Seorang laki-laki pergi ke luar negeri untuk bekerja dan meninggalkan gadis tunangannya tersedu-sedu. "Jangan khawatir, aku akan menulis surat untukmu setiap hari", katanya. Selama bertahun-tahun laki-laki itu memang menulis surat untuk tunangannya. Tetapi karena dia senang dengan pekerjaannya, dia tidak merencanakan untuk pulang dalam waktu dekat.
Suatu hari, dia menerima undangan pernikahan. Ternyata kekasihnya akan segera menikah. Dengan siapa ? Dengan tukang pos yang tiap hari mengantar surat yang dia tulis. Jarak pemisah telah membuat hati berubah. Lelaki malang itu merenung, "Lho, apa salahku. Aku mengiriminya surat-surat, coklat, dan bahkan bunga-bunga".
Ketika dalam suatu hubungan terjadi masalah, daftar barang-barang yang telah diberikan atau hal-hal yang telah dilakukan untuk seseorang, akan tiba-tiba muncul untuk dipermasalahkan. Kita akan berkata "Saya telah memberimu ini dan itu... Saya telah melakukan semuanya demi kamu". Tampaknya cinta dapat dibuktikan secara mudah hanya dengan pemberian hadiah-hadiah dan perbuatan baik. Namun, walaupun hadiah-hadiah itu penting juga, cinta memerlukan hal yang mendasar: KEHADIRAN. Kehadiran sang kekasih, kehadiran orang yang dicintai.
Saya pikir, orang lebih memerlukan kehadiran, perhatian dan kepedulian. Cinta secara fundamental adalah sebuah komitmen terhadap seseorang. Kita dapat mempunyai komitmen terhadap bisnis, pekerjaan, hobi, olahraga, maupun keanggotaan di klub, tetapi dapat dikatakan dengan tegas: semua itu tidak dapat mencintai kita. Hanya orang lain yang dapat membalas cinta kita, dan untuk itu, komitmen tertinggi sebagai manusia adalah memberikan waktu kita dengan orang yang kita cintai. Dan karena manusia memerlukan kasih sayang dan makanan, hadiah-hadiah material hanya dapat (secara terbatas) membantu untuk mengembangkan cinta. Tapi itu semua tidak dapat menggantikan kehadiran pribadi, yang merupakan hadiah terbesar!
*cerita seorang teman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar