayi tetapi tidak diperhatikan, diberinya susu ibu tetapi tidak diberikan malah lebih banyak ngobrol dengan orang lain, senyum bayi tidak di balas senyum orang tua. Akibatnya anak akan tidak berkembang kemampuannya secepat yang diperhatikan orang tuanya dengan penuh perasaan emosional yang positif. Apabila orang tua menanggapi senyum bayinya dengan balas tersenyum, ia akan lebih mudah memahami gejala sebab akibat daripada membiarkan anak menjatuhkan bola dan orang tua menjatuhkan bola dan orang tua mengambilkan bola itu sehingga ratusan kali. Semakin emosional komunikasi bayi-orang tua dan semakin banyak perhatian diberikan orang tua, maka akan semakin cepat pula anak mendapatkan keterampilan-keterampilan baru, keterampilan verbal, keterampilan fisik dan keterampilan lainnya.
Hal di atas diperkuat dengan hasil-hasil riset kognitif yang menyimpulkan bahwa semua bayi manusia sudah berkemampuan menyimpan informasi-informasi yang berasal dari penglihatan, pendengaran, dan informasi-informasi yang diserap melalui indera lainnya. Selain itu, bayi juga berkemampuan merespons informasi-informasi tersebut secara sistematis. Hasil riset para ahli psikologi kognitif menyimpulkan bahwa aktivitas ranah kognitif manusia pada prinsipnya sudah berlangsung sejak masa bayi, yaitu pada rentang usia 0-2 tahun. (Syah, 2008).
Dengan demikian, selama perkembangan dalam periode sensori motor yakni sejak lahir sampai dengan usia dua tahun kemampuan kognitif yang dimiliki individu masih bersifat primitif dalam arti masih didasarkan pada perilaku terbuka. Sekalipun primitif dan terkesan tidak penting, namun kemampuan kognitif sensori motor merupakan kemampuan dasar yang sangat berarti sebagai fondasi bagi kemampuan yang akan dimiliki individu dikemudian hari. Kemampuan kognitif sensori-motor dipandang sebagai kemampuan praktis (practical intelligence) yang bermanfaat bagi anak usia 0-2 tahun untuk belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Pada periode ini bayi belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan.

B.   Perkembangan Otak Anak 2-3 Tahun
Dunia emosi adalah kawasan baru yang mempesona bagi anak usia dua tahunan. Tentu saja, sejak lahir anak telah peka terhadap emosiemosi orang tua dan siapa pun yang setiap harinya sering mengasuh. Hubungan emosional itu seperti halnya seorang dewasa menanggapi rangsangan emosional dari pihak lain. Pengalaman-pengalaman anak dalam behubungan dengan orang tua, para pengasuhnya dan lingkungannya tersebut menciptakan suatu pola emosi umum baginya.
Anak usia dua tahun, pada umumnya telah bisa berjalan dan berbicara walaupun dengan kata-kata yang terbatas. Pada masa ini anak mulai memberikan perhatian kepada aspek kehidupan yang lain. Jika sebelumnya tangan, telinga dan mulutnya begitu antusias untuk selalu berusaha menyentuh, melihat, mendengar, mencicipi, menggoyang, menguncang, melempar bahkan membanting benda apapun yang dapat diraihnya. Semua kesempatan dan pengalaman-pengalaman anak tadi seolah-olah bagaikan banjir data ke dalam otak anak.
Pada saat anak berusia dua tiga tahunan otaknya melakukan sebuah lompatan kognitif yang luar biasa. Anak tidak lagi begitu saja menerima mentah-mentah semua rangsangan yang diperolehnya. Anak mulai berfikir tentang semua yang ia perolehnya. Karena itu, anak juga mulai berfikir jika akan bereaksi terhadap rangsangan yang diperolehnya, semua itu tidak hanya berupa benda nyata, tetapi juga benda dalam khayalan atau imajinasi. Semuanya tidak harus ada untuk dapat dilihat dan diraba anak tetapi mereka sudah dapat mengenalnya. Penggunaan citra mental atau simbol tersebut memungkinkan anak untuk berfikir sebelum berbuat, meskipun masih sangat kasar. Anak juga telah mampu mengingat-ingat pengalaman masa lampau dan menyesuaikan perilakunya karena pengalaman itu. Misalnya anak berpengalaman kalau cabe berwarna merah itu kalau digigit terasa pedas dan menyakitkan bagi anak. Karena itu, anak tidak lagi mengulangi untuk menggigit cabe walaupun disuruh menggigit cabe sekalipun.
Setelah kehidupan emosionalnya makin berkembang, sejalan dengan kemampuannya mengingat pengalaman-pengalaman masa lalu dan berinteraksi dengan pengalaman orang lain, menjembatani anak melakukan lompatan besar yang ketiga, yaitu kemampuan berbahasa. Ketika berusia satu tahun pada umumnya anak sudah dapat mengucapkan satu atau dua patah kata. Pada saat anak berusia dua tahun mereka sudah mulai belajar beberapa kata baru setiap hari. Menurut Sampel (2002) sejak anak berusia dua tahun anak telah mampu belajar sekitar enam kata baru setiap harinya. Perkembangan kemampuan berbahasa tersebut merupakan bekal bagi anak untuk memungkinkan membentuk gagasan-gagasan baru, mengungkapkan emosinya seperti ketika marah atau ketika gembira dan memahami konsep seperti kata pedas yang berarti tidak enak atau menyakiti. Dengan kemampuan mengkoordinasikan otak pikiran dan kemampuan berbahasa tersebut anak seolah dapat berpetualang kemana-mana.
Dengan berbekal kemampuan berbahasa yang terbatas, anak usia sekitar dua tahun, akan ditandai dengan begitu banyaknya pertanyaan yang diajukan. Kemampuan motoriknya juga sudah mulai menguat seperti kemampuan membuka dan menutup lemari. Kegiatan seperti membuka dan menutup, terus menerus diulanginya sampai terkadang membuat orang tua merasa kesal ataupun jengkel. Padahal aktivitas itu sesungguhnya berfungsi untuk memperkuat lintasan-lintasan koneksi neorologinya yang sangat dibutuhkan kelak jika anak telah dewasa. Karena itu, tidaklah berlebihan jika otak anak usia dua tahun hingga tiga tahun lebih aktif dibandingkan otak orang dewasa.
Dengan demikian, kemampuan kognitif anak usia 2-3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2-3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut:
1.    Berpikir simbolik
Yaitu anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal-bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.
2.    Mengelompokkan, mengurut dan menghitung
Yaitu anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk, misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang. Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).

3.    Meningkatnya kemampuan mengingat
Yaitu kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.
4.    Berkembangnya pemahaman konsep
Yaitu ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di usia 3 tahun.
5.    Puncak perkembangan bicara dan bahasa
Yaitu pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.

C.   Perkembangan Otak Anak 3-4 Tahun
Pada saat anak berusia sekita 3-4 tahun, sistem koneksi neuron dasar anak telah terhubung dengan baik, sementara itu jaringan syarafnya mulai meluas. Jaringan yang banyak mendapatkan penguatan akan tumbuh dengan baik dan dipertahankan, sedangkan yang tidak mendapatkan penguatan akan melemah dan lama kelamaan akan menghilang. Pada saat anak berusia 2-3 tahun, koneksi antara berbagai bagian otak terus meluas. Demikian juga proses mielinasi terus berlanjut. Semua bagian yang telah terhubung dalam jaringan koneksi tersebut mulai bekerja sebagai satu kesatuan yang utuh. Saat anak berusia sekitar 3-4 tahun jalur-jalur koneksi yang kuat mulai dibangun dallam jaringan asosiatif. Jalur-jalur ini memperkuat koneksi antara pusat-pusat pendengaran dan penglihatan, antara daerah pendengaran dan motorik, yang memungkinkan semakin baiknya koordinasi syaraf penglihatan, pendengaran dan motorik. Dengan semakin kuatnya koneksi-koneksi tersebut, anak mulai dapat mengendalikan gerak, berhenti, bergerak lagi, mengubah arah secara tiba-tiba, meniru gerak orang lain seperti bertepuk atau menendang dengan kecepatan tinggi.
Dengan semakin kuatnya kemampuan jaringan otak, memungkinkan anak melakukan gerakan untuk meliuk, melompat, berlari, berjinjit, berjalan sambil berjinjit dan sebagainya. Kemampuan mental anak pada usia 3-4 tahun sudah lebih halus dibandingkan usia sebelumnya. Di samping itu, otak anak juga telah mampu berfikir secara simbolik dengan menggunakan konsep-konsep yang abstrak. Kemampuan berfikir secara nalar dan berfikir secara naluriah mulai meningkat, dengan demikian anak mulai dapat mengolah demensi mental lebih dari satu dan serentak. Misalnya bola bundar berwarna merah, kotak berbagai ukuran. Kemampuan otak anak juga telah berkembang sehingga mampu mengingat-ingat sebuah kejadian atau peristiwa, pengalaman emosional yang telah lalu ketika bermain bersama teman-temannya. Anak juga telah mampu menceritakan kembali semua kejadian dan pengalamannya itu kepada orang lain.

D.   Perkembangan Otak Anak Usia 4-6 Tahun
Pada saat anak berusia 4 - 6 tahun susunan koneksi syarafnya sudah berfungsi dengan baik sehingga dapat mengkoordinasikan otak dan gerak, baik secara fisik maupun non fisik dengan baik. Pada usia ini anak pada umumnya sudah memasuki sekolah TK atau sederajat. Karena itu, TK diciptakan sebagai jembatan untuk memudahkan periode transisi antara masa bayi dan masa kanak-kanak. TK juga harus mulai memperkenalkan anak kepada budaya dan dunia yang lebih luas. Hal itu sebagai persiapan menghadapi pembelajaran akademik pada tahun-tahun selanjutnya. (Suratno, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar